Beranda blog Halaman 34

BPNB Sumbar Menerima Plakat dari Ikatan Kekerabatan Antropologi UNAND

0
Ibu Titit Lestari menerima plakat dari IKA UNAND

Padang (BPNB Sumbar) – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat yang diwakili oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha Ibu Titit Lestari, S.Si. MP menerima plakat dari Ikatan Kekerabatan Antropologi Universitas Andalas. Penyerahan plakat dilakukan oleh Panitia Mubes I IKA Universitas Andalas pada Sabtu, 28 Januari 2017 dalam rangkaian acara Musyawarah Besar I Ikatan Kekerabatan Antropologi (IKA) Universitas Andalas di Museum Adityawarman.

Ibu Titit Lestari menerima plakat dari IKA UNAND

Musyawarah Besar Ikatan Kekerabatan Antropologi Universitas Andalas kali ini merupakan pergelaran mubes pertama yang digagas oleh beberapa kerabat dan alumni yang secara sukarela bekerja secara estafet untuk menyelenggarakan Mubes. Niat awal pelaksanaan Mubes ini adalah kondisi terkini dengan berbagai tantangan ke depan yang dihadapi dalam pembangunan. Kondisi tersebut membutuhkan cara pandang antropologis untuk mencari solusi menghadapinya. Faktanya, para pengambil kebijakan masih enggan melirik antropologi dan memanfaatkan keilmuannya dalam menghadapi tantangan yang ada.

Ke depan, menghadapi tantangan tersebut antropologi diharapkan lebih berperan dalam berbagai aktivitas-aktifitas pembangunan. Untuk itu lulusan-lulusan antropologi harus memiliki kualitas mumpuni, berintegritas sehingga dapat menjawab tantangan yang ada. Penanaman nilai-nilai dan memperkuat modal sosial juga menjadi cita-cita yang akan diraih. Selain itu melalui Mubes dan kepengurusan ke depan, selain mengukuhkan Ikatan Kekerabatan Antropologi, para lulusan antropologi juga turut berperan aktif dalam pengembangan perencanaan daerah serta pemantauan capaian pembangunan.

Dalam rangkaian acara Mubes, panitia menyerahkan plakat kepada Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat. Penyerahan plakat ini oleh panitia dimaksudkan untuk membangun kerjasama yang baik antara IKA dan BPNB Sumbar ke depan dalam berbagai kegiatan-kegiatan kebudayaan. Mendorong IKA Unand bisa menjadi mitra strategis. Turut menerima plakat dalam kegiatan tersebut yakni Kepala Dinas Kebudayaan, Kepala Museum Adityawarman, Walikota Padang serta Dekan FISIP Universitas Andalas.

Foto bersama penerima plakat

Bagi BPNB Sumatera Barat, pemberian plakat tersebut menunjukkan bukti bahwa telah lama terjalin kerja sama yang erat dengan kampus, khususnya Antropologi Universitas Andalas. Kajian-kajian kebudayaan yang dikerjakan oleh BPNB Sumatera Barat tidak lepas dari kajian-kajian akademis. Sehingga kerjasama dengan kampus tidak bisa dilepaskan untuk memastikan keilmiahan kajian tersebut. Beberapa bentuk kerjasama yang dilakukan adalah menjadikan akademisi kampus sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan seminar dan dialog. Disamping itu beberapa akademisi juga turut dilibatkan sebagai mitra bestari jurnal yang dikelola BPNB Sumatera Barat.

Kepala BPNB Sumatera Barat Bapak Suarman menyampaikan bahwa hubungan antara kampus dan UPT kebudayaan seperti BPNB sangat penting. Beliau juga menambahkan bahwa sejak beliau bertugas di BPNB Kepulauan Riau telah menjalin kerjasama dengan berbagai kampus termasuk dengan FISIP Universitas Andalas. Dan pemberian plakat tersebut adalah tepat untuk lebih meningkatkan kerjasama tersebut di masa yang akan datang.

Sukses selalu untuk Ikatan Kekerabatan Antropologi Universitas Andalas.

Prof. Lyn Parker: Stigmatisasi Janda Mengakibatkan Wanita Bertahan Pada Perkawinan Buruk

0
Prof. Lyn Parker

Padang (BPNB Sumbar) – Stigma pada perempuan khususnya pada janda dan bercerai di Indonesia masih terjadi. Stigma tersebut bermacam-macam terlebih pada perempuan janda karena perceraian. Stigma tersebut selanjutnya mengakibatkan seorang perempuan bertahan pada perkawinan yang buruk atau  harus rela merahasiakan status jandanya kepada khalayak umum. Setidaknya begitulah simpulan kuliah Prof. Lyn Parker yang disampaikan di Universitas Andalas tentang stigmatisasi Janda.

Prof. Lyn Parker

Prof. Lyn Parker adalah salah satu dosen di University Of Western Australia(UWA). Melalui kerjasama dengan Universitas Andalas, Lyn membawakan kuliah yang berjudul “The Stigmatisation of Widows and Divorcess (Janda) in Indonesia Society”. Sebuah kajian literatur review tentang Stigma atau pelabelan pada perempuan janda di Indonesia. Kuliah tersebut dilaksanakan pada Jumat, 27 January 2017 di Ruang Sidang Pasca Sarjana Universitas Andalas, Padang. Kuliah tersebut dihadiri beberapa peneliti dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat.

Artikel “The Stigmatization of Widows and Divorcées (Janda) in Indonesian Society” adalah tulisan Prof. Lyn Parker dalam jurnal edisi khusus yang membahas tentang stigma. Penulis dalam jurnal tersebut terdiri dari berbagai latar belakang ilmu seperti psikologi, hukum, antropologi dll. Tulisan ini sendiri jauh dari kajian-kajian etnografi yang mengandalkan studi lapangan.

Berawal dari perdiskusian dengan seorang wanita yang hingga dua jam tidak mau mengaku sebagai janda, kemudian Lyn memutuskan untuk mengangkat tema tentang stigma yang dihadapi perempuan janda dan sudah bercerai di Indonesia.

Menurut Lyn, konsep tentang stigmatisasi adalah reputasi yang buruk tentang seseorang. Stigma juga identik dengan identitas yang jelek. Beliau mencontohkan bahwa seorang yang sulit untuk belajar disebut ‘lolana’ atau pembelajar yang lambat. Pada awalnya stigma ini dipakai oleh ahli-ahli psikologi kemudian berkembang ke ilmu-ilmu lain dengan tokoh-tokohnya.

Lyn menambahkan Artikel ini memberi sumbangan pada konteks stigmatisasi. Dalam kajiannya stigmatisasi kepada perempuan ditujukan pada beberapa kelompok perempuan seperti: perempuan tidak menikah hingga usia 3o tahun (perawan tua), ibu-ibu yang tidak menikah, pasangan mandul (menyalahkan wanita), perempuan gundik, perempuan yang bekerja di hotel dll.

Dalam berbagai kajian, stigmatisasi atau pelabelan dipakai untuk memisahkan orang dengan orang lain. Biasanya dipakai untuk memberi label pada minoritas. Lebih jauh dia menganalisis bahwa stigmatisasi identik dengan kekuasaan. Stigma oleh orang yang berkuasa digunakan untuk mengukuhkan kekuasaannya.

Sesungguhnya ada apa dibalik stigmatisasi? Menurut Lyn, Stigmatisasi bisa dianalisis dari institusi perkawinan. Insitusi tersebut menstigmakan bahwa idealnya seorang perempuan adalah menikah maka diluar itu adalah orang yang bersalah. Hal ini juga digunakan untuk mengukuhkan UU perkawinan. Dengan adanya berbagai institusi tersebut kemudian menstigmakan bahwa seolah perceraian tidak patut terjadi.

Menurut Lyn stigmatisasi berdampak pada seorang perempuan bertahan pada situasi buruk perkawinan atau merahasiakan status jandanya kepada orang lain. Kajian ini membuka peluang pada kajian-kajian lanjutan di masa yang akan datang.

BPNB ‘Duduak Baropok Tagak Bapusu’ Bersama Dinas Kebudayaan

0

Padang (BPNB Sumbar) – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat menghadiri undangan acara Duduak Baropok Tagak Bapusu yang dilaksanakan Dinas Kebudayaan Sumatera Barat. Kegiatan dilaksanakan pada Rabu, 25 Januari 2017 pukul 09.00 wib di Aula Museum Nagari (Jl. Diponegoro No.10 Padang). Hadir dalam rapat, Kepala Dinas Kebudayaan Bapak Taufik Efendi, Ketua Bundo Kanduang Ibu Prof. Raudha Thaib, Akademisi dan Undri dari BPNB Sumatera Barat.

Tujuan kegiatan tersebut menurut Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat Taufik Effendi adalah untuk melakukan silaturahmi dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Budaya dan Unit Pelaksana Teknis(UPT) Kementerian yang ada di Sumatera Barat yang mempunyai tugas dan fungsi sama yaitu kebudayaan. Selain itu juga dimaksudkan untuk mendiskusikan tentang Rencana Strategis Kebudayaan yang sedang digodok.

“kegiatan ini merupakan upaya untuk menampung informasi dan aspirasi serta mencari solusi tentang Rencana Strategis Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat. Ada tiga isu dalam rancangan rencana strategis kebudayaan yang sedang dalam pembahasan yaitu: masalah permuseuman dan purbakala, masalah kesenian dan diplomasi budaya serta masalah sejarah dan nilai-nilai tradisional” papar Taufik Effendi.

Sementara ketua Bundo Kanduang Prof. Raudha Thaib menyampaikan agar renstra yang sedang dibahas nantinya tidak menyimpang dari Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Hal itu mengingatkan bahwa itulah filosofi Minangkabau yang sesungguhnya.

