Manuladan Ka Nan Baiak, Maniru Ka Nan Nyato

0
814

Penulis: Undri

Mengajari anak dengan pengetahuan adat istiadat mestilah kita lakukan bagi setiap orang tua. Jebakan berbagai pengaruh menjadi hantu yang menakutkan, dan telah menjadi semacam hiasan dinding bagi generasi muda saat ini. Bertolak dari itu, dahulu pengaruh dari luar belum begitu besar, adat istiadat masih kuat dan kokoh. Segenap anggota masyarakat mempelajari tentang adat istiadat kepada yang tua-tua yang memiliki pengetahuan yang banyak tentang hal tersebut. Dengan cara yang demikian pengetahuan seseorang mengenai adat istiadat sudah tidak diragukan lagi, apalagi pemangku adatnya. Meniru dan meneladani sesuatu yang baik, kalau mencontoh hendaklah mencontoh kepada yang nyata. Janganlah menjadikan sesuatu yang belum pernah ada sebagai contoh dan teladan. Sejalan dengan itulah muncul ungkapan manuladan ka nan baiak, maniru ka nan nyato.

Beranjak kearah lebih jauh atas ungkapan tersebut kita juga dikenalkan dengan mandapek urang dahulu, kahilangan urang kudian. Orang dahulu dalam ungkapan di atas menurut adat Minangkabau adalah generasi dahulu atau angkatan orang tua-tua dahulu dan yang disebut dengan orang kemudian ialah angkatan atau generasi berikutnya, generasi yang muncul kemudian generasi yang lebih muda.

Ungkapan ini digunakan oleh masyarakat Minangkabau untuk menasehati para remaja generasi masa sekarang, generasi yang telah kehilangan. Pengertian kata kehilangan disini yaitu dalam arti bahwa kecenderungannya mereka sudah tidak lagi mempunyai pengetahuan tentang adat istiadatnya sendiri. Sebaliknya yang dimaksud dengan istilah orang dahulu mendapat tiada lain daripada mereka mendapat, mempunyai dan sepenuhnya memiliki pengetahuan mengenai adat istiadatnya sendiri. Hingga sekarang ungkapan ini masih tetap hidup, dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai pedoman oleh masyarakat Minagkabau dalam kehidupannya.

Agar kita menghargai keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan berteladan kepada  yang lebih maju berarti kita juga ingin maju, ingin mencapai sesuatu yang lebih baik lagi dari pada yang telah sudah-sudah. Kita harus mencontoh kepada yang telah pernah terjadi yang nyata kepada yang telah ada yang kesemuanya itu dapat kita saksikan dan kita lihat dalam kehidupan ini.

Dengan demikian, segala sesuatu itu akan kita temui kebaikan dan keburukannya. Sekalian yang kebaikan kita ambil untuk dijadikan contoh dan teladan, dan segala yang buruk kita buang jauh-jauh sehingga kita akan memperoleh suatu kemajuan sebagaimana yang diharapkan. Ungkapan ini terutama sekali ditujukan kepada kaum remaja agar mau dan suka menghargai pendapat orang lain dalam hidup masyarakat.

Bagi generasi muda perlu juga kita ingatkan akan hal perilaku buruk seseorang yang melupakan orang-orang yang telah berperan dalam hidupnya. Managa karambia condong, pangka diawak, buah jatuah ka parak urang-memagar kelapa condong, pangkal pada kita, buah jatuh ke kebun orang. Manganjurkan agar kita senantiasa berbakti kepada orang tua dan guru, selalu ingat kepada mereka yang berjasa dalam proses keberhasilan kita.

Disamping itu juga penanaman tekat yang kokoh dalam mempertahankan nilai dan kebenaran yang diyakini perlu juga diajarkan kepada anak kita. Walaupun musuh atau bermacam gangguan terus menghadang tetap akan dilawan. Demi kebenaran tersebut tidak takut mati, karena mati mempertahankan keyakinan (membela agama) akan memperoleh ganjaran dari Allah SWT.

Nan ketek indak talendan, nan gadang usah talantuan-yang kecil jangan terlindas, yang besar jangan tersinggung. Perbedaan status sosial di antara anggota masyarakat niscaya ada. Namun janganlah hal itu menyebabkan permusuhan. Syaratnya adalah si kaya jangan suka memaksakan kehendak kepada si miskin. Begitu pula sebaliknya, bawahan jangan suka menyinggung perasaan pemimpin.

Kemudian  manauladan ka nan baiak, maniru ka nan nyato- meleladan kepada yang baik, mencontoh kepada yang nyata. Dan pandai-pandailah hendaknya kita dalam memilih teman agar dapat dijadikan sebagai teladan untuk kebaikan. Kemudian haruslah kita menghargai prestasi orang lain. Jangan iri melainkan harus mengikuti jalan keberhasilannya.

Kita juga tidak melakukan perbuatan yang merugikan diri dan pekerjaan yang tidak baik untuk dilakukan. Tersirat dalam ungkapan urang ingek pantang takicuah, urang jago pantang kamaliangan, ingek ingek sabalun kanai, kok malantai sabalun lapuak, kalau maminteh sabalun anyuik– orang ingat pantang terkecoh, orang jaga pantang kemalingan. Ingat-ingat sebelum kena, kalau malantai sebelum lapuk, kalau memintai sebelum hanyut. Nasehat agar senantiasa waspada dalam menjalani kehidupan sehingga terluput dari bermacam gangguan.

Begitulah irama hidup yang mesti kita ajarkan buat anak kita, agar lindasan  pengaruh dari luar dapat ditangkal, dan menjadikan sebagai generasi yang andal kedepannya. Mudah-mudahan.[Penulis adalah peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat]

Artikel ini telah dimuat di Harian Umum Singgalang Kolom Kurenah