Semangat Kebangkitan Nasional dalam Tradisi Nyadran di Sangiran

0
1729
Sadranan, tradisi yang masih dilestarikan sampai sekarang

Kebangkitan nasional ditandai kesadaran akan pentingnya rasa nasionalisme dan persatuan dengan meninggalkan sikap kedaerahan dalam upaya merebut kemerdekaan. Hal ini ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo tepat 110 tahun yang lalu, tepatnya 20 Mei 1908 yang digagas oleh mahasiswa STOVIA. Sikap kedaerahan ditinggalkan guna membangkitkan rasa nasionalisme dalam perjuangan meraih kemerdekaan.

Dalam mengisi kemerdekaan, setiap daerah memiliki keistimewaan masing-masing. Hal ini juga dimiliki masyarakat yang hidup dan berkarya di Sangiran, salah satunya adalah sebuah tradisi Sadranan.

Bersama dalam tradisi

Situs Manusia Purba Sangiran kaya akan seni budaya dan tradisi. Menyambut bulan Ramadhan ini, di Dusun Ngampon, Desa Krikilan Kalijambe Sragen diadakan tradisi Sadranan. Sadranan berupa kenduri makanan diadakan oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sudah meninggal. Tujuannya untuk mengirim doa bagi arwah anggota keluarga tersebut. Sisi positif dari hal ini semakin mempererat silaturahmi dengan sesama warga.

Sadranan dimulai dengan menyediakan nasi bancakan dan uba rampenya yang kemudian dibagi untuk warga yang hadir. Nasi bancakan berupa nasi putih dengan sayur gudangan, kedelai hitam goreng, krupuk dan buah pisang. Nasi ditempatkan di anyaman bambu yang dialasi daun jati. Makanan tersebut sebelum dibagi didoakan terlebih dahulu oleh orang yang dituakan biasanya Pak Bayan Warsono serta oleh pemuka agama.

Kebersamaan dalam tradisi semacam ini harus senantiasa dilestarikan, jangan sampai hilang. Makna yang didapat dari hal ini ialah terwujudnya kerukunan, berbagi kasih dengan sesama, mengingat leluhur serta yang utama adalah tidak melupakan nikmat yang sudah diberikan Tuhan. (Duwiningsih)