“bahwa dalam rencana strategis kebudayaan tidak terlepas dari ‘Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’ dan ini merupakan filosofi yang harus dijalankan oleh masyarakat minangkabau” kata Raudha Thaib.

Sementara Undri dari BPNB Sumatera Barat menyampaikan bahwasannya penyusunan renstra harus merujuk pada renstra nasional. Sementara dalam pelaksanaan teknis bisa membangun sinergi dengan UPT kebudayaan seperti bekerja sama dalam inventarisasi karya budaya, publikasi dan dokumentasi serta dalam hal-hal internalisasi nilai-nilai budaya.

“rencana strategis kebudayaan provinsi sumatera barat tidak terlepas dari rencana strategis nasional yakni pembangunan karakter budaya bangsa. Secara teknis dinas kebudayaan bisa melakukan dan bersinergi dengan unit pelaksana teknis kementerian yang ada di daerah seperti melakukan inventarisasi warisan budaya tak benda, pendokumentasian dan internalisasi nilai-nilai budaya yang mencakup aspek kesenian, film, tradisi dan kesejarahan”. Demikian Undri menjelaskan.

“ke depannya Dinas Kebudayaan bisa mendorong kabupaten/kota untuk melakukan inventarisasi dan pendaftaran warisan budaya tak benda di kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat. Disamping juga mendorong Silek dijadikan sebagai Intangible Culture Heritage UNESCO” Undri menambahkan.

Sebagai kesimpulan, Dinas kebudayaan berjanji akan mengakomodir usulan-usulan dari peserta  rapat yang akan dituangkan dalam rencana strategis kebudayaan (2017-2022).

Sidang Verifikasi Penominasian Pencak Silat Dalam ICH List UNESCO

0

Padang (BPNB Sumbar) –  Sidang Verifikasi Penominasian Pencak Silat Dalam Intangible Culture Heritage (ICH) List UNESCO dilaksanakan pada Senin, 23 Januari 2017 di Ruang Sidang Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat. Sidang verifikasi ini khusus memverifikasi dan memvalidasi data mengenai keberadaan Silek Minangkabau.

Drs. Suarman membuka sidang verifikasi silat

Sidang dipimpin langsung oleh Bapak Damarjati, peneliti dati Balitbang Kemdikbud dan dimoderatori oleh Bapak Muasri dari Taman Budaya Sumatera Barat. Sidang dibuka secara resmi oleh Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat Bapak Drs. Suarman.

Pada kesempatan tersebut Bapak Drs. Suarman menyampaikan harapannya bahwa di masa depan tidak hanya seni dari silat yang akan nampak, tapi yang paling utama adalah internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam silek tersebut. Internalisasi ini perlu untuk membangun karakter masyarakat khususnya generasi muda.

“yang paling penting adalah internalisasi nilai-nilai budaya silat. Sesungguhnya jiwa silek itu berpangkal pada nilai-nilai budaya bukan pada fisiknya atau tampilannya” demikian Bapak Suarman menjelaskan.

Sidang ini merupakan lanjutan dari pekerjaan tim peneliti silat dalam memverifikasi dan memvalidasi data. Dalam sidang ini, panitia mengundang dinas-dinas terkait dari berbagai kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat. Selain itu panitia juga mengundang sasaran-sasaran yang hingga kini masih eksis menjaga dan mengembangkan silat minangkabau di berbagai wilayah. Turut hadir juga beberapa tokoh silat seperti guru tuo, guru gadang, guru mudo dan tuo silek, tokoh masyarakat, bundo kanduang dan sebagainya.

Tugas para undangan adalah untuk memverifikasi data yang sudah diperoleh oleh tim peneliti. Menambahkan data-data yang kurang dan mengurangi atau mengoreksi data yang keliru. Ada banyak poin yang harus diverifikasi mengenai Silek Minangkabau. Mulai dari sejarah, nama, kepemilikan, nilai-nilai yang terkandung di dalam silek, proses regenerasi hingga eksistensi dan pelestarian. Selain itu, promosi dan uapaya-upaya pelestarian silek pada masa kini dan rencana pelestarian di masa yang akan datang juga menjadi penting untuk menguatkan argumen bahwa silek layak diusulkan sebagai warisan yang masih lestari.

Hasil sidang kali ini nantinya akan ‘dirajut’ kembali dengan menggabung data-data yang ditemukan di berbagai wilayah silat di Indonesia. Data-data diolah menjadi satu naskah lengkap yang akan diusulkan ke UNESCO untuk disidangkan pada tahun 2019.

Sebagai informasi Silek Minangkabau masuk ICH List UNESCO sebagai Seni Pencak Silat Indonesia bersama dengan Banten, DKI, Jabar, Jateng, Jatim dan Bali.

