Muhibah Jalur Rempah merupakan gelaran perjalanan dengan menggunakan kapal latih TNI Angkatan Laut KRI Dewaruci. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Pelayaran yang membawa pemuda-pemudi Laskar Rempah dari 34 provinsi menyinggahi 8 titik Jalur Rempah yaitu Surabaya, Makassar, Baubau-Buton, Ternate-Tidore, Banda Naira, dan Kupang.
Muhibah Jalur Rempah di mulai 1 Juni 2022 dan berakhir 2 Juli 2022 dengan empat titik penggantian peserta pelayaran yaitu Surabaya-Makassar-Ternate, dan Kupang. Setelah pelayaran Ternate dan Tidore, Banda sebagai persinggahan berikut dan tepatnya Sabtu, 18 Juni 2022 KRI Dewaruci berlabuh di pulau Banda sambil menunggu penyambutan di dermaga Banda Naira. Paginya Minggu, 19 Juni 2022 KRI Dewaruci merapat di dermaga Banda Naira dengan dikawal iringan perahu belang dari masyarakat Banda.
Di dermaga pelabuhan Banda Naira, laskar rempah bersama para pendamping Muhibah Budaya Jalur Rempah pelayaran Ternate-Tidore ke Banda disambut dengan pengalungan selendang yang diawali pengalungan selendang oleh Komandan Lantamal IX Maluku Brigjen TNI (Mar) Said Latuconsina, M.M, MT kepada Komandan KRI Dewaruci Mayor Laut (P) Sugeng Hariyanto, M.Tr,Opsla. Selanjutnya satu persatu para laskar rempah dan pendamping mengikuti turun dari kapal latih KRI. Dewaruci. Laskar Rempah dari Papua Jefrfi Iyai mengikuti pelayaran dari Ternate dan akan turun di titik Jaur Rempah Kupang. Bersama Laskar Rempah mengikuti berbagai kegiatan seperti mengunjungi tempat-tempat bersejarah, beberapa ritual adat, dan lomba perahu belang adat. Pelayaran selanjutnya yaitu titik Jalur Rempah Kupang, pelayaran Muhibah Jalur Rempah menuju titik Kupang ditandai pelepasan tali tambat kapal KRI Dewaruci oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, Ph.D yang didampingi Komadan Lantamal IX Maluku Brigjen (Mar) Said Latuconsina di dermaga Banda Naira.
Ada yang menarik dalam rangkaian Jalur Rempah di Banda yaitu Baku Dapa Basudara Wandan dengan bertemunya orang Wandan dari Banda Ely dari Maluku Tenggara yang terpisah 401 tahun lalu dan dipertemukan Jalur Rempah. Dan juga membuka hati dan diri menelusuri terkait jejak masa lampau guna mengikat kembali ikatan basudara orang Wandan bukan hanya di Maluku Tenggara (Banda Ely) tapi juga ke Seram sampai ke tanah besar Papua.
Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Papua sebagai bentuk pendukungan turut memfasilitasi rangkaian kegiatan Jalur Rempah di Banda.Berbicara Rempah tentu tidak lepas dengan migrasi manusia terutama terkait dengan perdagangan Rempah seperti Palah dan Cengkeh tak dipungkiri perjalanan ini sampai ke Papua terutama di Raja Ampat dan Fak Fak.