Kain Pelangi : Kain Tradisi Kerajaan Matan-Tanjungpura

0
1731

Kain pelangi yang juga lazim disebut dengan batik pelangi ini merupakan kain tradisi bangsawan Kerajaan Matan-Tanjungpura. Teknis pembuatan kain ini berbeda dengan teknik membatik di Jawa. Pada kain ini menciptakan kekhasan warna yang muncul dari setiap motif yang dilukis. Teknik pewarnaan yang dilakukan dengan cara melukis atau disebut dengan melangi ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, karena dalam pengerjaannya menggunakan bulu ayam jantan (berukuran lebih besar dibandingkan bulu ayam betina) yang dicacah pangkalnya sehingga dapat difungsikan sebagai kuas. Oleh karena itu sejak 1996/1997 keluarga Istana Matan (Utin Kusniah) mempelajari dan mengembangkan teknik pewarnaan menggunakan canting dari Jawa.

Kain pelangi yang dilukis dari bulu ayam, berusia lebih dari 100 tahun

Saat ini kain Pelangi dikembangkan melalui produksi masal menggunakan teknik cap dan printing. Sedangkan pada zaman dahulu perempuan bangsawan istana di kerajaan Matan mengerjakannya langsung, tanpa pembuatan sketsa motif menggunakan pensil terlebih dahulu. Ragam motif dan corak Kain Pelangi diadopsi dari kearifan lokal masyarakat Ketapang khususnya dan Kalimantan Barat pada umumnya termasuk dalam proses pembuatannya.

Motif dasar dan umum dibuat oleh kaum ibu di lingkungan Istana Matan antara lain bunga biku, nage pelimbur, pelangi bekubak, corang linsang, pucuk rebung, daun sehelai, dan kembang setaman. Motif biasanya dikembangkan oleh perajin berdasarkan imajinasi pribadi. Motif kain pelangi dulu (setidaknya hingga sebelum masa pendudukan Jepang) diperindah dengan intan dan emas yang biasanya disematkan di sepanjang kerah dan ujung lengan baju.

Kain pelangi yang dibatik menggunakan canting dari Jawa

Secara tradisi, pembuatan Kain Pelangi terkait dengan tradisi belamin (pingit) bangsawan perempuan saat memasuki masa pubertas (haid pertama). Pada masa pingitan inilah kaum perempuan istana diberi keterampilan membuat kain pelangi oleh ibu atau kerabatnya. Oleh karena itu, tradisi membuat kain pelangi dikenalkan saat dilakukan belamin. Sebagaimana tradisi belamin, pembuatan Kain Pelangi pun mulanya terbatas di kalangan bangsawan perempuan di lingkungan Istana Matan.

Rumah batik pelangi pada tahun 2014 (Sumber:http//deewpm.blogspot.com/search?q=kain+pelangi)

Kain Pelangi dulu terbatas dibuat dan digunakan untuk perempuan di kalangan Istana Matan. Selain sebagai sarung, Kain Pelangi umumnya diolah menjadi seperangkat baju kurung (lengkap dengan kerudung) sehingga dikenal dengan nama ‘kurung pelangi’ untuk kegiatan yang dapat dikategorikan semi-formal. Penggunaan Kain Pelangi berbeda dari penggunaan Kain Tekat Benang Emas yang umumnya untuk kegiatan formal. Kini, Kain Pelangi boleh dibuat oleh perajin selain bangsawan Istana Matan karena bahkan lingkungan Istana Matan sendiri yang menyebarluaskan teknik membuat Kain Pelangi khususnya kepada masyarakat di lingkungan istana.

Pada saat ini, koleksi Kain Pelangi yang masih terawat usianya mencapai 300 tahun lebih. Hingga kini terdapat lebih dari 100 motif Kain Pelangi yang dapat digunakan dalam industri pakaian dan ragam bentuk tekstil lainnya.

Penulis :  Dana Listiana (Peneliti Sejarah pada BPNB Kalimantan Barat)