Silat Beksi

You are currently viewing Silat Beksi

Silat Beksi

Akulturasi Ilmu Silat dari Cina dengan betawi bukan hal yang aneh misalnya silat Beksi, atau bek (Pertahanan) dan Sie (Empat) yang artinya pertahanan empat arah, Tiga pendekar Beksi ( H. Gozali, H. Hasbullah dan H. Nali) dan seorang cina bernama Ceng Ok, mengembangkannya di Betawi (Jakarta). Diperkiraan Aliran Beksi merupakan Silat Betawi yang paling luas penyebarannya di Jakarta saat ini.

Suasana latihan di Perguruan Pencak Silat Beksi (Sumber: silatbeksi.blogspot.co.id)

Beksi berasal dari bahasa Cina, Bie Sie. Bie artinya pertahanan dan Sie artinya empat. Maknanya, pertahanan empat penjuru. Dalam lidah Betawi, akhirnya menjadi Beksi. Hasbullah sebagai pendiri aliran silat ini memberi makna baru dalam bentuk akronim menjadi Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan.
Sejarah pembentukan aliran silat beksi berawal dari sosok guru besar keturunan Tionghoa bernama Lie Ceng Oek. Ia tinggal di Kampung Dadap, Tangerang. Lie memiliki seorang pegawai bernama Ki Marhali. Dalam kesehariannya tinggal di rumah tuan Lie, Marhali kerap melihat tuannya berlatih kungfu. Lambat laun ia mencoba gerakan-gerakan hasil pengamatan saat sang tuan. Lie berlatih. Ternyata dalam praktek gerakan tersebut secara tidak sadar diperhatikan oleh Tuan Lie. Ia kemudian mengajarkan ilmu beladirinya kepada Marhali.
Sekian lama berlatih, marhali menjadi terkenal dan dipandang sebagai seorang ahli beladiri. H. Ghozali dari Petukangan, Jakarta Selatan merasa tergelitik untuk menjajal jurus yang dikuasai oleh Marhali. Dalam adu kepintaran memainkan berbagai jurus silat, H. Ghozali akhirnya mengakui kelebihan yang dimiliki Marhali. Sebagai rasa takjub dan hormat, Ghozali disertai dengan keponakannya, H. Hasbullah, akhirnya belajar ilmu bela diri baru ini.
Sebagai hasil dari pembelajaran ilmu silat dari Marhali tersebut, Hasbullah, dan dua murid lainnya (Nur dan Simin) membentuk tiga perguruan Beksi yang ada sekarang ini yaitu Silat Beksi H. Hasbullah, Silat Beksi Engkong Nur, dan Silat Beksi Engkong Simin.
Meski terkesan berjalan perindividu, tiga perguruan silat ini sering bertemu dan bersilaturahmi. Terakhir kami mengadakan festival dan Beksi H. Hasbullah keluar sebagai juara, kata Basyir, sambil menunjuk piala bergilir di ruang tamu rumahnya.
H. Hasbullah (1896-1989) mengembangkan ilmunya, terutama di Petukangan, Kebayoran Lama, Ulujami, dan Pondok Aren. Murid-muridnya lantas mengembangkannya hingga ke lima wilayah Jakarta.
Saat ini aliran Beksi Haji Hasbullah diketuai oleh H Basyir Bustomi. Ciri khas Beksi adalah pukulan kepalan terbalik dengan sisi lengan dalam menghadap ke atas. Pukulan ini harus dilakukan dengan mengerahkan tenaga. Ketika menyerang, tulang buhul jari menjadi ujung pukulan.
Pukulan kepalan terbalik ini dibarengi dengan goleng (gerak bahu) untuk meningkatkan kekuatan pukulan dan menambah jangkauan tangan. Selain itu, pukulan sikut menjadi ciri khas Beksi. Pertarungan khas beksi berlandasan tenaga yanmg dilakukan dengan jarak rapat. Dengan pola seperti itu, lawan dipastikan babak belur.

Sumber:
Yuzar Purnama dkk, “Silat Beksi di Jakarta”, dalam Laporan Perekaman Peristiwa Kesejarahan dan Kebudayaan, Bandung: BPNB Jabar, 2018.
Irvan Setiawan, “Silat Betawi di Provinsi DKI Jakarta”, Laporan Pengkajian Pelestarian Nilai Budaya, Bandung: BPNB Jabar, 2007.