Pandangan Peziarah Terhadap Makam Raja-Raja Di Imogiri

0
1399

Pandangan Peziarah Terhadap Makam Raja-Raja Di Imogiri

Oleh: Christriyati Ariani

Berziarah yang artinya berkunjung ke tempat yang keramat atau mulia merupakan hal yang biasa dilakukan oleh orang Jawa. Dikatakan sebagai tempat yang keramat, karena makam dianggap sebagai tempat bersemayamnya para roh halus. Bagi orang Jawa mempunyai pandangan bahwa roh tersebut masih tetap hidup dan oleh karena itu bagi kerabatnya yang masih hidup berkeyakinan untuk menghormatinya. Cara menghormati makam juga dapat dilaksanakan dengan berbagai macam cara diantaranya dengan sering mengunjungi makam, membersihkan makam dan yang lebih penting adalah mendoakannya agar dapat diterima disisiNya.

Akan tetapi, di sisi lain keberadaan makam sering disalahartikan sehingga makam sering digunakan sebagai tempat untuk “memohon” sesuatu atau sering digunakan sebagai tempat untuk “nenepi” karena memang tempatnya yang sepi. Adanya laku seperti itu, bagi kehidupan masyarakat Jawa merupakan hal yang biasa apalagi bagi seseorang yang mempunyai suatu keinginan. Tempatnya yang memang benar-benar sepi, hening, serta sejuk karena berada di puncak gunung, memang makam raja-raja di Imogiri ini sangat sesuai untuk tujuan tersebut. Bagi mereka yang gemar akan olah batin sering berkunjung ke makam tersebut.

Adanya beberapa kegiatan tersebut di atas tentu saja tidak terlepas dari pengaruh siapa yang “sumare” di makam tersebut. Bagi seseorang yang melakukan olah batin di situ mempunyai harapan untuk mendapatkan “berkah” dari sang raja sehingga sering diartikan berkunjung ke makam Imogiri dngan tujuan untuk “ngalap berkah” atau “nyuwun berkah”. “Ngalap berkah” atau “nyuwun berkah” ini juga dapat diartikan peziarah dengan bermacam-macam makna, seperti keselamatan, kesehatan, kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya. Adanya keyakinan seperti itu bagi orang Jawa terutama mereka yang menganut agama ”kejawen” tidak terlepas dari adanya anggapan bahwa kedudukan seorang raja merupakan satu-satunya medium yang dapat menghubungkan antara makro kosmos dan mikro kosmos. Dengan demikian seorang raja merupakan mediator antara manusia dengan Tuhan, sehingga walaupun raja telah wafat, predikat tersebut masih melekat dalam dirinya.

Selengkapnya: Laporan Penelitian JARAHNITRA, No. 012/P/1997.