Etos Kerja Masyarakat Nelayan di Kelurahan Cambayya Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar – Fatmawati P

0
4588

ETOS KERJA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHANCAMBAYA

KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

                                  

Fatmawati P

Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Alamat : Jalan Sultan Alauddin Tala Salapang Km. 7 Makassar 90211

Telepon (0411) 883748,885119 Fax (0411) 865166

Handphone : 085242824485

 

 

 

ABSTRAK

Penelitian ini mengungkapkan dan menjelaskan tentang peranan etos kerja masyarakat  nelayan di dalam pengelolaan sumber daya laut di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengananalisis dan pendekatan kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi etos kerja masyarakat nelayan di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah, diantaranya : 1). Untuk memenuhi kebutuhan hidup, 2). Untuk membahagiakan keluarga, dan 3). Bekerja adalah suatu kewajiban. Selain hal tersebut di atas etos kerja masyarakat nelayan di KelurahanCambaya juga dapat berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian masyarakat setempat,seperti terbukanya lapangan kerja baru, meningkatnya pendapatan istri nelayan.

 

Kata Kunci:  Etos kerja, Nelayan, Sumber daya laut.

 

 

PENDAHULUAN

Manusia yang bermukim  di atas permukaan bumi ini telah sejak lama memanfaatkan lingkungan sekitarnya sebagai sumber daya untuk kelangsungan hidupnya. Manusia dalam melangsungkan kehidupannya dimanapun mereka berada, baik secara langsung maupun tidak langsung sangat bergantung pada lingkungan alamnya.

Upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dari waktu ke waktu semakin bertambah intensif dan kian bervariasi sejalan dengan tuntutan perkembanganzaman, maka sejak itu pula manusia senantiasa mengeksploitasi berbagai sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhannya.Manusia senantiasa selalu dituntut semaksimal mungkin untuk berusaha dan berbuat lebih optimal agar dapat memperbaiki kualitas kehidupannya.

Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya yang berkaitan dengan tradisi dan etos kerja masyarakat, merupakan pengetahuan dasar yang sangat penting untuk menentukan arah kebijakan pembangunan. Sejarah berbagai bangsa telah menunjukkan bahwa upaya Pembangunan Nasional mereka dimulai dari pembangunan kualitas SDMnya.Ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya kajian tentang strategi kebudayaan yang di dalamnya termasuk etos kerja.

Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian dari masyarakat Indonesia dimana dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya selalu menghadapi berbagai hambatan yang sangat berat, tetapi mereka berusaha untuk tetap bertahan dalam kehidupannya meskipun dalam kondisi yang sulit.Keadaan tersebut didorong oleh suatu keinginan dari dalam dirinya untuk terus berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya.Dorongan dalam diri inilah berupa keinginan, harapan, motivasi, dan nilai-nilai yang disebut dengan etos kerja.

Etos kerja itu sendiri akan mempengaruhi penilaian dan cara pandang seseorang atau suatu masyarakat terhadap suatu pekerjaan yang dilakukan sehingga mereka dapat menentukan sikap terhadap pekerjaan itu. Dengan demikian, etos kerja sering dikaitkan dengan pandangan hidup manusia, baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat.Suatu pandangan hidup mencerminkan citra diri seseorang atau masyarakat.Sebagaimana menurut Aswab Mahasin yang disebutnya sebagai “pencerminan cita-cita atauaspirasi” (dikutip Arsyad, 2000:6).

Kata etos secara umum berada dalam suatu tatanan konseptual yang berarti  suatupandangan hidup yang bersifat abstrak.Kata etos dalam keterkaitannya dengan aktivitas manusia, adalah sebuah konsep ilmiah.Menurut Geertz (dalam Abdullah, 1978), etos adalah merupakan sikap mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup.Etos merupakan pula aspek evaluatif yang bersifat menilai.Definisi sebuah istilah yang dikatakan etos, secara sederhana dikemukakan Sairin (2001: 319), adalah watak dasar dari suatu masyarakat. Perwujudan etos itu dapat dilihat dari struktur dan norma sosial masyarakat bersangkutan. Berbeda dengan yang dikemukakan Mattulada (dalam Sani, 2005: 55), melihat etos kebudayaan berperan sebagai dinamisator bagi kelangsungan hidup suatu kebudayaan dalam bentuk namadan model-model kebudayaan.Setiap kebudayaan memiliki inti yang memberi arti yang pasti bagi kebudayaan itu sendiri, ia menyentuh esensi keberadaan sistem yang menyertai kehidupan itu sendiri.

Etos didefinisikan sebagai semangat, jiwa atau pandangan hidup khas dari suatu bangsa. Pendapat lain menyatakan, etos diartikan sebagai nilai-nilai dan ide-ide  arti suatu kebudayaan atau juga diartikan sebagai karakter suatu kebudayaan. Artinya etos kerja merupakan pokok-pokok ide atau pandangan hidup yang sudah mengakar menjadi sebuah kebiasaan dalam masyarakat (kebudayaan) tertentu yang dijalankan setiap harinya dalam melakukan aktivitas kerja atau perilaku ekonomi suatu masyarakat (Bisri Mustofa 2008:98).

Abu Hamid (1994 : 11) mengemukakan bahwa : Etos kerja adalah sifat, karakter, kualitas hidup, moral dan gaya estetik dan suasana hati seseorang atau masyarakat. Warna dari etos kerja memberi corak terhadap alternatif pemilihan kerja, apakah pekerjaan itu disadari perlunya ditekuni atau diabaikan saja, ataukah pekerjaan dianggap salah satu yang buruk ataukah dianggap benar. Etos ini pula akan tampil pada saat kita melakukan peranan sebagai nelayan, petani, passompe (pelaut pedagang), ataukah sebagai guru, pegawai, dan sebagainya. Warna dari etos yang dimiliki oleh seseorang, akan tampak pada perilakunya dalam bentuk reaksi spontan, pemberani, emosional, pembosan, penerobos, tekun, sabar, dan jujur serta rasa solidaritas.

Masalah etos kerja akan mengantarkan kita untuk lebih awal mempertanyakan kemungkinan hubungan yang saling mendukung antara kenyataan rohaniah dengan sistem perilaku seseorang. Dalam kaitan tersebut ukuran-ukuran kongkritnya adalah dengan mempersoalkan kemungkinan adanya sumber motivasi yang menjadi individu atau kelompok suatu masyarakat untuk secara nyata berperilaku sesuai dengan tuntutan kebutuhannya sebagai mahluk individu dan sosial yang dibimbing dan didukung oleh nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat (Abdullah 1982 : 36).

