You are currently viewing Inventarisasi Kesenian se-Indonesia tahun 2017 di 202 Desa Kab. Bolmong
Pencacah Kesenian, Aril Nayoan di Desa Mopugat

Inventarisasi Kesenian se-Indonesia tahun 2017 di 202 Desa Kab. Bolmong

  • Post author:
  • Post category:Berita

Inventarisasi Kesenian se-Indonesia tahun 2017 dilakukan Direktorat Kesenian bekerjasama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB). Inventarisasi yang dibuat di wilayah Sulawesi Utara mengambil lokasi Kabupaten Bolaang Mongondow, telah melakukan pencacahan potensi kesenian pada keseluruhan desanya yang berjumlah 202 desa. Kerjasama Direktorat Kesenian dan BPNB Sulut ini menurunkan 15 orang pencacah untuk mencacah kondisi kesenian desa, organisasi kesenian, dan pelaku seni setiap desa.

Sejak bulan agustus dan september pencacahan di kabupaten Bolaang Mongondow berhasil memetakan dan menjaring potensi-potensi kesenian yang banyak tersebar di desa-desa. Menurut pencacah Neni Kumayas, Aril Nayoan, Indri Bonde, Arman Mokoginta, Def Mokoginta, dan Tira Sanger, menceritakan bahwa potensi kesenian tersembunyi di wilayah pedesaan yang dinilai mereka menyimpan potensi yang luar biasa, akan tetapi tidak pernah tersentuh dengan fasilitas memadai baik oleh sponsor swasta maupun pemerintah.

“Kami melakukan pendataan mendapati kelompok-kelompok kesenian di banyak tempat, seperti yang saya data Grup Seni Tari Tradisional di Dumoga, Siniyung dan Pusian yang bergerak dalam tarian Kabela, Tarian Perang Twitan (desa Pusian). Pematung (seni ukir) handal dari transmigran-transmigran Bali di Dumoga. Pemukim Minahasa di dataran Dumoga didapati seni musik Kolintang & Maengket Maesa Totabuan (desa Ponompiaan), maengket & kabasaran Saruntawaya (desa Tonom), Seni Kawasaran Tuama Malesung (Desa Ikarat). Transmigran Jawa terdapat Kuda Kepang (desa Tumokang), Campur Sari (desa Tapadaka)”, tutur Aril Nayoan.

Potensi kesenian yang terdata, rata-rata mengalami persoalan dalam hal fasilitas peralatan tidak memadai, anggaran kurang, minimnya pementasan dan perlombaan. Sehingga seniman-seniman lokal tersebut berharap ada perhatian dari pemerintah untuk mengangkat potensi kesenian yang ada supaya bisa berprestasi, menjadi profesi yang berpenghasilan, menjadi solusi memberantas kiminalitas, sarana membina karakter, sebagai hiburan warga.

Sebagaimana yang dijelaskan koordinator Pencacah dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sulut yakni Lily Saud, Aneke Suoth, dan Steven Sumolang, bahwa hasil pencacahan potensi kesenian harus digunakan bagi para pengambil kebijakan pembangunan dalam pengembangan kesenian lokal. *** (Epen).