MERAWAT INGATAN MASA LALU LEWAT MUSEUM

0
2168
Koleksi fosil gading gajah purba di Museum Manusia Purba Sangiran

“Apabila suatu bangsa adalah sebuah keluarga yang hidup dengan dan dalam rumah kebudayaannya, maka Museum dapatlah dipahami sebagai album keluarga itu. Di dalam album itulah foto-foto seluruh keluarga tersimpan dan disusun dari setiap masa dan generasi. Foto-foto itu ditatap untuk tidak sekedar menjenguk dan menziarahi sebuah masa lalu, sebab waktu bukan hanya terdiri dari ruang dimensi kemarin, hari ini dan besok pagi. Foto-foto itu adalah waktu yang menjadi tempat untuk menatap dan memaknai seluruhnya, bukan hanya peristiwa, akan tetapi juga pemaknaan di balik peristiwa-peristiwa itu. Pemaknaan tentang seluruh identitas, di dalam dan di luar kota. Foto-foto itu akhirnya bukan lagi dipahami sebagai sebuah benda” (HU Pikiran Rakyat, 22 Februari 2001).

Uraian di atas menunjukkan bahwa museum tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang mengumpulkan dan memajang benda-benda yang berkaitan dengan sejarah perkembangan kehidupan manusia dan lingkungan, tetapi merupakan suatu lembaga yang juga memiliki tugas untuk melakukan pembinaan dan pengembangan nilai budaya bangsa, mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, serta meningkatkan harga diri dan kebanggaan nasional.

Koleksi diorama hewan bertanduk di Museum Manusia Purba Sangiran
Koleksi diorama hewan bertanduk di Museum Manusia Purba Sangiran

Bagi dunia pendidikan, keberadaan museum merupakan suatu yang tidak dapat terpisahkan, karena keberadaannya mampu menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dalam proses pembelajaran terutama berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya dan lingkungannya. Museum sangat erat kaitannya dengan sejarah, objek tersebut memang merupakan dibuat dan didirikan guna pelestarian nilai-nilai kesejarahan. Dalam hal ini museum merupakan wadah atau media untuk pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya guna melestarikan nilai-nilai budaya dan mempertahankan nilai-nilai sejarah bangsa. Museum sangat berperan dalam pengembangan kebudayaan nasional, terutama dalam pendidikan nasional, karena museum menyediakan sumber informasi yang meliputi segala aspek kebudayaan dan lingkungan. Museum menyediakan berbagai macam sumber inspirasi bagi kreativitas yang inovatif yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional.

Lalu, ingatan apa yang didapat jika kita datang ke museum ?

Museum merupakan tempat bagi seseorang untuk merawat ingatan akan kejadian atau peristiwa yang sudah terjadi pada masa lampau. Kejadian yang menurut para ahli sejarah adalah einmalig, hanya sekali terjadi,  tidak mungkin dapat kembali atau terulang kembali. ibarat sebuah anak panah apabila telah terlepas dari busurnya, ia tidak akan kembali lagi. Museum juga mewakili periodisasi sejarah lewat koleksi yang dipamerkannya. Salah satunya adalah Museum Manusia Purba Sangiran. Dari namanya saja, museum ini merepresentasikan periodisasi zaman prasejarah di Indonesia, wa bil khusus tentang Situs Sangiran.

Seperti situs-situs paleoanthropologis lainnya, situasi lapangan Situs Sangiran belum sepenuhnya bisa mencerminkan apa-apa, dengan bentang lahan gersang dan tidak mampu bercerita banyak tentang evolusi manusia, budaya, dan lingkungan kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, agar pesan-pesan informasi Situs Sangiran sampai kepada masyarakat dibutuhkan adanya museum.

Koleksi fosil gading gajah purba di Museum Manusia Purba Sangiran
Koleksi fosil gading gajah purba di Museum Manusia Purba Sangiran

Sebagai salah satu situs manusia purba terlengkap di Indonesia, bahkan di dunia, Sangiran meraih “popularitasnya” lewat  temuan fosil dan artefak yang beragam. Temuan tengkorak Homo erectus S17 (satu dari dua temuan tengkorak manusia purba jenis Homo erectus paling lengkap di dunia), Sangiran flakes industry (industri alat serpih Sangiran), legenda asal usul Sangiran beserta mitos Balung Buto, kekayaan fosil dan artefak dari Bumi Sangiran, rekam jejak para peneliti “papan atas” di Sangiran seperti G.H.R von Koenigswald, G.J. Barstra, T. Jacob, R.P Soejono, Sartono, Truman Simanjutak dan Harry Widianto serta  kompleksnya stratigrafi tanah di Sangiran dengan rentang usia 2,4 juta – 250 ribu tahun (ditandai dengan adanya formasi Kalibeng, Pucangan, Grenzbank, Kabuh, Notopuro) merupakan beberapa aspek yang turut melejitkan Sangiran dalam kancah dunia ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan prasejarah. Dan semua yang tersebut ini dapat disaksikan rekam jejaknya di Museum Manusia Purba Sangiran.

Sebagai sebuah warisan budaya dunia, mencatat dan merawat ingatan tentang Sangiran adalah cara sederhana kita meninggalkan warisan kepada generasi di masa mendatang. (MJ)