Amiruddin, dalam makalahnya yang berjudul “Etos Kerja dan Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan” (1987:23) melihat etos dalam etnik atau kelompok masyarakat tertentu, mengandung nilai-nilai dan pandangan yang membanggakan suatu kerja tertentu dan memberinya respon emosional terhadap mereka yang dilapangan tersebut.

Secara konsepsional etos kerja dimaksudkan sebagai motivasi kerja atau perilaku di tempat kerja dan operasionalnya, dengan kata lain apabila mempunyai motivasi yang tinggi dalam kerja, luwes, imajinatif, serba bisa, loyal, mempunyai komitmen tinggi pada tugas  yang dipercayakan, punya team spirit, pandai bekerja sama, pandai bergaul dengan rekan-rekan kerja.

Etos kerja seseorang dibentuk sejak tahun-tahun pertama kelahirannya, dengan demikian etos kerjanya banyak diwarnai oleh nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dimana ia berada sebab nilai budaya merupakan pedoman tingkah laku suatu masyarakat. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (1990:25), bahwa suatu sistem budaya lahir dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagai warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap sangat bernilai dalam hidup.Karena itu suatu nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih kongkrit seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya.

Pada dasarnya etos kerja merupakan bagian dari ajaran agama Islam yang telah termaktub dalam kitab suci Al-Quran.Kerja maupun etos kerja tinggi (kerja keras) merupakan prinsip dasar yang telah tertuang dan ditekankan Al-Quran dalam kehidupan masyarakat dunia secara umum. Aktivitas kehidupan masyarakat membutuhkan daya sebagai sebuah cara untuk memenuhi kebutuhan hidup yang disebut sebagai cara mempertahankan hidup (eksistensi). Dengan kata lain, kerja merupakan fitrah manusia yang telah melekat dalam diri dan kehidupan masyarakat.

Tinggi rendahnya etos kerja masyarakat pesisir terutama masyarakat nelayan tentu dilatar belakangi oleh beberapa faktor yang ada.Melihat kondisi sumber daya kelautan yang cukup melimpah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar untuk selalu berusaha mendapatkan hasil yang maksimal untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup keseharian keluarganya.Artinya bahwa etos kerja merupakan faktor penting dalam memicu dan mendorong aktivitas ekonomi masyarakat pesisir secara umum, termasuk bagi masyarakat pesisisr nelayan di KelurahanCambaya.

Etos sebagai bagian dari sistem nilai, dapat dirumuskan sebagai unsur evaluatif dari kebudayaan yang pada gilirannya dijadikan sebagai alat dalam pemilihan.Etos kerja, sebagaimana disebut di atas merupakan bagian dari sistem nilai. Menurut Kluckhon yang dikutip oleh Arsyad (2000:31), mengatakan terdapat lima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang berkaitan dengan nilai budaya, yakni masalah yang berkenaan dengan hakekat hidup, karya, waktu, alam, dan hubungan antar manusia.

Etos kerja yang tinggi biasanya muncul karena berbagai tantangan-tantangan, harapan-harapan dan kemungkinan-kemungkinan yang menarik.Jadi dengan situasi dimana manusia itu bekerja dengan rajin, teliti, berdedikasi serta tanggung jawab yang besar.Kemunculan etos kerja suatu masyarakat lahir dan berkembang berdasarkan standar dan norma-norma yang dijadikan orientasi masyarakatnya.Etos kerja suatu masyarakat memang merupakan suatu sikap yang dikehendakinya dengan bebas yang tumbuh dari suatu kesadaran untuk selalu bekerja dengan tekun.

Berdasarkan uraian di atas,akan lebih jelas permasalahan apa sebenarnya yang akan diangkat dalam penelitian ini. Yaitu dengan melihat keadaan kaum nelayan sebagai salah satu komunitas dari masyarakat Indonesia. Pertimbangan ini didasari atas kenyataan bahwa, masyarakat nelayan yang mendiami daerah pesisir pantai merupakan suatu masyarakat yang senantiasa diperhadapkan pada realitas-realitas sosial misalnya: tentang kemiskinan, kebodohan,dan keterbelakangan.

METODE

            Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan fakta yang ada, data yang terkumpul diinterpretasi sesuai dengan kebutuhan.Kegiatan penelitian ini mengenai etos kerja masyarakat nelayan dalam mengelola sumber daya laut, di awali dengan melakukan studi pustaka untuk memperoleh informasi dan konsep-konsep teoritis maupun hasil-hasil penelitian dengan membaca buku-buku ilmiah yang relevan dengan objek penelitian.Selanjutnya pengumpulan data lapangan dilakukan melalui tehnik pengamatan partisipasi aktif dan teknik wawancara mendalam (depth interview).Data yang telah dikumpulkan kemudian diklasifikasi untuk dianalisis, kemudian hasil dari temuan penelitian disusun menjadi sebuah tulisan.

 

PEMBAHASAN

            Gambaran Umum KelurahanCambaya

KelurahanCambaya adalah salah satu Kelurahan yang berada dalam wilayah pemerintahan  administratifKecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Letak geografis KelurahanCambaya berada di pesisir pantai dengan ketinggian satu meter dari permukaan laut. Berdasarkan posisi letak geografisnya, maka KelurahanCambaya memang strategis bagi usaha penangkapan ikan laut yang ditunjang dengan tersedianya prasarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Maka wajar apabila sebagian warga masyarakatnya  yang ada di Kelurahan tersebut berprofesi sebagai nelayan, keadaan tersebut turut mewarnai pola lingkungan budaya setempat sebagai suatu pemukiman penduduk yang juga dikenal sebagai perkampungan nelayan.

KelurahanCambaya merupakan kelurahan yang cukup padat penduduknya, data yang diterima dari kantorKelurahan sampai dengan akhir tahun 2016 jumlah penduduk KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah seluruhnya meliputi 4.243 jiwa. Dari seluruh jumlah penduduk tersebut ada sebanyak 2.237 jiwa penduduk laki-laki selebihnya adalah penduduk wanita sebanyak 2.012 jiwa.

Berdasarkan jumlah keseluruhan penduduk KelurahanCambaya yang ada di atas, tersebar di lima RW yang ada di KelurahanCambaya, dimana RW 1 sebanyak 576 jiwa, RW 2 sebanyak 1.182 jiwa, RW 3 sebanyak 1.306 jiwa, RW 4 sebanyak 783 jiwa, dan RW 5 sebanyak 396 jiwa.

Jika peneliti mengamati aktifitas masyarakat yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah, dimana daerah ini berdekatan dengan daerah pinggiran pantai yang sekaligus didukung dengan adanya tempat pelelangan ikan (TPI) Paotere dan Pelabuhan Paotere, maka dengan jelas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk yang ada di Kelurahan Cambaya Kecamatan Ujung Tanah berprofesi sebagai nelayan, baik itu sebagai nelayan tangkap maupun sebagai nelayan yang menjual hasil-hasil laut.