Kepala BPNB Menghadiri Peletakan Batu Pertama Rehabilitasi Makam Prof. Moh. Yamin di Talawi

0
Peletakan batu oleh Walikota Sawahlunto

Sawahlunto (BPNB Sumbar) – Sebagai salah satu UPT yang tugas dan fungsinya melestarikan nilai-nilai sejarah dan budaya, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat senantiasa mendukung dan terlibat aktif dalam upaya-upaya pelestarian nilai-nilai tersebut. Tidak terkecuali dalam mendukung rencana Pemerintah Daerah Kota Sawahlunto untuk merehabilitasi makam Pahlawan Nasional Prof. Moh. Yamin, SH yang berada di Talawi, Sawahlunto. Kepala BPNB Sumbar Drs. Suarman turut menghadiri kegiatan tersebut sebagai bentuk dukungan.

Peserta Peletakan Batu Pertama Rehabilitasi Makam Prof. M. Yamin

Acara dilaksanakan pada Sabtu, 21 Januari 2017 di Makam Prof. Moh. Yamin di Desa Talawi, Kota Sawahlunto. Peletakan batu pertama rehabilitasi makam Moh. Yamin tersebut secara resmi dibuka oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno. Turut serta acara adalah Walikota Sawahlunto, SKPD Sumatera Barat, UPT dan UPD terkait, Ninik Mamak, Cerdik Pandai dan berbagai elemen. Rangkaian acara terdiri dari pembacaan Alquran, menyanyikan lagu Indonesia Raya, kata sambutan dari walikota Sawahlunto, pembukaan dari Gubernur Sumatera Barat, pembacaan doa, tabur bunga, penanaman pohon dan peletakan batu pertama oleh gubernur dan walikota.

Kehadiran BPNB Sumbar dalam acara peletakan batu pertama adalah bentuk apresiasi bahwa sesungguhnya hal-hal yang berkaitan dengan membuka cakrawala memory pada jasa-jasa  pahlawan layak dilakukan. Hal ini mengingat bahwa jasa para pahlawan dalam menjaga persatuan dan kesatuan cukup relevan di tengah arus globalisasi yang sedang berkembang sekarang. Jadi, mengenang kembali nilai-nilai luhur pada pahlawan menjadi hal urgen dalam membangun dan menjaga persatuan dan kesatuan di masa yang akan datang.

Tabur bunga oleh Irwan Prayitno di makam Moh. Yamin

Sebagaimana diketahui Prof. Moh. Yamin merupakan salah satu pahlawan nasional yang cukup banyak berjasa dalam berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia bersama dengan tokoh bangsa yang lain. Lahir pada 23 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto. Beliau mempunyai peran yang tidak ternilai selama hidupnya dengan berbagai gagasan-gagasan persatuan di tengah banyak latar belakang yang mendiami Indonesia. Sejak masa perjuangan merebut kemerdekaan beliau sudah terlibat aktif dalam organisasi kepemudaan. Beliau juga menjadi salah satu tokoh yang berperan penting dalam lahirnya sumpah pemuda 1928. Beliau juga termasuk salah satu perumus dasar negara dalam sidang-sidang BPUPKI. Beliau juga sastrawan, politikus dan ahli hukum yang disegani.

Peletakan batu oleh Walikota Sawahlunto

Pasca kemerdekaan 1945, berbagai posisi penting dalam pemerintahan pernah beliau sandang seperti Anggota DPR, menteri kehakiman, menjadi menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, ketua Dewan perancang Nasional, pengawas IKBN dan menjadi menteri penerangan. Beliau tutup usia pada 17 oktober 1962 diusia 59 tahun. Beliau dimakamkan di Talawi sesuai dengan permintaannya.

Biografi Moh. Yamin

Riwayat Pendidikan

  • Hollands Indlandsche School (HIS)
  • Sekolah guru
  • Sekolah Menengah Pertanian Bogor
  • Sekolah Dokter Hewan Bogor
  • AMS
  • Sekolah kehakiman (Reeht Hogeschool) Jakarta

Perjalanan Karir

  • Ketua Jong Sumatera Bond (1926-1928)
  • Anggota Partai Indonesia (1931)
  • Pendiri partai Gerakan Rakyat Indonesia
  • Anggota BPUPKI
  • Anggota panitia Sembilan
  • anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
  • Anggota DPR (1950)
  • Menteri Kehakiman (1951-1952)
  • Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan (1953-1955)
  • Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960)
  • Ketua Dewan Perancang Nasional (1962)
  • Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962)
  • Menteri Penerangan (1962-1963)

Berbagai Penghargaan

  • Gelar pahlawanan nasional pada tahun 1973 sesuai dengan SK Presiden RI No. 088/TK/1973
  • Bintang Mahaputra RI
  • Tanda penghargaan dari Corps Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Darma Corps
  • Tanda penghargaan Panglima Kostrad atas jasanya menciptakan Petaka Komando Strategi Angkatan Darat

BPNB Membangun Sinergitas Dengan BALITBANGDA

0
Diskusi BPNB dengan Balitbangda Sumbar

Padang (BPNB Sumbar) – Kepala BPNB Sumatera Barat Drs. Suarman beserta rombongan melakukan koordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Sumatera Barat. Kunjungan dilakukan pada Kamis, 19 Januari 2017 ke kantor BAPPEDA Sumbar. Turut serta dalam rombongan Koordinator Fungsional Peneliti Undri, SS, M.Si, Ketua Kelompok Kerja Sejarah Dra. Zusnelli Zubir, M.Hum, Ketua Pusat Dokumentasi dan Publikasi Drs. Noveri, MM serta Anggota Kelompok Kerja Budaya Dra. Ernatip. Rombongan diterima oleh Kepala Bidang Sosial Ekonomi Ibu Yusniar dan Kabid Inovasi dan Teknologi Ibu Latifah.

