(Ana M.F. Parera,S.Pd, Desy P. Usmany,SS, Saberia, S.Pd, Dr. Rosmaida Sinaga)
Dalam rangka melaksanakan strategi “loncat katak”, Mac Arthur berpendapat bahwa, Papua merupakan jalan pintas menuju Filipina dan Tokyo. Namun pendapat Mac Arthur itu ditentang oleh para laksamana Amerika di bawah pimpinan Laksamana Nimitz. Laksaman Nimitz beranggapan bahwa Papua boleh direbut oleh Mac Arthur, tetapi jalan pintas menuju Tokyo bukanlah melewati Filipina, tetapi jalan laut di Pasifik Tengah. Pertentangan ini menyebabkan Presiden Amerika Rosevelt turun tangan dan memanggil kedua perwira yang bertentangan tersebut ke Hawai. Dalam pertemuan itu Rossevelt menyetujui strategi perang kedua petinggi militernya itu dan memutuskan bahwa Jenderal Mac Arthur dari Papua harus mendarat di Filipina, dan Laksamana Nimitz boleh memilih jalan laut (Ojong,2001:113).
Menindaklajuti strategi “loncat katak” itu, tentara sekutu berperang melawan tentara Jepang di Papua mulai dari teluk Tanah Merah, Wakde Sarmi, Biak hingga berakhir di Sausapor pada 30 Juli 1944. Pada perang Dunia II, tentara Sekutu membangun beberapa pangkalan tempat persinggahannya di Papua yaitu di Teluk Tanah Merah Hollandia (Jayapura), Wakde Sarmi, Biak dan Sausapor. Dengan demikian, pendaratan pasukan sekutu di pulau Papua dimulai dari Hollandia,Sarmi,Biak, Numfor dan terakhir di Sausapor (Sansapor atau Vogelkop). Laksamana Morison dalam bukunya “New Guinea and Marianas”, 1955 mengatakan bahwa Jenderal Mac Arthur setelah tiba di Vogelkop (Sausapor) ujung paling barat Irian, boleh peluk tangan, selanjutnya menonton dari jauh bagaimana pesaingnya Laksamana Nimitz membawa bendera Amerika dan sekutu ke Tokyo (Ojong,2001:104). Pendapat Laksamana Morison dengan jelas memperlihatkan bahwa Sausapor (Sansapor) merupakan lokasi penting dan strategis bagi Mac Arthur untuk merebut Tokyo lebih awal dari Laksamana Nimitz.
Sausapor merupakan salah satu wilayah yang pernah didudduki oleh tentara Jepang dan Sekutu pada Perang Dunia II (Perang Pasifik). Pendudukan tentara Jepang dan tentara sekutu di Sausapor tentunya berdampak terhadap kehidupan masyarakatnya. Pendudukan tentara Jepang dan sekutu di Sausapor juga mempengaruhi sejarah dan budaya masyarakat di wilayah itu. Oleh karena itu, para penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tentang Sausapor Saksi Sejarah Perang Dunia II.
Dapat membaca selengkapnya silakan membuka : SAUSAPOR SAKSI SEJARAH PERANG DUNIA II DI KABUPATEN TAMBRAUW PROV. PAPUA BARAT