Sudah dua tahun berlalu semenjak kasus pertama Covid-19 di Indonesia dipublikasikan. Covid-19 tetap menimbulkan ancaman yang serius bagi masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia. Aspek kesehatan, ekonomi, dan bahkan merambah ke berbagai aspek lainnya mengalami krisis yang sama. Statistik dan data krisis yang diakibatkan Covid-19 terus dikabarkan oleh media masa setiap harinya. Hingga saat ini berbagai upaya terus dilakukan untuk menekan paparan virus ini oleh segenap elemen masyarakat.
Di Indonesia, dampak pandemi Covid-19 terhadap masyarakat adat juga beragam dan bahkan belum banyak yang diketahui atau didokumentasikan. Sampai saat ini, Pemerintah melalui Satgas Penanganan Covid-19 belum melakukan pemilahan data dampak Covid-19 terhadap berbagai kelompok etnis, namun lebih pada sebaran wilayah administratif
Dalam rangka mengabarkan praktik dari masyarakat adat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa mengadakan Seminar Mitigasi dan Adaptasi Masyarakat Adat terhadap Pandemi Covid-19 pada Kamis (17/3/2022) dengan narasumber dari kementerian dan lembaga (K/L), dan mengundang peserta dari anggota Tim Koordinasi (Tikor) Layanan Advokasi bagi Penghayat Kepercayaan dan Masyarakat Adat.
Didik Suhardi, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK menyambut baik kegiatan ini, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pertemuan semacam ini dapat memperkuat sinergi dan menghasilkan kolaborasi antar K/L, khususnya dalam layanan dan pendampingan bagi masyarakat adat di tengah pandemi Covid-19.
Seminar ini menjadi forum untuk menginformasikan kabar terkini dari masyarakat adat, sekaligus membahas dan mendiskusikan berbagai kebijakan dan pengalaman pendampingan dari para pemangku kepentingan, khususnya K/L yang terkait dengan masyarakat adat. Karena diperlukan strategi yang tepat dalam upaya pelindungan dan pemulihan kondisi masyarakat adat dari dampak pandemi Covid-19.
Peran para pemimpin lokal, tokoh adat, dan pemerintah desa perlu mendapatkan dukungan agar mampu memberikan pelindungan yang maksimal bagi keberlanjutan masyarakat adat di seluruh penjuru nusantara. Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek menceritakan kunjungannya di Dusun Sungai Utik (Kalimantan Barat), yang memiliki angka paparan Covid-19 yang rendah karena masyarakatnya mentaati himbauan dari pemimpin adat untuk mengisolasi wilayah secara mandiri.