Jakarta – Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud, Hilmar Farid mengatakan, saat ini yang dibutuhkan generasi muda ialah akses dan apresiasi untuk terus menggalakan aksi cinta budaya. Salah satu cara efektif ialah dengan menghadirkan pentas-pentas berbasis kebudayaan dan tak menutup kemungkinan untuk menyiarkannya secara nasional.
“Bagaimana anak-anak mau peduli tradisi, mereka tahu juga tidak. Nah tahu inikan sesuatu yang paling mendasar, makanya perlu diselesaikan dengan akses. Setelah tahu mereka akan paham, barulah diberi apresiasi,” jelas Hilmar Farid di sela-sela acara Gebyar Sumpah Pemuda 2018, di Kantor Kemdikbud, Senayan, Jakarta (28/10/2018), dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh setiap tanggal 28 Oktober.
Hilmar melanjutkan, dalam mengupayakan dua hal tersebut dibutuhkan ilmu untuk menjembatani keduanya. Misalnya, saat memberikan pengetahuan tentang musik sebisa mungkin disisipkan susunan nada pada gamelan ataupun alat musik tradisional. Ini agar para generasi muda dapat membiasakan diri mendengar sesuatu yang bersifat tradisional.
“Ini jelas akan sangat membantu” tambahnya.
Menurut Hilmar, saat ini perlu pendekatan yang strategis ke kaum millenial sehingga rasa kebangsaan yang dibangun terasa lebih kekinian dan sesuai dengan segmentasi usia mereka. Metode belajar tentang sejarah pun sebaiknya dirancang lebih kreatif.
“Belajar sejarah juga jangan dijejali tanggal, peristiwa dan segala macam. Yang Indonesia butuhkan sekarang ialang generasi muda yang bisa berpikir melampaui keinginannya sendiri,” tegasnya.