Selain hal tersebut di atas, sebagian masyarakat yang ada di KelurahanCambaya juga  berprofesi sebagai buruh harian, baik itu sebagai tukang batu maupun sebagai kuli di Pelabuhan Paotere yang tidak jauh dari lokasi dimana mereka bertempat tinggal.

Masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Cambaya Kecamatan Ujung Tanah pada dasarnya dikenal sebagai komunitas yang sangat religius, karena secara keseluruhan 100 % adalah beragama Islam.Aktifitas agama yang mereka lakukan secara kontinyu, utamanya adalah sholat 5 waktu, dalam hal ini mereka mengusahakan untuk melakukannya secara berjamaah di Masjid yang ada di daerahnya masing-masing.

Masyarakat Kelurahan Cambaya memiliki kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan perintah agamanya, hal ini terlihat pada keseluruhan aktifitas sehari-harinya hampir tidak terlepas dari pengaruh keagamaan yang mereka anut.Hal tersebut menjadi fenomena tersendiri karena pendidikan keagamaan telah ditanamkan sejak dini kedalam jiwa anak-anak mereka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Kerja Nelayan

Etos kerja merupakan faktor penting bagi kerangka kerja masyarakat nelayan di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah.Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat nelayan, melaut menjadi hal utama yang dapat dilakukan. Dalam bekerja (melaut) etos kerja berperan penting dalam membantu proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Terlebih melihat kondisi dan potensi hasil laut yang fluktuatif. Dari sinilah bagaimana sebenarnya etos kerja masyarakat nelayan  di daerah tersebut dapat dilihat. Kebiasaan melaut yang dilakukan masyarakat  nelayan di KelurahanCambaya membentuk sebuah gambaran etos kerja masyarakat nelayan  secara umum. Kebiasaan tersebut dapat menjadi ukuran bagaimana tinggi rendahnya etos kerja masyarakat nelayan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi  etos kerja masyarakat nelayan di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah  adalah sebagai berikut :

  1. Untuk memenuhi kebutuhan hidup

Kelangsungan hidup manusia, dalam prosesnya menuntut setiap individu perlu memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia sangat bervariasi dan setiap manusia mempunyai cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Cara hidup itu sendiri bersumber dari pengetahuan budaya yang lahir dan tumbuh untuk mendapatkan dukungan dari manusia sebagai makhluk sosial

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi etos kerja seorang nelayan ialah dengan adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup demi mempertahankan kelangsungan hidup manusia.Seorang nelayan didalam mempertahankan hidupnya, tentunya sangat tergantung sampai dimana nelayan tersebut memanfaatkan sumber daya laut yang ada disekitarnya.

Ralph Linton dalam bukunya : The Study Of Man (terjemahan) hal 17 menyatakan bahwa alam sekitar dimana suatu masyarakat bermukim banyak menentukan bagaimana mengatur kehidupan mereka, bagaimana mereka mencari nafkah, bagaimana sistem pengetahuan mereka, bagaimana sistem kepercayaan mereka dan bagaimana hubungan-hubungan dan perilaku sosial mereka lainnya. Seperti halnya masyarakat nelayan yang bermukim di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah, merupakan masyarakat yang sudah lama bergelut dengan dunia kemaritiman sebagai tempat untuk mencari kehidupan.

Menurut Apridar (2011:85-89)  memanfaatkan potensi laut yang ada sudah menjadi kebiasaan dan cara utama untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pesisir. Namun kondisi masyarakat pesisir secara umum  adalah masyarakat nelayan yang masih tradisional berada dalam kondisi atau di bawah garis kemiskinan.

Bertitik tolak dari pandangan tersebut di atas, Mattulada (1977:14), mengatakan bahwa mereka yang bermukin di wilayah pantai mengembangkan kemampuan mendapatkan makanannya di air. Mereka hidup dengan cara menangkap ikan di laut, disamping mengembangkan tehnik-tehnik peralatan penangkapan ikan maupun sistem peralatan transportasi laut. Relevan dengan pandangan dan pernyataan tersebut di atas, maka masyarakat nelayan yang bermukim di daerah pantai ternyata sejak lama memanfaatkan potensi sumber daya laut sebagai lapangan pencaharian hidupnya.

  1. Untuk membahagiakan keluarga

Salah satu nilai budaya yang mendukung proses pembinaan dan pengembangan kehidupan ekonomi sosial  nelayan di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah adalah tingginya semangat kerja mereka, masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang ulet dan pantang menyerah dalam mengejar suatu cita-cita. Mereka senantiasa berjiwa besar dan tidak gentar mengarungi samudera menetang arus dan gelombang laut dalam rangka usaha pencaharian hidup demi untuk membahagiakan keluarganya.

Selain faktor untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup yang mempengaruhi etos kerja seorang nelayan, juga tak kalah pentingnya kebahagiaan  sebuah keluarga bilamana kebutuhan-kebutuhan hidupnya, seperti sandang,  pangan, dan papan   dapat terpenuhi dari hasil kerja keras yang diperoleh dalam mengelola sumber daya laut.

Masyarakat nelayan yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung tanah, merupakan nelayan yang sudah lama bergelut dalam dunia kelautan dengan didorong oleh semangat juang yang tinggi dan pantang menyerah, sampai sekarang ini sudah dapat menikmati hasil jerih payahnya sebagai nelayan,  walaupun mereka pada dasarnya  tetap menggunakan alat tangkap  tradisional.

Masayarakat nelayan yang ada di KelurahanCambaya yakin betul bahwa bekerja sebagai nelayan atau menangkap ikan di laut adalah suatu pekerjaan yang cepat mendatangkan hasil. Tidak sama dengan petani yang harus menunggu hasil untuk beberapa waktu lamanya, sejak menabur benih sampai masa panen tiba. Bagi nelayan, hari ini mereka bekerja, pada hari ini pula iamendapatkan hasilnya. Walaupun tidak semua nelayan selamanya bernasib mujur.Bagi mereka yang tidak mujur, biasanya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya sehari-hari.

 

  1. Bekerja Sebagai Suatu Kewajiban

Pertumbuhan agama pada dasarnya mengalami proses perubahan,sama halnya dengan proses perubahan kebudayaan atau proses perubahan sosial dalam mengikuti dinamika kehidupan masyarakat. Ia adalah suatu yang kompleks dan  salah satu aspek dalam kehidupan manusia seperti agama memiliki peranan dan respon yang paling berpengaruh dalam perubahan itu.

