Prabumulih – Seluruh peserta Jetrada 2018 mengikuti kegiatan upacara sedekah dusun. Sedekah dusun merupakan bentuk ucapan syukur atas hasil panen yang mereka peroleh. Pada masa lalu, acara ini selalu diadakan setiap selesai panen. Upacara ini dilaksanakan oleh masyarakat dusun Gunung Kemala pada Sabtu, 21 April 2018 atau hari ketiga pelaksanaan Jetrada.
Pada kesempatan ini para siswa dibagi dalam enam kelompok kategori objek observasi. Mereka diminta melakukan observasi untuk memahami lebih dalam mengenai pelaksanaan dan tujuan sedekah dusun. Masing-masing kelompok memdapatkan materi observasi yang berbeda. Materi tersebut yakni peralatan/perlengkapan upacara, teknis pelaksanaan/prosesi, pelaksana upacara/orang-orang yang terlibat dalam upacara, asal-usul, mantra-mantra dan sistem kekerabatan.
Selama pelaksanaan upacara tersebut, seluruh peserta diminta mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, mulai tahap persiapan hingga pelaksanaan. Pelaksanaannya sendiri dimulai dengan acara bersih pusaka yang dilaksanakan sehari sebelum puncak acara. Pada puncak acara, tua menyan mulai membaca mantra dalam sebuah ruang khusus di balai adat dengan berbagai sesajen pendukungnya. Selanjutnya setelah dimantrai, sesajen dimasukkan ke dalam jung/perahu terbuat dari pelepah pisang. Bentuk jung adalah persegi empat dengan atap dari daun pisang.
Sesajen yang telah diberi mantra oleh tua menyan, selanjutnya dihanyutkan ke sungai sebagai simbol penyerahan kepada penguasa air, darat, dan udara. Dari sungai, seluruh peserta kembali lagi ke balai adat untuk mengikuti belangir. Acara belangir merupakan acara penyucian. Proses belangir dilakukan dengan mengumpulkan seluruh warga masyarakat di halaman balai adat. Warga tersebut kemudian diminta duduk, lalu tua menyan memberi garis batas antara yang ikut belangir dengan yang tidak.
Tahap selanjutnya, tua menyan mengambil posisi di luar garis, lalu mengambil seikat daun dalam air belangir yang telah disediakan sebelumnya. dengan mencelupkan daun tersebut ke dalam air, selanjutnya tua menyan menyirami warga sambil mengelilingi sebanyak tiga kali. Masyarakat percaya bahwa proses belangir tersebut akan menambah keberuntungan bagi masyarakatnya.
Setelah seluruh rangkaian acara selesai, selanjutnya warga makan bersama di balai adat.
Selain melakukan observasi, para peserta juga bebas melakukan wawancara dengan nara sumber atau warga setempat untuk mendapatkan data yang benar. Beberapa narasumber yang dilibatkan dalam kegiatan ini adalah ketua menyan, yakni orang yang mempunyai hak dan wewenang selain kemampuan batiniah. Ketua menyan ini bertugas mendoakan serta menyerahkan kepada arwah nenek moyang.
Hasil observasi dan wawancara, oleh peserta lalu dituliskan dalam bentuk laporan. Laporan ini kemudian dipresentasikan secara berkelompok di depan juri pada hari berikutnya. (FM)