Melacak Sejarah Penambangan Timah di Babel Lewat Museum

0
456
Museum Timah Indonesia di Pangkalpinang, Babel

Bangka Belitung dan timah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Pulau Bangka dan Belitung sejak masa lampau menjadi daerah penghasil timah yang utama di Indonesia. Ingin melacak sejarah penambangan timah di Babel tak sulit. Datang saja ke Museum Timah Indonesia di Pangkalpinang, Babel.

Pekan lalu, rombongan pejabat Pemkab Lingga yang dipimpin Bupati Alias Wello datang ke Pangkalpinang. Tujuannya untuk memperjuangkan agar di daerahnya di Dabo Singkep, Lingga bisa dibuat juga museum timah. “Kami dan pak bupati ingin bertemu
dengan pihak PT Timah. Sekaligus melihat museum timah di Pangkalpinang. Kita akan perjuangkan agar museum timah juga dibangun di Dabo Singkep,”kata Kadis Kebudayaan Lingga, M Ishak, pekan lalu di Bandara Hang Nadim, Batam.

Dabo Singkep (Lingga) dan Tanjungbatu (Karimun), memang menjadi daerah penambangan timah jauh sebelum Indonesia merdeka selain di Babel. Jejak penambangan timah di sana juga bisa dilihat hingga sekarang. Paling mencolok banyaknyan bangunan eks perusahaan PT Timah.

Kalau Dabo Singkep masih angan-angan memiliki museum. Pangkalpinang di Babel sudah lama memilikinya. Museum Timah Indonesia di Pangkalpinang berdiri sejak tahun 1958. Berlokasi di Jalan Ahmad Yani Nomor 179 Pangkalpinang. Ke museum ini, jika dari Bandara Depati Amir hanya membutuhkan waktu 15 hingga 20 menit. Dari bandara anda bisa menggunakan taksi atau mobil rental yang ada di bandara. Posisinya yang strategis akan sangat memudahkan anda menemukannya. Jalur ini juga akan memudahkan anda untuk melangkah ke destinasi berikutnya seperti pantai Parai, pantai Pasir Padi, ataupun pantai Rambak. Jika anda merupakan tamu dari sebuah kegiatan, biasanya panitia sudah memasukkan kunjungan ke Museum Timah Indonesia sebagai salah satu tempat yang akan didatangi.

Museum Timah Indonesia ini menempati bangunan yang dahulu merupakan tempat tinggal bagi karyawan perusahaan timah Banka Tin Winning. Bentuk aslinya masih dipertahankan meski sudah beberapakali mendapat sentuhan pemugaran. Masuk ke halaman Musium Timah, anda akan langsung melihat sebuah lokomotif tua berwarna hitam. Lokomotif ini memang diletakkan di bagian paling depan. Dari jalan raya, jika sedang mengendarai kendaraan sekalipun akan terlihat jelas. Dari data yang disematkan di badan lokomotif, ternyata lokomotif ini dahulu digunakan sebagai pembangkit listrik untuk keperluan penambangan.

Di sisi Lokomotif juga terdapat mangkuk timah yang sering digunakan oleh kapal keruk di laut. Ukurannya cukup besar bisa menampung tubuh manusia dewasa. Mangkuk keruk berbagai ukuran juga terdapat di sisi kiri gedung museum.

Masuk ke pintu utama museum pengujung akan langsung melihat prasasti kota Kapur. Tenang, sudah ada translit dalam bahasa Indonesia apa yang tertulis di dalam prasasti tersebut. Di ruang pertama ini juga terdapat figura besar yang berisi informasi lintas sejarah penambangan timah di Idonesia. Informasi ini dimulai sejak abad 1 hingga tahun 2000. Seperti tahun 1733 saat Mahmud Badaruddin I menghimpun penggalian timah di pulau Bangka, tahun 1816 Perjanjian Traktat London yang menyatakan Inggris wajib mengembalikan Bangka Belitung pada Belanda dan akhirnya Belanda mendirikan Banka Tin Winning (BTW).

Masuk ke ruanga berikutnya, terdapat aneka relief dan maket model penambangan timah . Hadirnya relief dan maket ini memberikan informasi kepada pengunjung mengenai penambangan timah secara tradisional dan modren. Ada beberapa alat penggalian timah saat masa awal dahulu, juga ada maket kapal keruk timah yang beroperasi di laut. Tidak hanya itu juga terdapat model maket yang menjelaskan bagaimana timah di dalam laut bisa sampai ke dalam kapal keruk. Secara jelas pengunjung akan mendapat informasinya pada figura besar di ruangan ini yang memuat kaleidoskop 100 tahun kapal keruk timah di Indonesia. Di ruangan kedua ini juga terdapat maket penambangan secara tradisional.

Perjalanan menggali informasi penambangan timah belum cukup hanya sampai ke ruangan depan dan tengah saja, di ruang ketiga terdapat lukisan dinding yang lebar memuat penambangan timah zaman kolonial belanda. Dalam gambar menjelaskan bagaimanan buruh timah sedang bekerja dan diawasi oleh orang-orang Belanda. Di ruangan ini juga terdapat balok timah yang sudah jadi. Baik balok tima era praindustri maupun era industri.

Dikutip dari www.indonesia-heritage.net, bahwasanya, gedung Museum Timah Indonesia ini merupakan tempat bersejarah. Karena pernah dijadikan lokasi perundingan dan diplomasi antara pemimpin republik yang diasingkan ke Bangka dengan Pemerintah Belanda dan UNCI (United Nations Commission for Indonesia) sehingga lahirlah Roem-Royen Statement pada tanggal 7 Mei 1949. Bahkan disebutkan juga Bung Karno dan Bung Hatta pun pernah menginap disana.

Untuk dokumentasi, pengunjung yang datang, diperbolehkan untuk berpoto secara bebas. Berpoto atau swaphoto sudah menjadi tradisi jamak di museum ini. Ada banyak titik untuk dijadikan latar untuk berpoto. Pertama di depan lokomotif tua, pintu masuk dengan latar belakang gedung museum yang utuh, di depan lukisan penambangan timah zaman kolonial yang terletak di bagian tengah, dan di prasasti kota kapur.

Tapi yang paling favorit adalah di depan lukisan dan lokomotif. Alasannya, gambar besar dan ruang yang pencahayaan cukup akan memberikan gambar yang eksotis. Sementara di lokomotif akan sangat mewakili bahwa lokasi yang dikunjungi adalah sebuah museum.

Sebagai buah tangan atau oleh-oleh, pengunjung dapat membeli kerajinan dari timah. Di sentra kerajinan pewter. Mulai dari yang kecil berupak gantungan kunci hingga yang besar plakat, atau perahu phinisi dengan harga berpariasi. Jika waktu memungkinkan pengunjung dapat memesan sesuai dengan keinginan.**