Perut punai, Camilan Khas Bengkulu

0
5147

Perut punai merupakan makanan tradisional khas masyarakat Bengkulu. Sesuai namanya, camilan ini berbentuk usus yang dililitkan. Punai sendiri merupakan jenis burung yang hidup di hutan. Walau begitu, perut punai bukan satu-satunya nama untuk kuliner ini. Kudapan ini juga dikenal dengan juada karei, juada keras, dan arai pinangPerut punai biasa dihidangkan sebagai camilan dalam berbagai hajatan seperti perkawinan, lebaran, sunatan dll.

Bahan pembuatan perut punai terdiri dari tepung beras (sekarang diganti dengan tepung sagu), gula, kapur sirih, garam. Pada masa lalu, tepung beras untuk pembuatan bahan perut punai masih diolah secara tradisional yaitu dengan menumbuk beras dan mengeringkannya dengan dijemur. Sementara itu, untuk menambah rasa maka bahan-bahan perasa turut ditambahkan seperti cabai (pedas), gula (manis) dan ebi.

Proses Pembuatan

Proses pembuatan perut punai dilakukan dengan cara menyiapkan bahan terlebih dahulu. Tepung beras dijemur (sekarang cukup digongseng) hingga kering. Sembari mengeringkan tepung, air dipanaskan dengan tambahan garam dan kapur. Setelah tepung kering dan air kapur telah mendidih, selanjutnya air tersebut dimasukkan ke wadah berisi tepung, lalu diadon hingga kental. Adonan kemudian dibentuk seperti batangan bulat dan panjang, kira-kira satu jengkal orang dewasa. Bulatan-bulatan tersebut dililitkan serupa usus.

Baca juga: Maanta Pabukoan, Tradisi yang Makin Ditinggalkan

Di wadah lain minyak telah dipanaskan. Setelah proses membentuk perut punai selesai, pekerjaan selanjutnya adalah menggoreng hingga masak. Tanda bahwa perut punai telah masak adalah dengan melihat perubahan warna dari putih menjadi kecoklatan. Waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng kira-kira 15 menit dengan nyala api yang tidak begitu besar. Selanjutnya perut punai diangkat, didinginkan dan dipres hingga kandungan minyaknya semakin hilang.

Setelah proses pengeringan selesai, maka perut punai siap dihidangkan. Pada masa sekarang, perut punai telah dijadikan barang komoditas yang diperjual-belikan. Jika hendak dijual, maka pekerjaan pasca pengeringan adalah mengemasnya. Selain itu, untuk beberapa komoditas perut punai membutuhkan penggulaan yakni pemberian rasa ke dalam perut punai. Ada empat rasa yang telah diperjual-belikan sekarang ini yakni asin, manis, pedas dan ebi.

Proses penggulaan dilakukan dengan cara memanaskan campuran air, vanili dan garam(rasa asin), gula aren dan gula pasir (rasa manis), cabai (rasa pedas) dan ebi (rasa ebi). Campuran bahan-bahan tersebut dipanaskan hingga mengental (tidak terlalu kental ataupun cair). Lalu perut punai dimasukkan ke dalam campuran tersebut hingga merata. Perut punai siap untuk dihidangkan.

Hingga kini, camilan perut punai masih diproduksi oleh masyarakat dan seringkali dijadikan sebagai oleh-oleh dari Bengkulu.(FM)