Padang (BPNB Sumbar) – Fungsional Peneliti pada Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat merupakan ‘ruh’ yang tidak terpisahkan. Artinya detak nadi Balai sebagai pelestari budaya salah satunya ada pada hasil pekerjaan para peneliti. Sehingga untuk memastikan berhasil tidaknya Balai di masa yang akan datang maka para peneliti perlu membangun satu komitmen untuk meningkatkan kualitas diri dan juga kualitas penelitiannya. Hal itulah yang menjadi rangkuman dari rapat fungsional peneliti BPNB Sumatera Barat yang dipimpin oleh Kepala Balai bapak Drs. Suarman.
Rapat dilaksanakan pada Jumat, 13 Januari 2017 di Ruang Rapat BPNB Sumbar. Rapat ini untuk memastikan persiapan pelaksanaan kegiatan 2017 yang akan segera berjalan. Seluruh pegawai fungsional peneliti hadir baik dari Pokja Sejarah maupun Budaya. KasubBag Tata Usaha Ibu Titit Lestari membuka rapat pada pukul 14.00 wib.
Pada hakekatnya, rapat kali ini adalah upaya Kepala Balai Drs. Suarman untuk menampung aspirasi dan informasi terkait hal-hal yang berkembang pada fungsional peneliti. Termasuk di dalamnya bagaimana situasi terkini fungsional peneliti, bagaimana pekerjaan di 2017 yang sudah dirumuskan, bagaimana metode pengerjaannya serta bagaimana meningkatkan kompetensi peneliti. Hal ini berkaitan dengan peningkatan mutu kerja dan hasil penelitian yang akan dikeluarkan. Dalam rapat juga dibahas persoalan-persoalan apa yang terjadi pada upaya mengeksekusi program dan bagaimana mengatasinya. Selain itu rapat kali ini juga membahas wacana mengenai kegiatan-kegiatan di masa yang akan datang untuk mampu mendongkrak nama kantor kepada masyarakat luas.
Dari hasil perdiskusian mengemuka dua isu penting yang harus disikapi segera yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan kualitas pekerjaan peneliti. Dua isu tersebut saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Untuk itu di masa depan peningkatan kualitas sumber daya manusia akan dilakukan melalui berbagai pemberdayaan dan pelatihan peneliti. Wacana melibatkan para peneliti dalam berbagai even yang dilaksanakan menjadi satu keharusan. Seperti terlibat dalam kepanitiaan ilmiah, menjadi narasumber baik dalam seminar, dialog budaya, BPNB Menyapa Masyarakat dan program sosialisasi pada media elektronik yang akan dibuat. Sementara itu pelatihan teknis juga akan digalakkan untuk meningkatkan kompetensi peneliti melalui pelatihan jurnalistik, pelatihan karya tulis. Pelatihan jurnalistik menjadi penting sehingga para peneliti mampu mempublikasikan hasil kerja penelitiannya di media-media cetak baik lokal maupun nasional.
Berkaitan dengan itu, peningkatan kualitas kerja juga menjadi pekerjaan pokok bagi para peneliti. Peningkatan kualitas kerja sesungguhnya akan seiring dengan peningkatan sumber daya manusia. Target utama yang akan dicapai adalah bagaimana hasil-hasil penelitian semakin berkualitas dan mampu mencegah persepsi negatif yang selama ini berkembang di masyarakat. Persepsi negatif ini menurut Undri harus dijadikan sebagai cambuk sehingga mendorong peningkatan hasil pekerjaan penelitian. Walau persepsi itu tidak sesungguhnya benar namun pada prinsipnya secara aplikatif dan kemanfaatan tidak bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. Namun demikian seiring dengan kebijakan dan visi-misi pemerintah dalam hal penelitian, Balai harus mampu untuk beradaptasi dengan kebijkan dan target pemerintah yang sudah dicanangkan. Target ke depan adalah hasil penelitian harus jauh lebih bermanfaat bagi masyarakat dan disesuaikan dengan visi misi pemerintah.
Sesuai dengan visi misi Direktorat Jenderal Kebudayaan, penelitian kebudayaan ke depan didorong untuk menjadi masukan kebijakan atau rekomendasi. Hal ini bertujuan bahwa manfaat penelitian tersebut langsung dirasakan oleh masyarakat. Untuk itu, dasar penelitian harus jelas, analisanya juga harus lebih dipertajam. Penelitian ke depan tidak diukur dari tebal-tidaknya laporan penelitian tapi lebih kepada substansi yang dicapai. Akurasi data dan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Selain itu, hasil penelitian yang sudah dilakukan juga harus didistribusikan paling banyak ke lokasi penelitian sehingga itu bisa memperkaya budaya lokal.
Selain peningkatan kompetensi peneliti, hal yang dibahas dalam rapat adalah bagaimana meningkatkan Angka Kredit. Pencapaian angka kredit ini menjadi tugas pokok fungsional peneliti untuk dapat naik pangkat dan golongan. Berbagai media kemudian diwacanakan untuk bisa mendukung pencapaian tersebut. Pencapaian ini juga berkaitan erat dengan upaya peningkatan kompetensi peneliti. Beberapa wacana yang diharapkan mampu mendongkrak angka kredit peneliti adalah dengan memproduksi berbagai media-media sebagai sarana penyaluran hasil-hasil penelitian. Wacana tersebut antara lain komik sejarah dan budaya, pelibatan para peneliti sebagai nara sumber dalam berbagai kegiatan kantor yang memerlukan, membangun kerjasama dengan media elektronik seperti radio dan TV sebagai publikasi hasil-hasil penelitian dan melibatkan peneliti dalam programnya, mencetak jurnal ilmiah, mencetak buku dan lain-lain.
Dengan berbagai program yang diwacanakan, diharapkan para peneliti dapat mencapai angka kredit dan tidak lagi harus Berhenti Sementara (BS) karena tidak mencapai target yang ditetapkan.