Cagar Budaya: Makam Cut Nyak Dien

You are currently viewing Cagar Budaya: Makam Cut Nyak Dien
Gambar Cagar Budaya Makam Cut Nyak Dien

Cagar Budaya: Makam Cut Nyak Dien

Cagar Budaya Makam Cut Nyak Dien ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Bupati Sumedang Nomor 646/KEP.500-DISPARBUDPORA/2017 dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 308/M/2018.

Pahlawan nasional perempuan asal Aceh, Cut Nyak Dien (1848-1908), dikenal dengan keberaniannya melawan penjajah Belanda. Semangat perlawanannya yang terus menggelora, menjadikannya harus menerima hukuman pengasingan.

Pemerintah Hindia Belanda kala itu dijabat oleh Willem Rooseboom (1899-1904). Sementara yang ditugasi dalam perang Aceh, yakni Johannes Benedictus van Heutsz selaku gubernur militer dan sipil Aceh, yang kemudian naik jabatan menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda selanjutnya.

Kenaikan jabatannya tersebut, salah satunya lantaran telah berhasil memadamkan perlawanan dari sosok perempuan pemberani yang tidak lain adalah Cut Nyak Dien. Sosok pahlawan ini diasingkan ke tanah Sumedang hingga ajal menjemputnya.

Cut Nyak Dien diasingkan oleh Belanda ke Sumedang sekitar tahun 1901. Cut Nyak Dhien yang genap berusia 58 tahun dibawa dari Aceh ke Batavia dengan menggunakan kapal laut untuk kemudian menuju Sumedang. Jika menggunakan jalur darat, Cut Nyak Din dipastikan akan melintasi jalur yang dibangun Daendels, yakni jalur Cadas Pangeran. Ia meninggal di Sumedang pada 6 November 1908.

Cut Nyak Dien dimakamkan di Kompleks Pemakaman Gunung Puyuh. Tempat itu merupakan salah satu pemakaman para leluhur sekaligus makam keluarga Sumedang.

Dari sini dapat terlihat, bagaimana Pangeran Aria Suria Atmadja sebagai Bupati Sumedang kala itu, begitu menghormati sosok Cut Nyak Dhien dengan menempatkan makamnya diantara para leluhur Sumedang. Komplek pemakaman Gunung Puyuh sendiri memiliki 3 gerbang utama. Gerbang pertama bertuliskan Makam Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran Sugih) dan Makam Keluarga.

Gerbang kedua menjadi tempat pemakaman khusus bagi orang-orang yang telah berjasa membangun Sumedang di masa lampau. Di sana terbaring sejumlah nama, di antaranya Raden Somanagara atau nama lain dari Pangeran Soeria Koesoemah Adinata, Ni Raden Ayu Rajapomerat binti Wiranatakusumah III Dalem Karanganyar Bupati Bandung, Ki Bagus Weruh atau Pangeran Rangga Gempol II atau Pangeran Koesoemahdinata IV.
Kemudian, Pangeran Panembahan Pangeran Rangga Gempol Gempol III atau Pangeran Koesoemahdinata V, Dalem Adipati Tanoemadja, Ni Raden Ayu Jogjanagara, Raden Haji Mustofa dan RAA Martanagara. Makam Cut Nyak Dhien berada di gerbang tiga. Selain Makam Cut Nyak Dien disana terdapat makam lainnya yaitu makam Haji Husna, Haji Sanusi dan Siti Khadijah.

Makam Cut Nyak Dien awalnya tidak dikenali oleh masyarakat lantaran identitas dan makamnya memang dirahasiakan oleh penjajah Belanda kala itu. Makamnya baru diketahui tahun 1959 setelah dilakukan pencarian saat Gubernur Aceh dijabat oleh Ali Hasan.

Makam tersebut diketahui berdasarkan data-data di Belanda. Sejumlah tulisan tertera di atas batu marmer yang menghiasi sekeliling makam Cut Nyak Dien. Di dinding makam sebelah kiri tertulis dengan gaya bahasa melayu dan masih ejaan lama bagaimana jasa Cut Nyak Dien saat berjuang melawan penjajah Belanda.

“Karena Jihadmu Perjuangan Aceh beroleh kemenangan dari Belanda kembali ke tangan rakyat sendiri kegirangan. Itulah sebab sebagai kenangan, kami teringat terangan-angan, akan budiman Pahlawan Junjungan, Pahlawan Wanita berjiwa Kayangan”.

Lainnya: Cagar Budaya Hotel Savoy Homann