Kisah Linggau dan Dayang Torek merupakan cerita rakyat yang berasal dari Kota Lubuklinggau. Linggau dan Dayang Torek bercerita tentang asal usul Kota Lubuklinggau.
Alkisah pada zaman kerajaan, Lubuklinggau banyak melahirkan para pendekar yang memiliki ilmu kesaktian tinggi. Pada masa itu, siapa yang paling tinggi ilmu kesaktiannya maka dialah yang berkuasa. Kemampuan ilmu beladiri yang mumpuni serta keterampilan dalam memperbuat hal-hal yang berada di luar akal sehat manusia merupakan ukuran penting sehingga seseorang dihargai di tengah masyarakat. Karenanya, salah satu tujuan hidup di masa itu adalah, menguasai berbagai ilmu kesaktian, meskipun untuk mendapatkannya seeorang harus melalui berbagai rintangan serta marabahaya yang mengancam nyawa. Seseorang dikala itu tidak akan berhenti mencari ilmu kesaktian sebelum dia tersohor keberbagai pelosok karena kesaktian yang dimiliki.
Tersebutlah Linggau, putra mahkota kerajaan, sekaligus tokoh penting legenda lokal Lubuklinggau ini. Linggau adalah putra kesayangan baginda, seorang raja yang dikenal arif serta bijaksana di seantero negeri. Linggau adalah tumpuan harapan istana, penerus serta pewaris kejayaan kerajaan di masa depan. Di luar istana, rakyat kerajaan di lembah Bukit Sulap tersebut hidup damai dan sejahtera. Mereka mencukupi seluruh kebutuhan hidup dengan mengolah serta memanfaatkan berbagai hasil yang telah disediakan oleh alam. Rakyat menjalani kehidupan dengan penuh suka cita serta senantiasa merasa dinaungi oleh keluarga istana. Apalagi, raja mereka terkenal sakti mandraguna. Kesaktian baginda raja tidak hanya dikenal di dalam lingkungan kerajaan. Baginda raja ditakuti oleh para pendekar sakti yang hidup di masa itu, terutama oleh para penjahat dan perampok.
Linggau dikenal mempunyai berbagai ilmu ketangkasan dan kesaktian. Sedari kecil dia telah mewarisi kesaktian sang raja serta menimba ilmu ke berbagai guru yang mumpuni. Linggau terus bertumbuh menjadi remaja yang memiliki kepribadian muliya. Wajah rupawan menjadikan Linggau sagat disayangi oleh seluruh anggota kerajaan serta senantiasa menjadi buah bibir masyarakat. Banyak para gadis di kerajaan yang mendambakan menjadi pendamping hidupnya. Sayang seribu kali sayang, Linggau belum bermaksud menjatuhkan pilihannya pada seorang gadis. Sebagai pewaris tahta Linggau menyadari tugas serta tanggung jawabnya kelak. Karena itu, yang terpenting bukanlah segera menikah serta menjalani kehidupan berumah tangga. Tugasnya sekarang mengumpulkan banyak bekal pengetahuan sebagai calon pewaris tahta kerajaan. Berilmu tinggi, baik ilmu kesaktian, maupun ilmu tentang pemerintahan.
Pilihan hidup tidak segera mempersunting seorang gadis menjadikan Linggau dijuluki ”bujang tua”. Namun demikian, julukan tersebut tidaklah menjadikan Linggau surut dari keputusan yang diambil. Dia tetap dengan sikapnya, menimba banyak pengalaman serta memilih untuk tidak segera menikah. Apalagi, dia memiliki Dayang Torek, adik perempuannya yang cantik jelita. Kecantikan Dayang Torek tersebar sampai ke kerajaan tetangga. Linggau sangat menyayangi Dayang Torek. Dia sadar bahwa Dayang Torek adalah incaran setiap pemuda di kerajaan bahkan oleh mereka yang berasal dari kerajaan tetangga tersebut. Karena itu, tanggung jawabnya adalah melindungi Dayang Torek. Linggau tidak mencemaskan setiap pemuda yang ada di kerajaan. Sebaliknya, gelagat kurang baik justru muncul dari para raja dan pengeran sakti yang berasal dari kerajaan tetangga. Mereka mengincar Dayang Torek dan tentunya akan menempuh segala cara untuk dapat mempersuntingnya.
Kecantikan Dayang Torek terdengar oleh seorang pendekar sakti yang bernama Si Pahit Lidah. Sesuai dengan namanya, Si Pahit Lidah memiliki sumpah yang sakti. Perkataan Si Pahit Lidah adalah kenyataan pahit bagi setiap yang mendengarnya. Siapa yang tidak suka akan merasakan akibat dari sumpah sakti Si Pahit Lidah. Linggau makin mengkhawatirkan keselamatan Dayang Torek yang ternyata tidak menyenangi Si Pahit Lidah. Si Pahit Lidah berkeinginan mempersuntingnya dan seluruh anggota kelurga kerajaan tidak merestui. Untuk menghindari Si Pahit Lidah, Linggau pun menyembunyikan Dayang Torek di dasar sungai. Linggau sengaja membuat sebuah lubuk yang dalam dengan menancapkan taring giginya ke dasar sungai. Disitulah Dayang Torek bersembunyi. Dayang Torek selamat dari incaran Si Pahit Lidah. Bukan hanya itu, tidak seorang pun mengetahui keberadaan lubuk persembunyian Dayang Torek.
Masyarakat Lubuklinggau percaya bahwa dari banyaknya lubuk yang terdapat di sungai Lubuklinggau, lubuk yang konon menjadi tempat persembunyian Dayang Torek pada zaman dahulu adalah keramat serta memiliki keanehan. Lubuk itu kecil namun sangat dalam. Sampai sekarang lubuk itu dianggap sakti serta kemudian ditakuti. Masyarakat percaya bahwa dalam setiap tahun lubuk tersebut akan memakan korban. Mereka adalah para gadis berwajah cantik yang akan menemani Dayang Torek dalam persembunyiannya.
Karena yang membuat lubuk tersebut adalah Linggau maka lubuk tersebut dinamakan “Lubuklinggau”. Lubuk itu berada tepat di bawah jembatan yang terletak di Dusun Linggau Kelurahan Linggau Kecamatan Lubuklinggau Barat I. Lubuk tersebut kecil dan dalam serta air di atasnya sangat tenang. Tidak pernah ada batu yang menutupi lubuk tersebut. Pada zaman dahulu daerah di sekitar Lubuk tersebut dikenal dengan nama Dusun Linggau. Sekarang, menjadi nama sebuah kota, Kota Lubuklinggau.
Oleh: Hasanadi (Peneliti budaya di Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat)