SEJARAH PENDIDIKAN DI PAPUA; WONDAMA TEMPAT PERTAMA PENDIDIKAN MODERN ORANG PAPUA (1924-1945)

0
6021

Berbicara dunia pendidikan di tanah Papua saat ini tentu sangatlah kompleks terutama berkaitan dengan tuntutan kualitas manusia yang berkarakter dan memiliki daya saing di waktu mendatang. Bicara pendidikan tentunya melalui suatu proses panjang yang di mulai dari lahir sampai dewasa, apalagi kondisi nyata tanah Papua yang memiliki keragaman suku  dengan  lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam turut membentuk karakter yang berbeda antara kelompok suku yang satu dengan yang lainnya.

Menjadi pertanyaan model pendidikan di papua seperti apa yang diharapkan untuk membentuk generasi yang memiliki karakter dan daya saing di waktu mendatang. Untuk mengingatkan kita kembali bahwa berbicara pendidikan di tanah papua, tentu tidak lepas dari perjalanan sejarah pendidikan modern yang pertama bagi orang Papua. Tim peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua mengangkat sisi lain dari dunia pendidikan di tanah Papua dalam buku “Wondama, Tempat Pertama Pendidikan Modern Orang Papua (1924 – 1945)”.

Kehadiran injil di Wondama tidak terlepas dari masuknya injil pertama kali di Mansinam pada 5 Februari 1855 oleh Ottho Gerhard Herdring dan Johann Gottlob Geissler. Masuknya injil di Mansinam bukan saja merupakan awal dari agama nasrani diterima orang Papua. Pentingnya peran agama nasrani ini dapat dilihat dari berbagai perubahan yang terjadi dalam masyarakat papua di seluruh tanah Papua hingga dewasa ini. Berbeda dengan pendidikan yang diselenggarakan di Mansinam yang muridnya bukan hanya berasal dari Papua tetapi juga, dari Ambon, Sangir dan keturunan Cina maka di Wondama pendidikan hanya dikhususkan bagi anak-anak asli Papua yang  berasal dari Biak, Serui, Numfor, Sorong, Jayapura dan Nabire.

Wondama sebagai tempat pertama kali pendidikan modern orang Papua pada 1925-1945, karena pada 1925 pertama kali dibukanya sekolah pendidikan guru desa di Wondama tepatnya di Kampung Miei Distrik Wasior Kota. Sekolah pendidikan guru ini didirikan khusus bagi putra-putra asal Papua di wilayah bagian Barat dan Utara Papua. Pembukaan sekolah guru ini untuk menjawab kebutuhan guru dengan dibukanya beberapa sekolah di kampung-kampung di Papua. Melalui lembaga pendidikan ini kelompok awal elit Papua yang bukan hanya menerima materi, secara perlahan-lahan mulai menyadari makna kepapuaan di antara mereka. Namun perlu ditegaskan bahwa pendidikan awal ini yang dilaksanakan hanya sebagai sarana untuk memperkenalkan dan menjadikan orang Papua menjadi Kristen. Pendidikan berfungsi untuk menempatkan siswa sesuai tujuannya, sebaliknya pendidikan dapat menghasilkan sesuatu yang tidak diharapkan. Sebagai konsekwensi dari terselenggaranya pendidikan oleh pihak gereja, pendidikan yang berlangsung di Papua akhirnya menimbulkan perubahan pada orang Papua. Di Miei Kabupaten Teluk Wondama telah membawa perubahan yang sangat mendasar di antara orang Papua yang berbeda suku dan berkumpul di Miei.

Pendidikan guru desa di Miei ini berpola asrama, mereka dididik untuk hidup mandiri sehingga mereka sendiri dapat berprestasi. Pelajaran yang diajarkan adalah membaca, menulis dan berhitung di samping itu pelajaran agama yang diajarkan yaitu mendengarkan bacaan-bacaan Alkitab, belajar bernyanyi dan berdoa.

Tentu permasalahan pendidikan saat itu berbeda dengan masa sekarang, namun paling tidak ada catatan-catatan penting yang dapat di ambil sebagai masukan seperti pendidikan pola asrama dengan mengembangkan nilai-nilai budaya lokal yang tetap mengacu pada konsep wilayah adat di tanah Papua dan nilai-nilai agama dan penghayatan nilai-nilai dari Pancasila.