Faktor agama sangat fundamental dalam memotivasi masyarakat nelayan untuk memanfaatkan sumber daya laut dengan bekerja sebagai pencari ikan, tingginya semangat keagamaan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di KelurahanCambaya. Hal ini sangat beralasan  karena sebagian besar masyarakat yang berdomisili di daerah tersebut  beragama Islam dan taat menjalankan perintah-perintah agama.

Semangat keagamaan masyarakat nelayan di Kelurahan Cambaya menjadi landasan spirit (etos) dalam berusaha maka tidak takut pada kekuatan lain diluar kuasa pencipta. Oleh sebab itu mereka berani melakukan pelayaran walaupun ditengah malam.Bagi mereka berlayar adalah upaya mencari nikmat Tuhan yang diberikan kepada siapapun yang berusaha. Seperti ditegaskan dalam Al-Quran (surat 45 ayat 12) yang artinya: “Dialah (Allah) yang menundukkan laut untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizinnya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunianya”

Landasan filosofi masyarakat nelayan di Kelurahan Cambaya dalam mencari karunia melalui hasil laut merupakan manifestasi pengamalan nilai-nilai keagamaan yang terpadu dengan falsafah hidup mereka. Al-Quran menegaskan bahwa :“Bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah” (Qs. 62 : 10). Dalam konteks yang sama, falsafah hidup mereka menganjurkan untuk bekerja keras untuk meraih masa depanmu.

Semangat masyarakat nelayan di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah dalam mencari nafkah untuk bertahan hidup merupakan landasan dalam berusaha. Nilai budaya ini berkorelasi dengan nilai-nilai ajaran Islam yang menegaskan bahwa: “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika bukan mereka sendiri yang merubahnya” (Qs : 13 : 11).

Agama memberikan motivasi kepada masyarakat nelayan yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah untuk menghidupkan rasa kegotong-royongan, merapatkan hubungan kekeluargaan, rasa hormat menghormati dan harmonisasi dalam  kehidupan bermasyarakat. Agama dapat pula memberikan motivasi untuk meningkatkan etos kerja dalam hal pembangunan ekonomi keluarga sehingga mereka dapat memelihara kesejahteraan rumah tangganya dengan baik.

Sebagai makhluk beragama, bekerja merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap pemeluknya.Walaupun secara umum masyarakat Kelurahan Cambaya masih menggunakan nilai-nilai tradisional dalam memenuhi atau mencukupi kebutuhan hidup ekonominya sehari-hari.Karena agama yang dijadikan sebagai alat pemicu etos kerja sehingga dengan demikian masyarakat nelayan seakan tidak menjadikan alat-alat tradisional yang digunakan untuk menangkap ikan sebagai penghambat dalam mencari nafkah.

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi etos kerja masyarakat nelayan seperti yang telah penulis uraikan di atas,  ternyata dalam prakteknya, etos kerja mereka mengalami pasang surut secara internal di antaranya yang terlihat sebagai berikut:

  1. Naiknya Etos Kerja Nelayan

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa ada tiga hal pokok yang dapat mempengaruhi etos kerja masyarakat nelayan dalam mengelola sumber daya laut.Apabila ketiga hal tersebut dijadikan motivasi bagi masyarakat nelayan didalam mengembangkan aktivitasnya sehari-hari sebagai penangkap ikan, maka kebutuhan ekonomi rumah tangga nelayan dapat terwujud dengan sendirinya.

Namun perlu disadari bahwa semangat yang didorong oleh etos kerja yang tinggi yang dimiliki seseorang dapat mengalami perubahan pada saat-saat tertentu yang disebabkan beberapa hal.

  1. Kebutuhan Yang Tinggi

Pada dasarnya masyarakat nelayan yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah, apakah itu nelayan yang sudah memiliki perahu sendiri ataukah nelayan yang belum memiliki kapal atau sebagai anak buah dari pemilik kapal, mereka diperhadapkan oleh suatu hidup yang tidak dapat dihindari, yaitu tingginya kebutuhan hidup bagi setiap orang, dimana setiap masyarakat nelayan mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lainnya. Dengan kata lain bahwa nelayan yang sudah  mempunyai keluarga terdiri dari anak-anak dan istri berbeda dengan nelayan yang masih hidup sendiri atau belum berkeluarga.

Naiknya etos kerja seorang nelayan yang dilandasi dengan kebutuhan yang tinggi dalam suatu keluarga dapat disebabkan oleh kebutuhan untuk pendidikan anak-anaknya yang masing-masing anak mempunyai jenjang pendidikan yang berbeda-beda.

Selain kebutuhan pendidikan anak yang dapat menaikkan etos kerja nelayan, juga salah satu diantaranya ialah kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam suatu masyarakat nelayan, khususnya para istri-istri nelayan yang berkumpul dalam suatu kegiatan “arisan”, baik itu arisan yang  sifatnya harian, mingguan, maupun bulanan. Fonomena ini dapat kita jumpai dibeberapa kelompok-kelompok masyarakat nelayan dengan harapan bahwa kegiatan tersebut sebagai wadah untuk menjalin persaudaraan diantara sesama istri nelayan sekaligus hasil dari uang yang terkumpul dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhannya sendiri.

Kelompok masyarakat nelayan yang hidup dalam suatu pemukiman nelayan adalah kelompok masyarakat yang mempunyai norma-norma sosial yang berorientasi pada sikap saling harga menghargai antara sesama warga begitu pula sikap gotong royong yang mendorong terciptanya sikap saling bantu membantu dan saling tolong menolong masih tercermin dalam kehidupan bermasyarakat, seperti pada pelaksanaan hajatan. Hal ini menjadi dasar fundamental dalam rangka pembinaan kesatuan dan persatuan warga sebagai suatu kesatuan sosial.

Kebiasaan dan tradisi kehidupan masyarakat pulau, masih banyak dilakukan dengan corak kegiatan yang bersifat gotong royong. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama oleh kelompok orang untuk menyatakan sikap hidup tolong menolong dan saling bantu membantu. Dalam wujud sikap tolong menolong ini sama sekali tidak ada perhitungan untung rugi. Perbuatan ini dilakukan karena adanya hasrat bersama untuk memelihara harmoni kehidupan yang menjadi bagian dari cita-cita hidup tiap-tiap orang dalam kelompok hidup itu, sebagai konsep pikir yang berpola dalam kehidupan tradisi.

