Jangan Hilang Randai Kuantan di Bumi

0
249
Maestro Randai Kuantan, Fakhri memasang tanda peserta Belajar Bersama Maestro (BBM) di Taman Budaya Riau, Selasa (4/4) kemarin.

Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Kebudayaan Provinsi Riau, Yoserizal Zen membuka kegiatan Belajar Bersama Maestro (BBM) Randai Kuantan di Taman Budaya Riau, Selasa (4/4) kemarin. Randai Kuantan jangan sampai punah dan hilang. Upaya pelestarian
menjadi sangat penting dan perlu regenerasi.
“Kami sangat bangga acara BBM bisa digelar di Riau. Ini sejalan dengan visi besar Riau 2020 menjadikan Riau pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Kami sangat terbuka dengan penyelenggaraan event event kebudayaan di Riau,”kata Yoserizal saat acara pembukaan.

Yoserizal menyebutkan, Riau memiliki banyak kekayaan nilai budaya, baik sejarah dan tradisi lisan. Termasuk diantaranya Randai Kuantan yang sejak tahun 2016 telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia. Permasalahan pelestarian budaya menjadi fokus program Dinas Kebudayaan Riau. “Dinas Kebudayaan Riau baru berdiri sendiri, sebelumnya bergabung dengan dinas pendidikan. Saya telah meneken kontrak kerja dengan gubernur. Intinya penyiapan muatan lokal, hak kekayaan intelektual (Haki) dan pencatatan karya budaya. Ini yang jadi fokus kami,”ujarnya.
Pentingnya pelestarian Randai Kuantan juga diungkapkan Kepala BPNB Kepri, Toto Sucipto yang tampil sebagai pemateri. Ia mengingatkan pentingnya regenerasi dalam Randai Kuantan. Hal inilah yang jadi fokus dan tujuan adanya BBM Randai Kuantan.”Jangan sampai Randai Kuantan Hilang. Kalau sekarang BBM dengan maestro bernama Fakhri Yohanis alias Fakhri Semekot, nantinya lahir seniman-seniman randai baru,”kata Toto.

Ketua LAMR, Al Azhar, Plt Kadisbud Yoserizal Zen, Kepala BPNB Kepri, Toto Sucipto, Fakhri dan peserta BBM foto bersama

Toto juga memaparkan tugas fungsi BPNB Kepri sebagai pusat informasi kebudayaan Melayu. Berbagai kegiatan dilaksanakan BPNB Kepri yang bentuknya beragam, baik itu kajian (penelitian), internalisasi nilai dan pencatatan karya budaya. Acara BBM termasuk kategori internalisasi nilai budaya. “Pencatatan karya budaya kita juga masih lemah. Baru 10 karya budaya dari Riau yang ditetapkan. Tahun 2017 diusulkan 27 karya budaya tapi yang masuk lampu hijau ada 7 karya budaya. Empat karya budaya akan diverifikasi lagi,”sebutnya.

Pemateri lain, Budayawan Al Azhar menegaskan, pemerintah daerah Riau tak banyak berbuat dalam pelestarian tradisi Randai Kuantan. Kesenian Randai Kuantan hingga saat ini terus tumbuh dan bertahan tak terlepas dari dukungan masyarakat dan juga
keberadaan sangar-sanggar pelestari. “Faktanya Dewan Kesenian Riau yang dulunya mengangkat membuat event. Bermunculanlah grup-grup randai. Kalau Pemprov Riau dan kabupaten/kota sejak dulu tak banyak berbuat,”kata Ketua Asosiasi Tradisi Lisan
(ATL) Riau ini.

Dalam pelestarian tradisi, Ketua Harian Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) ini mengatakan, pemerintah dan pihak-pihak yang ingin berkontribusi dalam pelestarian harus memahami kebutuhan sanggar pelestarian. Ia mencontohkan, pelestarian Randai
Kuantan, maka yang harus dibantu adalah penyediaan biola dan alat musik untuk sanggar. “Selagi biola dan toa masih ada. Orang-orang seperti Fakhri tetap bisa berkesenian Randai Kuantan,”tukasnya.

Soal makna Randai Kuantan dan asal usul, serta penjelasannya secara lengkap, Al Azhar meminta peserta BBM yang ditaja BPNB Kepri bisa membuka website lamriau.id. Dalam laman budaya milik LAM Riau ini dibahas secara lengkap tentang Randai Kuantan. “Dipaparkan bagaimana hubungan masyarakat dengan randai pendukungnya. Termasuk kesuksesan sebuah pertunjukkan randai dapat diukur. Hal terpenting menurut saya, Randai Kuantan itu ke depannya harus dikembangkan dialog yang dilakukan
bisa diubah memakai Bahasa Indonesia atau bahasa Melayu khas logat lokal, seperti Siak, Bengkalis atau boleh juga Kuantan,”paparnya.

Gunanya adalah agar Randai Kuantan dapat dinikmati semua kalangan dan tak hanya terbatas untuk masyarakat Kuantan Singingi saja. “Randai Kuantan khas Riau jadi milik nasional. Randai yang berbeda dengan Randai Minangkabau. Randai
Kuantan memadukan dialog, musik dan tarian joget,”sebutnya.**