Kaadarina Mancuana: Melukis Karakter Anak Orang Buton

0
4222

Oleh: Tini Suryaningsi (Peneliti BPNB Sulsel)

Berkah anak tergantung dari orang tuanya sendiri. Ayah diibaratkan pensil, sedangkan ibu ibarat kertas. Ayah yang melukis di atas kertas, sehingga menghasilkan karya yang disebut sebagai anak. Dari situlah dapat dilihat jika hasil karya dari seorang ayah dan ibu apakah indah atau jelek.

Anak adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa. Sebagai orang tua, sangat mengharapkan agar anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang pintar, rajin dan berbudi pekerti yang baik. Orang tua bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan sang anak. Bagi orang Buton, mereka percaya bahwa sifat dan karakter anak sangat tergantung dari hasil karya lukisan dari orang tuanya sendiri. Artinya, sifat dan karakter anak merupakan bawaan dari perilaku orang tuanya.

Berdasarkan hal tersebut, leluhur orang Buton memberikan nasihat kepada anak cucunya yang akan menikah. Nasihat tersebut dalam bahasa Buton disebut Kaadarina mancuana, yang berisikan tentang sifat dan perilaku yang baik dalam kehidupan keluarga. Hal ini dimaksudkan agar keturunannya nanti dapat juga memiliki sifat dan karakter yang baik pula. Adapun nasihat tersebut dipaparkan dalam ilustrasi sebagai berikut:

  1. Jika anaknya memiliki sifat tertutup, tidak mau terbuka kepada semua orang dan sulit dipahami apa keinginannya, menandakan bahwa  ketika anak tersebut masih dalam kandungan, hati orang tuanya tidak tenang, ada perasaan marah dalam dirinya yang dipendam sehingga menular kepada anaknya. 
  2. Jika pasangan  suami-istri memiliki sifat terbuka, tidak ada rahasia yang disembunyikan, dan saling percaya satu dengan lainnya, hal tersebut menjadikan anak yang dilahirkan tumbuh menjadi anak yang bagus perangainya, memiliki sifat yang ramah kepada setiap orang, mudah bergaul, terbuka kepada setiap orang, sehingga dapat dipahami maksud dan kehendaknya.
  3. Posisi tidur orang tua (suami-istri) akan memengaruhi rezeki bagi sang anak. Jika posisi tidur orang tua saling membelakangi, maka rezeki sang anak kurang baik atau kurang lancar. Sedangkan jika posisi tidur orang tua saling berhadapan maka rezeki anak menjadi lancar, dan anak akan menjadi kaya.
  4. Hari-hari baik sangat penting ketika akan berhubungan antara suami-istri. Karena jadinya seorang anak pada hari yang baik dapat membuat anak menjadi anak yang baik pula, memiliki sifat yang soleh dan soleha. Semua hari adalah baik, namun ada waktu-waktu tertentu yang dianggap kurang baik. Ada yang disebut waktu kosong, waktu tertutup, waktu terang. Hari baik menurut orang Buton dilihat jika langit cerah, putih, naiknya bidadari pada pertengahan bulan purnama (15 bulan di langit pada perhitungan lokal orang Buton dianggap sebagai cahaya bidadari). Hari-hari baik dapat dilihat pada alam, yaitu melihat tanda- tanda alam.
  5. Suami-istri dalam melakukan segala sesuatu, harus bersama-sama, saling bekerja sama, bahu-membahu dalam mengatasi setiap persoalan. Hal tersebut dapat membuat anak menjadi penurut, dan mendengarkan perintah orang tua.
  6. Seorang istri jangan membatasi suami, atau seorang suami jangan membatasi seorang istri. Jika suami ingin keluar rumah maka istri jangan melarang. Hal tersebut dapat berdampak bagi anak. Anak tumbuh menjadi anak yang malas, tidak mau membantu orang tua.
  7. Orang tua tidak boleh menahan diri untuk melakukan sesuatu atau menunda-nunda pekerjaan karena dapat membuat anak yang akan dilahirkan susah keluar dari rahim ibunya. Selain itu, anak menjadi kurang disiplin dan tidak tepat waktu dalam mengerjakan sesuatu.
  8. Salah suami dimaafkan istrinya, dan salah istri dimaafkan suaminya. Hal tersebut sangat penting agar anaknya kelak tidak sakit-sakitan.

Makna yang tersirat dalam Kaadarina mancuana tersebut merupakan pengetahuan lokal orang Buton terhadap karakter anak kelak ketika dilahirkan, yang terbentuk berdasarkan bawaan dari perilaku orang tuanya sendiri. Oleh karena itu, orang tua jangan pernah menyakiti hati anak atas apa yang dilakukannya atau merasa kecewa atas sifat yang dibawa oleh sang anak.

Karakter anak sejak dini masih bisa dipoles dan dibentuk. Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab orang tua adalah mengarahkan anak-anaknya agar tumbuh menjadi anak yang baik, mendidik dengan penuh kasih sayang, mengajarkan perbuatan-perbuatan yang baik, menasihati dengan benar sehingga karakter anak menjadi baik pula. Suatu ungkapan Buton yang artinya “Hati tidak tenang karena tidak kenyang, bagaimana mau kenyang kalau hati tidak senang”. Ungkapan tersebut mengandung makna sikap kepedulian orang tua terhadap keluarganya. Yaitu,  suatu sikap yang penuh tanggung jawab, saling menjaga diri dan perasaan sesama anggota keluarga, senantiasa dalam menjalani hidup berumah tangga dalam kondisi harmonis, bahagia, dan berkecukupan, serta terpenuhinya segala kebutuhan pokok keluarga itu sendiri.