Diskusi BPNB dengan Balitbangda Sumbar

Menurut Bapak Suarman, kegiatan kunjungan ini bertujuan untuk membangun silaturahmi dan sinergi antar lembaga khususnya lembaga yang tugas dan fungsinya penelitian. Hal ini dikarenakan pembangunan kebudayaan tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri, sehingga kerja sama antar instansi penting adanya. Kerjasama ini bagi BPNB akan lebih ditekankan pada internalisasi budaya guna pembangunan karakter bangsa. Sebagaimana diketahui perkembangan teknologi sekarang telah mengakibatkan karakter asli tersebut semakin pudar.

Beliau juga berharap ke depan Balitbangda dan BPBNB bisa bekerja sama mengangkat kajian kebudayaan dan mengkolaborasikan pelestarian dan kebijakan. Tentu yang menjadi fokusnya adalah mendukung pemerintah daerah. Selain itu ada beberapa bantuan yang bisa dimanfaatkan masyarakat seperti revitalisasi desa adat, fasilitasi komunitas budaya.

Kiri-Kanan (Undri, Suarman, Zusnelli Zubir)

Sependapat dengan itu, Zusnelli zubir mengharapkan ada kerjasama antar peneliti dalam menggali nilai-nilai sejarah dan budaya Minangkabau disamping terjadinya semacam persatuan peneliti di Sumatera Barat. Beliau juga memberikan beberapa contoh beberapa masalah yang potensial untuk dikaji.

Undri sebagai koordinator fungsional peneliti juga menambahkan bahwa penelitian yang bisa disinergikan antara visi-misi pemda dengan pelestarian budaya sangat banyak seperti kearifan lokal, Maritim, Pengobatan, Makanan, Religi.

Suasana Diskusi

Sementara itu Ernatip menawarkan beberapa penelitian kebudayaan yang sangat urgen untuk dilaksanakan. Beliau berpendapat ada kajian mengenai inventarisasi persebaran suku di sumatera barat, makanan tradisional, pakaian tradisional serta kerajinan.

Pak Noveri juga menyatakan: “Pada intinya bagaimana BPNB dan Balitbangda sesuai dengan tugas dan fungsinya bisa bekerjasama mengangkat kajian-kajian kebudayaan ke depan”

Menyambut kunjungan ini, Ibu Yusniar berterima kasih dan secara prinsip mempunyai keinginan yang sama. Beliau juga berharap hasil-hasil kajian bisa mem back up kebijakan khususnya dalam pengembangan wisata. Bagaimana membangun kebudayaan sebagai ikon dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.

Berkaitan dengan komunikasi, Ibu latifah menyampaikan bahwa sesungguhnya antara BPNB dan Balitbang sudah terjalin cukup lama. Beberapa diantaranya duduk bersama dalam workshop metodologi yang diadakan bpnb dan temu peneliti di balitbang. Beliau juga mengharapkan bahwa Rencana Induk Kelitbangan yang sedang digodok terdapat sinergi dengan UPT baik pusat dan daerah. Tentu dengan memprioritaskan kebutukan SKPD.

Suasana Diskusi

Sementara itu ibu Evi menyampaikan perlu merumuskan indikator keberhasilan Adaik basandi Syarak dan Syarak basandi Kitabullah, dalam implementasinya bermasyarakat. Harapannya melalui kerjasama lembaga dan peneliti bisa ditingkatkan yang hingga sejauh ini masih dengan perguruan tinggi, ke depan bisa dengan UPT. Beliau juga menekankan bagaimana ke depannya hasil-hasil penelitian tidak hanya sebatas dokumen tapi masukan atau rekomendasi kebijakan. Penelitian hendaknya mengarah pada RPJM. Mungkin yang paling bisa lebih cepat direalisasikan adalah bertukar informasi, jurnal dan hasil-hasil penelitian.

BPNB Mendukung Publikasi Kebudayaan di Kabupaten Pasaman

0
Rapat Publikasi Kebudayaan di Kantor BPCB Sumatera Barat

Padang (BPNB Sumbar) – Kepala BPNB Sumatera Barat Drs. Suarman menghadiri undangan BPCB Sumatera Barat terkait Sinergi Publikasi Kebudayaan. Rapat diadakan di Kantor BPCB Sumatera Barat, Batu Sangkar pada Rabu, 18 Januari 2017 dan dipimpin oleh Kepala BPCB Batusangkar Bapak Drs. Nurmatias. Turut serta dalam rapat Kepala Museum Adityawarman H. Adi Syaputra, Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat yang diwakili Kepala Bidang Museum dan Purbakala Sumarni dan Kepala Balai Bahasa Sumatera Barat Agus Sridana.