Masyarakat nelayan yang bertempat tinggal di kawasan pesisir pantai Kelurahan Cambayakota Makassar sampai sekarang ini masih mencerminkan masyarakat sederhana yang bersifat tradisional. Walaupun mereka hidup dalam kesederhanaan namun kelompok masyarakat nelayan ini tidak terlepas dari adanya kegiatan yang bersifat hajatan, seperti pelaksanaan acara perkawinan, aqiqah, khitanan, naik rumah baru dan lain-lain.

Dalam pelaksanaan acara tersebut di atas, masyarakat nalayan di Kelurahan Cambaya memperlihatkan rasa solidaritas antara satu dengan yang lainnya, dimana salah satu bentuk solidaritas, yakni adanya hubungan timbal balik yang masih membudaya dikalangan masyarakat nelayan Kelurahan Cambaya ialah memberikan sesuatu kepada pembuat hajatan, apakah itu berupa bahan  makanan pokok ataupun berupa uang dengan harapan bahwa dia akan dibalas pada suatu saat.Hal inilah yang mendasari sehingga pada waktu-waktu tertentu etos kerja yang dimiliki seorang nelayan dapat meningkat sesuai dengan apa yang menjadi keinginannya. Tentunya ini merupakan kenyataan hidup, bahwa pada suatu saat nantinya akan melaksanakan kegiatan tersebut seperti di atas.

  1. Hasil Laut Melimpah

Faktor lain yang dapat meningkatkan etos kerja masyarakat nelayan, selain faktor tersebut di atas adalah  hasil laut melimpah, dimana pada musim-musim tertentu  terutama pada bulan April sampai dengan bulan September nelayan sangat mudah untuk memperoleh ikan di laut sehingga dengan demikian secara otomatis pendapatan nelayan pada saat itu meningkat dengan sendirinya.

Kondisi yang demikian, membuat sebagian nelayan biasanya larut dalam kehidupan yang konsumtif dengan jalan membeli berbagai macam barang-barang  elektronoik, tanpa berfikir untuk menyimpan sebagian hasil jerih payahnya demi untuk masa depannya. Kasus ini biasanya terjadi pada diri nelayan yang belum mempunyai tanggungan keluarga.

Berbeda pada sisi lain nelayan yang sudah mempunyai tanggungan keluarga yang mempunyai beberapa orang anak yang sementara menuntut ilmu diberbagai jenjang pendidikan, maka pendapatan  yang diperoleh pada saat hasil laut melimpah tentunya digunakan untuk hal-hal yang dapat menunjang pendidikan anak-anaknya demi untuk masa depannya.

Nelayan yang secara sosial kehidupan ekonominya sudah dianggap mapan dan tidak lagi mempunyai banyak tanggungan terhadap keluarganya, maka nelayan tersebut biasanya pada saat hasil laut melimpah akan menyisihkan sebagian pendapatannya untuk bisa membeli kapal lagi, bahkan tidak jarang dari nelayan tersebut  berniat untuk naik ke tanah suci apabila hasil usahanya dapat berkembang setiap saat.

Masyarakat nelayan yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah memiliki semangat dan kesadaran agama yang tinggi sehingga hampir semuanya dari pada mereka yang berusaha mencari nafkah melalui sumber daya laut berjanji bahwa apabila mereka mendapatkan rezeki dari Allah SWT, mereka berniat untuk menunaikan ibadah haji. Mereka berharap dengan kehadirannya di Tanah Suci Mekkah akan digunakan untuk berdoa agar usahanya semakin meningkat.

 

  1. Turunnya Etos kerja Nelayan

Masyarakat nelayan didalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari diperhadapkan dengan dua hal yang sangat mendasar, yakni naiknya etos kerja masyarakat nelayan, seperti yang telah dijelaskan di atas dan turunnya etos kerja nelayan. Adapun faktor yang mempengaruhi sehingga turunnya etos kerja masyarakat nelayan didalam menjalankan usahanya sebagai penangkap ikan adalah faktor internal

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pekerjaan sebagai nelayan adalah pekerjaan yang sangat berat dan penuh tantangan, bahkan terkadang seorang nelayan kurang menyadari bahwa sifat dari pekerjaannya telah mengkondisikan dirinya terasing atau terpencil dari ruang-ruang sosial budaya lainnya.Umumnya mereka memiliki keterbatasan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial lainnya, karena aktivitas sehari-harinya selalu terkonsentrasi di tengah lautan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Etos kerja nelayan perlu disadari sebagai semangat yang dilandasi oleh nilai-nilai pengharapan tinggi terkadang tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh seorang nelayan.Terdapat faktor-faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi sehingga turunnya etos kerja seorang nelayan, yakni leap  atau hasil laut sepi. Dalam keadaan demikian kecendrungan nelayan tidak memiliki akses ekonomi lainnya untuk mencari tambahan pendapatan atau deversifikasi pendapatan untuk tambahan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari bagi keluarganya.

Bahkan terkadang seorang nelayan pada saat menghadapi kondisi seperti ini, hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya bagi keluarganya dengan berharap dapat meminjam uang dari orang lain. Hal ini sudah menjadi fonomena pada masyarakat nelayan sehingga mereka selalu berada dalam kondisi “ketidakberdayaan”, dimana mata rantai keterberdayaan yang turut menyebabkan mereka menjadi miskin karena tidak memiliki pekerjaan sampingan.

Faktor dari dalam yang juga ikut mempengaruhi turunnya etos kerja nelayan, selain hal tersebut di atas ialah keterbatasan alat-alat tangkap yang dimiliki oleh seorang nelayan. Dikalangan masyarakat nelayan pesisir yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah dalam mengembangkan usahanya dibidang kelautan, perahu merupakan salah satu alat transportasi laut yang digunakan oleh para nelayan untuk menangkap ikan walaupun pada kenyataannya perahu yang digunakan mempunyai ukuran kecil sekitar 2 sampai 3 orang yang bisa ikut dalam perahu tersebut, sehingga dengan demikian para nelayan juga tidak terlalu jauh pergi menangkap ikan.

Hal tersebut di atas  menjadi persoalan tersendiri bagi masyarakat nelayan yang ada di Kelurahan Cambaya untuk meningkatkan pendapatannya. Begitu pula dengan alat yang digunakan untuk menangkap ikan bisa dikatakan cukup sederhana, dimana alat tangkap yang digunakan para nelayan di daerah tersebut lazim dinamakan “Roll Mini” yang terdiri dari beberapa meter jaring yang mana di bawah jaring tersebut terdapat beberapa meter papan yang dijadikan sebagai alat berat, sehingga jaring  dapat turun sampai ke dasar laut.

  1. Faktor External

Faktor internal yang dapat mempengaruhi turunnya etos kerja nelayan, juga adanya faktor eksternal dimana faktor tersebut banyak dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan dari luar atau dengan kata lain kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap kaum nelayan.

Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang perlindungan dan pemberdayaan nelayan, pembudi daya ikan dan petambak garam sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat komunitas nelayan.Dari aspek sosiologis,filosofi, dan yuridis, nelayan Indonesia adalah nelayan yang turun temurun atau tradisional.

Wakil ketua Badan Legislasi  DPR RI Firman Soebagyo (2015:23), menyatakan petani sudah memiliki undang-undang perlindungan, sudah mendapat asuransi, dan banyak subsidi untuk petani. Namun komunitas nelayan belum menikmati fasilitas tersebut. Upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan kaum nelayan tradisional, khususnya  yang hidup dibawah garis kemiskinan, wajar sekali. Kemiskinan nelayan tradisional justru disebabkan berbagai faktor, antara lain kurangnya keberpihakan pemerintah terhadap sistem ekonomi nelayan.

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir berupa bantuan alat tangkap seperti motor tempel dan jaring, misalnya patut mendapat respon positif. Namun, hasilnya belum maksimal karena program lebih berorientasi projek, ketimbang pencapaian target.Pemerintah juga lebih fokus pada perikanan tangkap yang melibatkan kapal-kapal besar.

Berdasarkan data kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2011, terdapat  7,87 juta jiwa nelayan miskin dan anggota keluarganya di daerah pesisir, atau 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang tercatat sebanyak 31,02 juta jiwa. Selain itu jumlah nelayan miskin dan keluarganya tersebar di 10.600 desa nelayan pada berbagai daerah.

Permintaan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan tradisional wajar sekali.Terlebih lagi, pemerintah menginginkan pengusaha perikanan memanfaatkan potensi perikanan di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia secara optimal. Bantuan kapal bagi nelayan, semakin merangsang nelayan dalam meningkatkan kesejahteraannya..

Kabar menggembirakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2014 menargetkan bantuan 1.000 unit kapal Inka Mina dengan ukuran 30 gross ton ke atas bagi kelompok nelayan di berbagai wilayah Indonesia. Bantuan tersebut bertujuan meningkatkan penghasilan nelayan.Sejak menggunakan kapal Inka Mina, nelayan mendapatkan hasil dua kali lipat.

Pemerintah hendaknya semakin berpihak ke nelayan tradisional agar mereka mampu memanfaatkan potensi  kelautan yang besar itu. Yang jelas berdasarkan data potensi 11 sektor ekonomi kelautan Indonesia bernilai minimal 11,2 triliun dollar AS. Namun, kontribusinya hanya 22 persen akibat kebijakan pemerintah yang bukan berdasarkan kelautan.

 

Etos kerja Masyarakat Nelayan dapat Berkontribusi Terhadap Peningkatan Perekonomian Masyarakat

 

Prinsipnya masyarakat nelayan yang bergelut dengan dunia kelautan dapat berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian masyarakat dengan satu catatan bahwa etos kerja yang dimiliki oleh seorang nelayan selalu direfleksikan dalam berperilaku, menumbuhkan sikap tepat janji, tepat waktu atau disiplin waktu, kerja keras, menghindari kegagalan dan sebagainya.

Seseorang dapat mengembangkan etos kerja tinggi karena berhadapan dengan tantangan-tantangan, harapan-harapan dan hal-hal yang menarik serta menguntungkan, sehingga mendorong munculnya kerajinan, kecermatan, rasa pengabdian dan lain-lain sifat, karakter yang lahir dari keperibadian seseorang.

Semangat bekerja keras ini didorong oleh ungkapan seperti : “Bajikangngi matecceraka na mate cipuruka” artinya lebih baik mati berdarah dari pada mati lapar. Maksud ungkapan ini adalah hidup ini harus dengan kerja keras.Bekerja keras membanting tulang sampai kulit dan muka kena sengatan matahari dan dinginnya malam hari dengan mangarungi laut dengan mempertaruhkan jiwa memburu ikan jauh lebih baik dari pada mati kelaparan.

Ungkapan di atas menunjukkan pada suatu orientasi nilai yang menganjurkan warganya untuk bekerja keras, karena hanya dengan bekerja keras seseorang dapat  memiliki status atau memiliki sesuatu dan dengan pemilikan akan sesuatu, seseorang dapat memberi kepada orang lain. Dengan bekerja keras seseorang tidak perlu tergantung pada orang lain atau mengharap bantuan oranglain karena perilaku demikian menunjukkan pada sesuatu yang merendahkan harga diri (sirik). Terdapat beberapa implikasi, sehingga etos kerja masyarakat nelayan dapat berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian masyarakat, antara lain :

  1. Terbukanya lapangan kerja baru.
  1. Menjual Bahan Bakar (solar) kepada Nelayan Pemilik Kapal

Salah satu kontribusi nyata yang dihasilkan dari hasil etos kerja masyarakat nelayan, khususnya peningkatan perekonomian masyarakat adalah terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat yang ada di daerah tersebut. Dimana kita ketahui bahwa masyarakat yang bermukim di KelurahanCambaya bukan saja didominasi oleh masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan tetapi ada sebagian masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor lain dengan memanfaatkan  aktifitas para nelayan sebagai sumber mata pencahariannya.

Upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah, peran serta masyarakat sangat menentukan di dalam menciptakan/membuka lapangan kerja baru, sehingga dengan demikian memberikan kesempatan kepada generasi muda yang ada di daerah tersebut untuk memanfaatkan  peluang untuk mencari sumber penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Masyarakat nelayan yang ada di Kelurahan Cambaya dalam menjalankan aktivitasnya sebagai nelayan penangkap ikan merasa sangat terbantu dengan adanya pembukaan usaha-usaha baru yang bermunculan sebagai akibat dari meningkatnya etos kerja masyarakat nelayan.Salah satu contoh lapangan kerja baru yang dijalankan oleh sebagian masyarakat yang ada di daerah tersebut adalah menyediakan atau menjual bahan bakar minyak (solar) kepada nelayan yang mempunyai kapal penangkap ikan.

