Cisamaya Kampung Pasundan, Tonjolkan Jejak Kehidupan Masyarakat Sunda

0
2306

Cisamaya Kampung Pasundan yang terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat memiliki beberapa komponen kebudayaan yang ditonjolkan melalui objek-objek budaya. Kampung ini merupakan sebuah rekonstruksi desa yang mencerminkan kekayaan budaya Sunda. Jejak kehidupan masyarakat Sunda dihadirkan dari berbagai sudut objek, mulai dari gaya bangunan, peranti masak, penggunaan bambu hingga suguan makanan tradisional.

Cisamaya Kampung Pasundan berada tak jauh dari lokasi ibukota dan dapat ditempuh dalam waktu satu jam perjalanan ke arah perbatasan Kuningan-Cirebon. Area rekonstruksi desa ini seluas 1,5 Ha. Ekosistem di dalamnya juga dibentuk sedemikian rupa agar keaslian budaya Sunda tetap terjaga. Penyematan nama Cisamaya pun diambil dari nama mata air yang mengaliri lima desa sekaligus dan tak surut meskipun saat musim kemarau.

Di Cisamaya Kampung Pasundan, bambu memang menjadi bahan baku yang diandalkan dalam membuat bangunan maupun peranti masak. Hal ini selaras dengan masyarakat Sunda yang sejak dulu memang kerap memanfaatan bambu untuk berbagai keperluan konstruksi. Belum lagi jika dilihat dari fungsi dan kegunaan, alat-alat yang terbuat dari bambu memiliki kelembapan tinggi dan tahan air.

“Di sini memang kita hampir seluruhnya menggunakan bambu yang didatangkan dari berbagai daerah. Bambunya di-treatment sedemikian rupa agar awet secara penggunaan,” jelas Rudi, pengelola Cisamaya Kampung Pasundan saat ditemui (24/12/2020).

Mengembalikan jejak kehidupan masyarakat Sunda, kata Rudi, menjadi benang merah di area Cisamaya Kampung Pasundan ini. Bukan tanpa alasan, pengenalan budaya Sunda sengaja hadir untuk menyeimbangkan moderenitas dan tradisional yang kini kerap memiliki GAP yang cukup jauh. Inilah yang menjadi dasar direkonstruksiknya Cisamaya Kampung Pasundan sebagai jembatan mengenalkan kembali budaya Sunda.

 

“Jadi ketika ke sini, orang-orang bisa tahu rumah-rumah orang Sudah zaman dahulu seperti apa. Kami juga sediakan baju adat seperti iket, pangsi dan kebaya untuk memperkuat budaya pasundan. Ada juga kuliner tradisional Sunda, bahkan kita buat juga festivalnya beberapa waktu lalu. Setidaknya mengenalkan kembali kebudayaan Sunda yang direpresentasikan melalui kampung ini,” tambah Rudi.

Gotong royong juga diterapkan dalam pengelolaan Cisamaya Kampung Pasundan ini. Pasalnya, bahan baku makanan dipasok dari koperasi masyarakat desa. Sistem ini sudah dibentuk sejak Cisamaya Kampung Pasundan ini berdiri. Ekosistem ini dibuat untuk menghidupi ekonomi masyarakat desa.

Kenalkan Permainan Tradisional Wayang Sampeu  

            Tak hanya menghidupkan budaya Sunda lewat pengunaan bambu, bentuk bangunan dan kuliner saja, permainan tradisional juga hadir di Cisamaya Kampung Pasundan ini. Permainan tersebut ialah wayang sampeu atau wayang yang terbuat dari bahan dasar batang singkong. Sampeu yang berarti singkong dalam bahasa Indonesia ini, kerap dimanfaatkan oleh masyarakat Sunda menjadi berbagai olahan, tak terkecuali dengan permainan tradisional.

Rusidin, pengrajin wayang sampeu mengatakan, dulunya wayang ini sering dimainkan oleh anak-anak Sunda. Namun, seiring berkembangnya ragam permainan anak-anak membuat wayang sampeu kehilangan minat. Untuk itu, ia mecoba memperkenalkan kembali di Cisamaya Kampung Pasundan ini.

Wayang sampeu terbuat dari batang singkong yang direbus atau dijemur terlebih dahulu. Merebus atau menjemur batang singkong dimaksudkan agar memudahkan batang saat dilekuk membentuk karakter wayang. Secara lakon perwayangan hampir sama seperti wayang pada umumnya, baik Bharata ataupun kisah kisah lainnya. Hanya saja wayang sampeu dimainkan ke dalam bahasa Sunda.

“Harapannya dengan adanya wayang sampeu ini dapat mengenalkan kembali permainan rakyat masyarakat Sunda zaman dulu, supaya tidak tergerus dengan permainan modern lainnya,” tukas Rusidin.