Rapat Publikasi Kebudayaan di Kantor BPCB Sumatera Barat

Tujuan rapat tersebut menurut Drs. Nurmatias adalah pentingnya membangun sinergi antar lembaga dalam publikasi kebudayaan. Dalam hal ini, ada rencana BPCB Sumatera Barat mengadakan kegiatan Publikasi Kebudayaan di Kabupaten Pasaman pada 2-6 Mei 2017. Direncanakan sinergi antar lembaga tersebut tampak pada kegiatan ini.

“kegiatan yang baik itu adalah kegiatan yang bisa disinergikan diantara beberapa lembaga, lembaga-lembaga yang akan direncanakan ikut serta dalam publikasi kebudayaan tersebut meliputi BPNB Sumatera Barat, Museum Adityawarman, Dinas Kebudayaan Sumatera Barat dan Balai Bahasa Sumatera Barat” Jelas Bapak Nurmatias.

Suasana rapat

Sumarni yang mewakili Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat turut mendukung kegiatan publikasi dan akan terlibat sepenuhnya sebagai bagian dari tugas dan fungsi Dinas Kebudayaan yang baru dibentuk.

Sementara Kepala BPNB Sumatera Barat Bapak Suarman menyatakan bahwa sangat mendukung dan merencanakan beberapa kegiatan yang akan diikutsertakan dalam Publikasi Kebudayaan. Beliau juga menekankan perlu pelibatan LKAAM dan Maestro dalam pelaksanaannya.

“ada beberapa kegiatan yang bisa disinergikan dalam kegiatan tersebut oleh BPNB Sumatera Barat yakni pementasan kesenian multietnik, pameran sejarah dan budaya serta dialog kesejarahan. Dalam kegiatan dialog tersebut beliau juga mengusulkan workshop tentang Silat Minangkabau yang pada tahun ini masuk nominasi sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO” papar Bapak Suarman.

“sebaiknya kegiatan publikasi kebudayaan ini melibatkan Maestro dan LKAAM. Selain itu BPNB juga merencanakan launching hasil kajian peneliti sebanyak 20 judul buku” tambah Bapak Suarman.

Kepala Balai Bahasa Sumatera Barat dan Kepala Museum Adityawarman juga berpendapat sama, mendukung sepenuhnya kegiatan dan akan terlibat dalam pameran dan launching buku.

Undri yang turut serta sebagai peserta rapat menyampaikan bahwa kegiatan publikasi harus multietnik mengingat Pasaman didiami beberapa suku.

“inti utamanya adalah multietnik sebab daerah pasaman merupakan bentuk “Mininya Indonesia”. Beberapa etnik mendiami daerah ini seperti Minangkabau, Jawa, Batak, Mandailing, sehingga  kegiatan ini tidak terlepas dari multietnik tersebut” tegas Undri.

Menindaklanjuti hasil rapat ini, rencananya akan diadakan audiensi dengan Bupati Pasaman  Yusuf Lubis.

Peneliti BPNB Mengikuti Kuliah Prof. Tsuyoshi Kato Tentang Matrilineal

0
Foto bersama Tsuyoshi Kato

Padang (BPNB Sumbar) – Sebagai UPT Kemendikbud yang konsentrasi pokoknya mengenai Sistem Matrilineal, maka perlu bagi pegawainya khususnya para peneliti untuk tetap mengembangkan pemahamannya tentang Sistem Matrilineal. Dengan demikian program kerja yang disusun lebih terarah dan target yang dicapai sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban. Untuk tujuan itu jugalah BPNB Sumatera Barat menugaskan para penelitinya untuk menghadiri undangan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas dalam kuliah umum Prof. Dr. Tsuyoshi Kato. Kuliah umum tersebut dilaksanakan di Ruang Sidang Dekanat FIB Unand pada 18 Januari 2017.

Prof. Tsuyoshi Kato (Kemeja Putih Bergaris)

Kuliah umum tersebut membahas tentang “Sistem Matrilineal; Suatu Perbandingan dengan Sumatera Barat, Rantau Kuantan dan Negeri Sembilan”. Judul ini merupakan hasil penelitian Prof. Tsuyoshi Kato pada tiga wilayah Matrilineal dan dilakukan dalam tiga rentang waktu yang berbeda. Kato mengadakan penelitian di Sumatera Barat sekitar tahun 1972-1973 di Ampek Angkek, Di Teluk Kuantan sekitar tahun 1985-2005 dan di Negeri Sembilan sekitar tahun 1986-1992. Beliau sendiri merupakan dosen di Tokyo University dan menjadi dosen tamu di Universitas Malaya.

Menurut Kato, keinginan untuk membuat studi komparatif antara Sumatera Barat, Kuantan dan Negeri Sembilan berangkat dari faktor kebiasaan yang umum terjadi di masyarakat. Kebiasaan khususnya pada penilaian bahwa tradisi merantau yang berkembang pada masyarakat Sumatera Barat atau Minangkabau tidak lepas dari budaya matrilineal. Budaya matrilineal dalam pandangan umum tidak memberikan tempat bagi laki-laki untuk menumpuk hartanya karena sama sekali tidak mendapat bagian dalam rumah gadang sehingga ada keinginan untuk merantau. Selain itu para pengamat juga sering membicarakan hubungan Negeri Sembilan dengan Minang, namun jarang memperhatikan Kantong Adat Minang (Kuantan) dengan Minang.

Foto bersama Tsuyoshi Kato

Pandangan umum tersebut kemudian mendorong Kato untuk melakukan studi komparatif pada daerah dimana sistem matrilineal tumbuh dan berkembang. Daerah tersebut adalah Sumatera Barat, Teluk Kuantan dan Negeri Sembilan. Ketiga daerah ini juga diakui memiliki akar budaya yang sama yaitu Minangkabau di Sumatera Barat dan tetap menjaga sistem matrilineal tersebut sampai sekarang. Pendekatan komparatif menurut Kato bermanfaat untuk menghindari dogmatisme sehingga ilmu bisa berkembang.

Dalam penelitian Kato menyatakan bahwa ada dua pola merantau masyarakat Minangkabau pada masa lalu yaitu pertama, pola mancancang, malateh, manambang dan manaruko. Pola pertama ini berkembang dari Barat ke Timur mengikuti arus Sungai. Sedangkan pola yang kedua adalah pola berdagang dan menuntut ilmu.

Dalam melakukan studi komparatifnya, Kato membuat kerangka perbandingan seperti Legenda tentang asal-usul sistem matrilineal, prinsip pokok sistem matrilineal, nama-nama suku, tata cara pemukiman, hubungan kekerabatan dan kekeluargaan, keadaan ekologi, sistem matrilineal dan kebiasaan merantau dan sistem matrilineal sebagai dasar identitas etnis.

Hasil penelitian Kato menyatakan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan antara tiga daerah dengan sistem matrilineal. Beberapa diantaranya adalah legenda yang dikenal dalam Tambo Alam Minangkabau tentang Dt. Perpatih nan Sabatan dan Dt. Katumanggungan di Sumatera Barat. Di Negeri Sembilan legenda tersebut tidak ada namun ada cerita yang menceritakan tentang kedatangan orang Minang ke Negeri Sembilan. Sementara itu di Kuantan dikenal dengan Cerita Rakit Kulim. Sistem matrilineal di Minangkabau tidak jelas asal-usulnya sementara di Kuantan dan Negeri Sembilan bisa dijelaskan.

Lebih jauh Kato menjelaskan bahwa perbedaan paling mencolok ada pada tradisi merantau. Ketika pandangan umum khususnya di Indonesia menyatakan bahwa orang minang suka merantau karena sistem matrilineal, maka Negeri Sembilan dan Kuantan tidak biasa merantau sebelum mereka mulai berpendidikan tinggi sejak 1960 an. Masyarakat Negeri Sembilan dan Kuantan sampai sekarang jarang merantau dan berdagang. Hal ini menurut Kato lebih karean orang Minang sudah dikenalkan ekonomi mata uang, jalan, perdagangan dan pendidikan sekuler sejak masa penjajahan. Kato juga menyatakan bahwa saingan orang Minang tidak banyak karena Tionghoa lebih dominan tinggal di pantai timur Sumatera.

Jalan Panjang Silek Minang Menuju Warisan Budaya Dunia Dimulai

0
Pertunjukan Silek di Sasaran Durian Tapak

Padang (BPNB Sumbar) – Salah satu pekerjaan penting dalam pengusulan sebuah warisan budaya menjadi warisan budaya dunia adalah kelengkapan dokumen pendukung pengusulan. Dokumen pengusulan ini berisi validasi data-data pendukung baik berupa asal-usul, keaslian, kepemilikan, perubahan dan pelestarian. Naskah juga berisi penjelasan yang memuat nilai-nilai luhur suatu karya budaya. Disamping itu, naskah juga berisi pernyataan pemilik budaya terhadap karya yang akan diusulkan.

Sejak ditetapkan sebagai salah satu nominasi Intangible Culture Heritage di UNESCO, Seni Pencak Silat kemudian akan ditetapkan sebagai Word Culture Heritage. Namun, perubahan tersebut bukanlah pekerjaan mudah dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan khususnya dalam melengkapi naskah (dossier) pengusulan. Kelengkapan naskah ini akan menentukan suatu karya budaya layak atau tidak ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.

Untuk itu Tim Peneliti Pencak Silat untuk intangible Culture Heritage UNESCO dari Warisan dan Diplomasi Budaya bersama dengan dua orang peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat melakukan kunjungan sekaligus perekaman penampilan silat ke salah satu sasaran silat Kota Padang. Sasaran silat yang dikunjungi adalah Sasaran Silat Durian Tapak. Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa 17 Januari 2017.

Kunjungan tersebut disambut dengan sangat antusias para guru tuo, pendekar dan murid yang sedang belajar dalam sasaran. Para peserta juga menampilkan berbagai pertunjukan silat dari pertunjukan tunggal, ganda, silat perempuan, silat laki-laki hingga penutupan dengan menampilkan tari dimana para murid sowan ke para guru menyampaikan terima kasih. Penampilan secara bergiliran disaksikan anggota sasaran yang duduk bersila dan melingkar mengelilingi pertunjukan. Para pemusik juga dengan antusias mengiringi setiap pertunjukan yang ada.

Setelah pertunjukan silat selesai, selanjutnya adalah pengisian kuesioner pendukung naskah pengusulan Seni Pencak Silat sebagai warisan budaya dunia. Pengisian kuesioner ini dipimpin langsung oleh Undri, peneliti Balai. Ada sekitar 58 point pertanyaan yang harus dijawab dan nantinya dinilai untuk memperkuat pengusulan tersebut.

Sebagai informasi Seni Pencak Silat telah diumumkan sebagai Nominasi Intangible Culture Heritage list UNESCO dengan nomor 2516/E.E/KB/2016 tentang Pengumuman ICH list UNESCO tahun 2017. Kemudian berdasarkan pengumuman ini Kemendikbud akan mengusulkan Seni Pencak Silat sebagai warisan budaya dunia yang selanjutnya akan dibahas pada sidang komite UNESCO pada tahun 2019. Dalam hal ini Seni Pencak Silat akan diusulkan sebagai milik bersama yang terdiri dari pencak silat Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali menjadi pencak silat Indonesia.

Jalan panjang menuju penetapan warisan dunia telah dimulai, semoga tercapai.

Kepala BPNB Menerima Tim Peneliti Pencak Silat

0

Padang (BPNB Sumbar) – Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat Drs. Suarman menerima kedatangan Tim verifikasi Pencak Silat dari Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Kebudayaan Kemendikbud di kantor BPNB. Tim tersebut terdiri dari Ketua Bapak Damardjati dari Pusat Penelitian dan Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan dan anggota Bapak Dais Dharmawan Staf Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Kedatangan mereka berkaitan dengan masuknya Seni Pencak Silat sebagai Nominasi Intangible Culture Heritage list di UNESCO.

Kepala Balai Drs. Suarman menerima tim peneliti Pencak Silat

Kedatangan tersebut bermaksud untuk memvalidasi data mengenai pencak silat yang tumbuh dan berkembang di Sumatera Barat. Memastikan bahwa pencak silat merupakan karya asli masyarakat sumbar dan hingga kini masih berkembang di masyarakat. Jadi tim verifikasi akan melakukan penelitian untuk melengkapi data sekaligus menyusun naskah pengusulan nominasi yang akan dikirimkan sekretariat UNESCO paling lambat 31 Maret 2017. Untuk memastikan naskah tersebut lengkap maka tim peneliti memutuskan akan mencari data di Darek yang diyakini sebagai sumber atau asal-usul pencak silat di Minangkabau. Mulai dari Padang Panjang, Agam, Bukit Tinggi dan Tanah Datar.

Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat Bapak Drs. Suarman menyampaikan terima kasih atas kedatangan tim peneliti dari Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Beliau juga menambahkan bahwa sebagai UPT Kemendikbud akan turut membantu tim dalam mencari data-data yang diperlukan. Menugaskan beberapa pegawai untuk mendampingi tim dalam melakukan verifikasi serta menghadiri sidang verifikasi yang akan berlangsung di Bukit Tinggi. Secara langsung Bapak Suarman juga menugaskan Undri, SS, M.Si dan Risma Dona, S.Sos peneliti Balai untuk membantu tim peneliti tersebut.

Dalam kesempatan itu Bapak Drs. Suarman merekomendasikan tim untuk menyaksikan penampilan pencak silat di salah satu sasaran silat yang dekat dengan kantor BPNB yaitu sasaran silat Durian Tapak. Sasaran silat ini merupakan sasaran yang sudah hidup ratusan tahun dan masih tetap eksis hingga sekarang. Sasaran ini juga telah banyak melahirkan pendekar-pendekar mumpuni dan telah tampil dalam banyak pagelaran baik lokal, nasional dan internasional. Dan yang paling penting sasaran ini masih tetap melestarikan nilai-nilai tradisi dengan baik. Selain itu sasaran ini juga pernah mendapat bantuan dari kementerian pendidikan dan kebudayaan.

Sebagai informasi pencak silat kini masuk Nominasi Intangible Culture Heritage list di UNESCO berdasarkan pengumuman nomor 2516/E.E6/KB/2016. sebagai warisan budaya dunia di UNESCO. Pencak silat sumatera  barat ini diusulkan sebagai warisan dunia bersama dengan Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali menjadi pencak silat Indonesia. Sidang Komisi UNESCO rencananya akan diadakan pada 2019.