Keberadaan penjual bahan bakar berupa solar di wilayah Kelurahan Cambaya dan sekitarnya tidak hanya dirasakan manfaatnya bagi para nelayan setempat tetapi juga memberikan manfaat kepada nelayan-nelayan yang datang dari luar, seperti nelayan dari Pangkep, pulau Barang Lompo, pulau Barang Caddi, bahkan nelayan dari daerah Jeneponto  yang  sengaja membawa hasil tangkapannya di tempat pelelangan ikan (TPI)  paotere untuk dijual. Bahkan tidak jarang para penjual bahan bakar eceran melayani para pemilik kapal antar pulau yang datang membawa masyarakat dari pulau untuk berbelanja berbagai keperluan sehari-hari.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan menyimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebagian masyarakat yang ada di daerah tersebut sebagai penjual bahan bakar solar eceran banyak dilakukan oleh kaum generasi muda yang putus sekolah. Mereka hanya menggunakan kendaraan roda dua (motor) sebagai alat transportasi untuk mengangkut suatu wadah yang namanya ceregen yang berkapasitas 20 liter untuk dipakai membeli bahan bakar di SPBU lalu kemudian diantar kepada para pemilik kapal. Dan keuntungan yang diperoleh per liternya berkisar Rp. 1.000, bahkan tidak jarang para pedagang eceran solar ini membawa sampai beberapa ceregan setiap harinya, mulai dari pagi hari sampai pada sore hari menjelang para nelayan berangkat untuk pergi menangkap ikan.

 

  1. Membeli Hasil Tangkap dari Nelayan

Salah satu kontribusi yang ditimbulkan dari hasil etos kerja masyarakat nelayan dengan meningkatnya perekonomian masyarakat, juga tak kalah pentingnya di dalam meningkatkan roda perekonomian masyarakat yang ada di daerah tersebut ialah dengan membeli hasil tangkap dari nelayan lalu selanjutnya dipasarkan melalaui konsumen tarakhir.Fonomena yang setiap hari terjadi pada saat para nelayan sudah mulai datang satu persatu dari lokasi penangkapan ikan, dimana sebagian orang berusaha untuk mendekat dari kapal untuk menadah/membeli hasil tangkap dari nelayan terkadang mereka saling bertransaksi di atas kapal.

Kebiasaan umum dikalangan masyarakat nelayan yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah, bahwa  hasil tangkap dari nelayan yang diperoleh pada hari itu juga sudah diambil oleh  para pembeli yang mumpunyai modal  atau  dibeli oleh para tengkulak. Biasanya para pemilik modal ini memasarkan atau membawa ke tempat pelelangan ikan (TPI) untuk dijual kembali.

  1. Menjual Perlengkapan Alat Tangkap bagi nelayan

Salah satu unsur  yang paling penting dalam suatu proses produksi adalah ketersediaan alat-alat yang dapat menunjang kegiatan suatu pekerjaan, dimana masyarakat nelayan yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung tanah dalam melakukan penangkapan ikan di laut masih menggunakan peralatan yang masih sederhana dan alat tersebut mudah untuk didapatkan di toko-toko yang menyediakan perlengkapan alat-alat nelayan.

Kontribusi dari etos kerja masyarakat nelayan terhadap peningkatan perekonomian masyarakat dapat dilihat dengan keterlibatan sebagian anggota masyarakat yang membuka usaha penjualan perlengkapan alat-alat tangkap  bagi nelayan. Hal tersebut tidak terlepas dari keberadaan dari nelayan dalam menjalankan aktifitasnya sebagai penangkap ikan.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, dilapangan menunjukkan bahwa pusat perekonomian masyarakat yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah terkonsentrasi pada poros jalan Sabutung yang menghubungkan dengan jalan Barukang Raya, daerah tersebut termasuk daerah perdagangan, dimana aktifitas perekonomian masyarakat dari pagi sampai sore hari cukup ramai. Hal tersebut cukup beralasan karena wilayah ini dekat dengan tempat pelelangan ikan (TPI) dan sebagaian besar masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terutama pulau Barang Caddi dan pulau Barang Lompo datang untuk berbelanja di tempat tersebut

Hal tersebut di atas, menjelaskan bahwa di daerah ini juga  terdapat pelabuhan yang dikenal dengan pelabuhan Paotere.sebagai tempat dimana kapal-kapal kayu yang berukuran besar yang berasal dari berbagai daerah, seperti Kalimantan, Sulawesi Utara, Kendari, Bima. Kapal dari pulau Jawa datang dipelabuhan ini dengan membawa berbagai macam barang untuk dipasarkan di daerah Makassar pada khususnya dan Sulawesi Selatan pada umumnya.

Umumnya kapal-kapal tersebut, apabila sudah membongkar muatannya tinggal berminggu-minggu bahkan sampai satu bulan untuk mencari muatan untuk kembali di daerahnya. Dan banyak dikalangan pedagang dari daerah ini yang  memanfaatkan kapal-kapal tersebut untuk dipakai terutama dari pihak ekspedisi untuk mengirim barang-barangnya ke daerah lain, dengan pertimbangan biaya yang tidak terlalu mahal.

Masyarakat yang berdomisili di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah sangat merasakan adanya prasarana-prasarana yang disediakan oleh pihak pemerintah, hal ini cukup beralasan karena daerah tersebut berada di wilayah pantai yang mana sumber penghasilan dari masyarakat banyak bergantung dengan hasil laut  sekaligus sebagai penunjang dari sektor-sektor ekonomi lainnya yang dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat di wilayah tersebut.

  1. Meningkatkan Pendapatan Istri Nelayan
  1. Membuka warung

Kegiatan perekonomian yang dilaksanakan para istri nelayan di dalam meningkatkan pendapatan rumah tangganya salah satunya ialah dengan membuka warung-warung, baik itu warung makan yang terletak di pinggir pantai  maupun warung untuk menjual kebutuhan pokok sehari-hari yang ada di rumahnya  sendiri. Apa yang dilakukan para istri nelayan tersebut adalah semata-mata untuk membantu suami dalam hal bagaimana supaya kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi, terutama bagi keluarga  nelayan yang masih mempunyai anak dan masih membutuhkan pendidikan formal.

Kenyataan tersebut di atas, mendorong untuk melihat peranan wanita nelayan sebagai masalahnya karena belum tentu pandangan ideal mengenai peranan sosial wanita sungguh-sungguh menggambarkan peranan dalam kenyataan. Dan apakah benar apa yang sering terdengar bahwa motivasi bekerja wanita, utamanya wanita pedesaan adalah sekedar mengisi waktu senggang (Farida Nurland 1988:232). Bagi banyak wanita diduga bekerja bukanlah semata-mata untuk mengisi waktu senggang atau mengembangkan karier, melainkan dilakukan tidak lain untuk mencari nafkan membantu suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Peranan wanita dimasa sekarang ini tidak lagi dikaitkan pada kodratnya sebagai wanita yaitu sebagai seorang istri atau seorang ibu saja yang hanya melakukan kegiatan rumah tangga seperti mencuci, memasak, mengasuh anak dan sebagainya, tetapi telah berkembang sedemikian rupa sehingga wanita telah berperan serta dalam setiap segi pandangan masyarakat. Seorang wanita merasa berperang dalam masyarakat, biasanya bila ia dapat tampil sejajar dengan kaum laki-laki dibidang pekerjaan apapun. Namun perlu disadari bahwa secara badaniah maupun secara psikologis, wanita berbeda dengan laki-laki (Budiman, 1985:1).

