Enggano – Salah satu upaya mempertahankan budaya Enggano dari perkembangan teknologi tidak lepas dari peran keluarga. Penanaman dan penumbuhan kebiasaan dan nilai budaya dari lingkungan keluarga menjadi vital dan utama. Misalnya dengan membiasakan di rumah berkomunikasi dengan bahasa asli Enggano.
Hal itulah yang berkembang dalam diskusi budaya Enggano yang dilaksanakan pada 17 Agustus 2015 di Aula Kecamatan Enggano. Diskusi tersebut mengangkat tema Mempertahankan Budaya Enggano di Tengah Perkembangan Teknologi. Diskusi ini juga diikuti kepala-kepala suku dari enam suku yang ada di pulau Enggano, Pa’abuki, Camat, Kepala BPNB Padang Drs. Nurmatias, Kepala Desa dan beberapa warga Enggano.
Dalam diskusi tersebut muncul beberapa persoalan yang berkembang mengenai bagaimana mempertahankan kebudayaan Enggano. Perkembangan teknologi yang semakin canggih sekarang ini mulai mengubah jati diri masyarakat Enggano yang lebih menyukai nilai budaya luar dibanding budaya sendiri.
Untuk itu upaya mempertahankan budaya Enggano harus dimulai sejak dini. Membangun rasa bangga atas nilai budaya yang dimiliki.
Beberapa usulan dari masyarakat serta kepala-kepala suku adalah bahwa untuk mempertahankan budaya Enggano bisa dimulai dengan mengakui budaya itu sendiri. Bangga menjadi orang Enggano, dan bangga mengenakan identitas Enggano tersebut kemanapun berada. Penanaman pengakuan tersebut tentu saja sebaiknya ditanamkan dari keluarga sebagai unit terkecil organisasi dalam masyarakat. Selanjutnya bisa dilakukan dengan pengkaderan oleh orang tua kepada generasi muda kini. Upaya itu juga bisa dilakukan dengan menanamkannya lewat kurikulum.
Namun salah satu masalah utama yang masyarakat Enggano hadapi adalah belum adanya kesepakatan antara kepala-kepala suku dan masyarakatnya mengenai kebudayaan Enggano yang ideal. Kebudayaan yang seperti apa, tradisi yang bagaimana dan identitas yang mana yang harus mereka gunakan sebagai identitas asli Enggano belum disepakati secara resmi oleh seluruh masyarakat Enggano.
Satu hal yang menarik dalam perdiskusian tersebut adalah bahwa semua peserta menyadari bahwa kebudayaan Enggano tersebut bisa dipertahankan di tengah perkembangan jaman dengan adanya persatuan baik sesama kepala suku maupun peserta biasa. Mereka malah berharap bahwa kegiatan diskusi tersebut tidak berhenti hanya sebatas diskusi saja, tetapi ada tindak lanjut pencarian solusi terkait cara mempertahankan kebudayaan Enggano tersebut. Mereka juga meyakini bahwa Merekalah yang bertanggung jawab dalam mepertahankan budaya Enggano.
– Mbn –