Dubois adalah ilmuwan pertama yang berfokus pada penelitian fosil hominid di Indonesia. Dalam risalah ilmiah atas temuan Trinil, ia menyebut Manusia Jawa sebagai matarantai penting dalam proses evolusi manusia: the missing link, yang sangat mungkin berasal dari kala Plestosen Bawah atau bahkan Pliosen Atas.
Meski kalangan ilmuwan akhirnya menerima Manusia Jawa sebagai figur “antara kera dan manusia”, banyak dari mereka awalnya tidak percaya bahwa temuan EUGENE DUBOIS berada tepat di tengah percabangan antara kera dan manusia. Riuh-rendah perdebatan itu mendorong Dubois untuk merevisi pemikirannya di tahun 1924, dengan mengatakan bahwa temuannya adalah hasil percabangan lain yang punah dalam proses evolusi manusia, dan mungkin berusia lebih muda dari dugaannya semula.
Adalah LJC Van Es yang “membela” dugaan Dubois dengan menerbitkan The Age of Pithecanthropus, hasil penelitiannya atas lapisan tanah dan lingkungan purba di Jawa, di tahun 1931. Ketertarikan van Es akan usia Manusia Jawa dipicu oleh serentetan diskusinya dengan Prof. Dr. L. Bolk sepanjang masa tinggalnya di Belanda, tahun 1924. Menurut van Es, kepurbaan Manusia Jawa akan dapat disimpulkan jika usia kepurbaan lapisan tanah Trinil, di mana fosil hominin itu terpendam, diketahui. Penelitian van Es di Jawa menyimpulkan bahwa seturut pertanggalan relatif, seperti dugaan Dubois, Manusia Jawa berasal dari kala Pleistosen Bawah. –ISB-
(Display 1, Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung)