Pessel – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat menggelar kegiatan ‘Baretong di Nan Tarang, Revitalisasi Kesenian Tradisional Minangkabau’ di Kabupaten Pesisir Selatan tepatnya Di Nagari IV Koto Mudik. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, 22 April 2017 bertempat di Lapangan Sepak Bola Lubuk Nyiur. Acara ini dibuka secara langsung oleh kepala BPNB Sumatera Barat Bapak Drs. Suarman.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Sekretaris Camat Batang Kapas, Kapolsek, Wali Nagari-Wali Nagari se-Kecamatan Batang Kapas serta ratusan warga memadati lapangan tersebut. Mereka disuguhi penampilan Randai, Dabuy dan Silek oleh sanggar-sanggar setempat seperti Sanggar Bincala Bintang Timur, Sanggar Dabuy Teratak Tempati serta Sasaran Silek.
Sekretaris Camat Batang Kapas serta Walinagari IV Koto Mudik menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPNB Sumatera Barat yang memfasilitasi acara Baretong di Nan Tarang. Mereka berharap pagelaran budaya mampu menciptakan minat dan rasa cinta para generasi Kecamatan Batang Kapas terhadap Kebudayaan Minangkabau.
“dengan adanya pagelaran ini semoga menjadi motivasi bagi anak-anak dan generasi muda nagari kami untuk lebih mencintai budaya dan nilai seni tradisi” Demikian disampaikan Walinagari IV Koto Mudik.
Kepala BPNB Sumatera Barat Suarman dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas sambutan masyarakat. Beliau juga menekankan bahwa kegiatan ini bermaksud untuk mendukung pariwisata berbasis sejarah dan budaya di Sumatera Barat. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pariwisata akan lebih baik jika mengedepankan aspek sejarah dan budaya.
“Tujuan kami melaksanakan pagelaran seni ini adalah menunjang pemerintah Sumatera Barat membangun karakter masyarakat terutama generasi muda di Sumatera Barat khusunya di Kecamatan Batang Kapas. Selain itu membangun pariwisata berbasis sejarah dan budaya di daerah setempat. Karena sejarah dan budaya itu adalah magnet pariwisata” terang Suarman
Lebih jauh Suarman menjelaskan bahwa kekayaan Indonesia sesungguhnya ada pada kebudayaannya.
“Indonesia mempunyai ribuan pulau, ratusan suku bangsa dan ratusan bahasa daerah. Kekayaan tersebut mendorong para warga dunia menjuluki Indonesia sebagai Adi Warna Kebudayaan. Kekayaan budaya inilah nantinya yang akan dikembangkan untuk berkontribusi meningkatkan perekonomian, mengembangkan karakter bangsa dan sebagainya” tambahnya.
Kegiatan Baretong Di Nan Tarang sejatinya merupakan kegiatan rutin dalam rangka menggali dan memunculkan kembali kesenian-kesenian tradisional yang sudah mulai hilang. Hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi BPNB Sumatera Barat sebagai pelestari nilai budaya. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan generasi muda kini paham dan mencintai kekayaan budaya tradisionalnya sehingga niat untuk menjaga tetap ada dan nilai-nilai tersebut tidak hilang.
Pada kegiatan kali ini, panitia menghadirkan sanggar-sanggar seni tradisional dari Kecamatan Batang Kapas. Sanggar tersebut menampilkan kesenian tradisional seperti Randai, Dabuy dan Silek. Pertama pada kegiatan ini adalah Randai oleh Sanggar Seni Bincala. Randai ini dimainkan oleh sekitar 40 orang pemain randai dari berbagai usia.
Menariknya penampilan Randai pada malam ini merupakan perdana setelah sekian lama tidak pernah dimainkan. Para peserta juga baru dilatih kembali selama tiga bulan terakhir. Jadi kegiatan Baretong di Nan Tarang ini menjadi sangat tepat untuk memunculkan kembali seni tradisi yang sudah hilang khususnya Randai di Kecamatan Batang Kapas.
Penampilan kedua adalah Dabuy, merupakan pertunjukan ketahanan terhadap benda-benda tajam. Peserta yang terlibat dalam Dabuy merupakan pemuda-pemuda hingga orang tua. Mereka menggelar tikar di lapangan sebagai tempat pagelaran, menyediakan wadah berisi air dan benda tajam serupa obeng. Selain itu mereka juga menyiapkan beberapa alat musik tradisional untuk mengiringi nyanyian yang akan mereka nyanyikan.
Pertunjukan Dabuy dimulai dengan memainkan alat-alat musik sambil menyanyikan ayat-ayat. Para peserta satu per satu maju ke tengah dan menunjukkan kebolehan dengan mengambil benda tajam dari wadah yang tersedia, berdiri, menari, lalu berusaha melukai dirinya. Selama pertunjukan iringan tabuhan instrumen dan nyanyian peserta tetap berlangsung.
Peserta yang tampil maju ke tengah gelanggang, meminta izin dengan menyalami peserta satu-persatu. Setelah meminta izin, sambil mengucap doa lalu mengambil benda tajam dari dalam wadah berisi air. Sebagian dari mereka membasuh muda dengan air dalam wadah tersebut. Kemudian dia berdiri lalu menari mengikuti alunan lagu dan musik yang sedang dimainkan. Saat dia akan menunjukkan kebolehannya, atau akan melukai dirinya, alunan lagu dan instrumen dimainkan dengan tempo lebih cepat. Lalu peserta menusuk-nusuk benda tajam tersebut ke bagian-bagian tubuhnya. Biasanya bagian tubuh yang menjadi sasaran adalah tangan, perut, dan paha. Demikian secara bergiliran hingga semua peserta dapat bagian mempertontonkan kemampuannya. Uniknya, tidak satupun dari antara peserta yang terluka atau merasa kesakitan.
Penampilan ketiga adalah Silek, seni beladiri tradisional yang berasal dan berkembang di Sumatera Barat. Pada penampilan terakhir ini pemain silek masuk gelanggang secara berpasangan (dua orang). Setelah menghaturkan sembah kepada para penonton, lalu kedua pesilat tersebut menunjukkan kebolehannya. Setelah salah seorang terjatuh, pertunjukan silek ini berakhir. Dengan berakhirnya silek ini, berakhir jugalah acara Baretong di Hari Nan Tarang, Revitalisasi Kesenian Tradisional Minangkabau di Pesisir Selatan.