Seorang istri nelayan sangat wajar jika waktu luang yang dimilkinya dapat digunakan kearah yang lebih ekonomi untuk dapat menambah pendapatan keluarganya  dan tentunya ini suatu program yang   disesuaikan dengan lingkup mereka yaitu masyarakat nelayan, dimana kadang-kadang hasil tangkapan bisa melimpah dan kadang-kadang hasilnya juga bisa berkurang.

  1. Membuat Ikan Kering

Kegiatan yang dilakukan oleh para istri nelayan yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah dalam upaya meningkatkan pendapatan rumah tangganya ialah dengan membuat ikan kering lalu kemudian dipasarkan kebeberapa tempat yang ada di wilayah tersebut. Hal ini dilakukan apabila hasil tangkapan yang diperoleh oleh suaminya  pada hari itu  banyak  mendatangkan hasil. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat musim kemarau dimana pada saat itu cuaca sangat mendukung, dan kegiatan ini dikerjakan tidak jauh dari tempat tinggal mereka.Kegiatan ini sangat dirasakan bermanfaat bagi istri-istri nelayan, karena selain dapat menambah penghasilan rumah tangga mereka, juga memanfaatkan waktunya agar tidak  terbuang dengan sia-sia.

  1. Membuat Abon Ikan

Kegiatan yang dilaksanakan oleh para istri nelayan yang ada di wilayah Kelurahan Cambaya yang sangat banyak direspon oleh sebagian masyarakat ialah dengan membuat abon ikan, dimana kegiatan ini mengambil tempat di rumah mereka sendiri.Ini merupakan suatu upaya keras dari kaum ibu, khususnya istri-istri nelayan agar kegiatan bernilai ekonomi ini dapat membantu meningkatkan pendapatannya.

Peran serta pemerintah salah satunya dalam meningkatkan roda perekonomian masyarakat pada saat itu ialah dengan memberikan bantuan kepada beberapa kaum ibu dengan memberikan bantuan berupa alat yang dipakai untuk membuat abon ikan tersebut, namun yang menjadi kendala dengan bantuan tersebut ialah terbatasnya daya listrik yang dimiliki setiap rumah tangga nelayan dengan daya yang dipakai oleh alat tersebut, sehingga alat tersebut tidak terlalu bermanfaat bagi mereka.

Hal ini terjadi pada beberapa rumah tangga nelayan yang hanya memiliki kemampuan daya listrik 400 Watt, sedangkan bagi rumah tangga yang mempunyai daya listriknya 900 Watt sudah bisa menggunakan alat tersebut, walaupun hanya beberapa orang saja.  Dari hasil pembuatan abon ikan ini akan didistribusikan ke pasar-pasar tradisional yang ada di wilayah kota Makassar pada umumnya.

  1. Membuat Bakso Ikan

Kegiatan yang dilaksanakan oleh istri-istri  nelayan di dalam membantu  meningkatkan pendapatan rumah tangga nelayan ialah dengan cara membuat bakso ikan. Banyak dari kalangan istri-istri nelayan lebih merasa senang mengerjakan pekerjaan ini, karena selain cara membuatnya lebih mudah juga hasilnya cepat dapat diperoleh. Salah satu yang membuat produk ini cepat terjual karena banyaknya pesanan dari penjual bakso.

Berdasarkan seluruh paparan yang telah dijelaskan di atas, membuktikan bahwa etos kerja yang tinggi dari masyarakat nelayan yang ada di KelurahanCambayaKecamatan Ujung Tanah secara otomatis dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sebagai akibat dari budaya kerja yang dimiliki oleh komunitas nelayan penangkap ikan.

 

PENUTUP

Etos kerja masyarakat nelayan di KelurahanCambaya, khususnya dalam mengelola sumberdaya laut secara tidak langsung  memberikanmanfaat, baik terhadap nelayan itu sendiri maupun  terhadap kehidupan masyarakat yang ada di siktarnya.Adapun faktor yangdapat  mempengaruhi etos kerja nelayan ialah tuntutan kebutuhan hidup yang sangat tinggi, memenuhi kebutuhan keluarga sebagai wujud kebahagian suatu keluarga, dan yang paling penting adalah bekerja suatu kewajiban. Sedangkan kontribusi yang ditimbulkan dari etos kerja ialah memberikan peluang kepada masyarakat untuk lebih mengembangkan dirinya dalam mencari sumber-sumber ekonomi yang berhubungan dengan sumber daya laut.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1982. “Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi”. LP3S: Jakarta.

Amiruddin, Ahmad. 1987.  “Masalah Etos Kerja dan Pembangunan MasyarakatDaerahSulawesi Selatan”, Ujung Pandang.

Apridar dkk. 2011. “Ekonomi Kelautan dan Pesisir”, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Arsyad, 2000.“EtosKerja Nelayan di Desa Pambusuang Kecamatan BalanipaKabupaten Polmas” Skripsi Antropologo, Sosopol Unhas, Makassar.

Abu Hamid, 1994. “Etos Kerja dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan(Suatusorotan dari segi Nilai Sosial Budaya)”.Makalah disampaikan pada Pelatihan Perekaman Kebudayaan Daerah di Makassar pada tanggal 30 Juni 1994.

Budiman, Arief. 1985. “Pembagian Kerja Secara Seksua”.Sebuah pembahasan Sosiologi tentang Peranan Wanita di Dalam Masyarakat.PT. Gramedia Jakarta.

Koentjaraningrat. 1990. “Pengantar Ilmu Antropologi”. Rineka Cipta. Jakarta

Mattulada, 1997.“Masyarakat Pesisir dilihat dari Sudut Pandangan Antropologi danSosiologi”. Dalam Pengembangan Sumber Daya Lautan (Aspek Sosial Budaya). Ujung Pandang Lephas.

Mustofa, Bisri dkk. 2008. “Kamus Lengkap Sosiologi.  Yogyakarta : Panji Pustaka.

Nurland, Farida. 1988. “Peranan Wanita Nelayan dalam Keluarga dan Rumah Tangga di Masyarakat Pantai Lappa Sinjai Utara” . Diterbitkan oleh : P3MP (Proyek Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Pantai

Sairin, Sjafri, 2001. ”Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia”: Perspektif Antropologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Soebagyo, Firman, 2015. “Pemberdayaan Nelayan”.  Tribun Timur, tanggal 29 agustus 2015. Makassar.