Katalog Koleksi Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Dayu (Anjungan Kabuh)

0
271

Anjungan ini bercerita tentang lapisan tanah yang terbentuk 730.000 tahun lalu, saat Sangiran merupakan kawasan aliran sungai yang cukup hijau, dengan dominasi rerumputan berseling pohon besar. Hewan herbivora seperti banteng, badak, dan gajah purba bergerombol merumput di bawah pohon rindang yang berseling semak belukar.

Manusia purba tipe Homo erectus berada di tengah hewan-hewan purba dan berusaha untuk mempertahankan hidupnya. Mereka menuruni lembah tepian sungai besar untuk membuat alat batu, berburu dan mengumpulkan makanan.

Lapisan Kabuh menceritakan Sangiran pada masa 730 – 250 ribu tahun lalu, di mana Sangiran merupakan kawasan aliran sungai yang cukup hijau yang didominasi rerumputan berseling pohon besar.

Sungai yang lebar berkelok menyediakan air yang berlimpah bagi hewan dan manusia yang hidup pada masa itu. Lingkungan seperti ini juga menjadi habitat yang baik bagi buaya dan kuda sungai. Hewan herbivora seperti banteng, badak, dan gajah purba turut menghuni rimba raya Sangiran yang kaya rerumputan dan pohon-pohon besar. Kelompok manusia Homo erectus menggunakan kemampuan berburu hewan untuk mempertahankan hidupnya. Mereka dapat membuat alat dari batu dan tulang sebagai alat berburu serta mempertahankan diri. Homo erectus memburu hewan-hewan seperti babi hutan, kerbau, kijang, dan sapi.

Selama 500 ribu tahun banyak terjadi peristiwa alam dan perubahan iklim sehingga lingkungan Sangiran pun kerap berubah-ubah. Menjelang akhir Kala Plestosen Tengah aktivitas gunung api meningkat. Letusan-letusan dahsyat berasal dari gunung-gunung api tua, khususnya Gunung Lawu Purba. (Wiwit Hermanto, Muhammad Mujibur Rohman)

Selengkapnya silahkan klik disini