5 cm 9 Summers 10 Autums

5 cm 9 Summers 10 Autums

  • Post author:
  • Post category:Artikel

pemutaran film sumedang 2014 c

5 cm 9 Summers 10 Autums merupakan dua buah judul film yang diputar melalui mobil film keliling BPNB Bandung pada akhir bulan Oktober 2014 di depan Kantor Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Sumedang. Tujuan kegiatan pemutaran film ini adalah untuk memeriahkan Festival Cut Nyak Dhien (30 – 31 Oktober) dan Sumedang International Gamelan (1 – 2 November 2014).
Selama kegiatan tersebut berlangsung, lokasi seputar kegiatan juga diisi oleh stand-stand pameran yang menampilkan produk-produk budaya khas Sumedang. Terdapat juga dua stand undangan Pemkab Sumedang yaitu Stand Dinas Kebudayaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung.

pemutaran film sumedang 2014 a
Momen untuk pemutaran film kali ini tergolong sesuai karena berada di berdekatan dengan kedua kegiatan di atas sehingga animo masyarakat untuk melihat film nasional yang ditayangkan mobil film keliling BPNB Bandung mendapat sambutan yang positif. Dua buah film yang ditayangkan berjudul “5 cm” dan “9 Summers 10 Autums”. Rencana semula akan ditayangkan juga film berjudul Tjut Nyak Dhien namun sampai menjelang pelaksanaan pemutaran film kaset tersebut belum juga diberikan. Sementara stok film BPNB Bandung sendiri tidak memiliki kaset film berjudul Tjut Nyak Dhien.

pemutaran film sumedang 2014 b
Pemutaran film yang dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB (sesudah Shalat Isya) dilakukan dengan terlebih dahulu menayangkan profil BPNB Bandung yang berisi seputar informasi singkat tentang sejarah singkat, tugas dan fungsi, visi dan misi, serta berbagai bentuk kegiatan yang dilaksanakan BPNB Bandung. Setelah selesai penayangan profil BPNB Bandung dilanjutkan dengan pemutaran dua buah film berturut-turut dimulai dengan film berjudul “5 cm” kemudian film kedua berjudul “9 Summers 10 Autums”.

poster 5 cm

Film berjudul “5 cm” karya sutradara Rizal Mantovani dan dibintangi oleh Herjunot Ali, Fedi Nuril, Pevita Pearce, Saykoji, Denny Sumargo, dan Raline Shah mengisahkan tentang lima sekawan masing-masing bernama Genta (Fedi Nuril), Arial (Denny Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian (Igor Saykoji). Lima orang remaja tersebut telah menjalin persahabatan sepuluh tahun lamanya. Mereka memiliki karakter yang berbeda-beda. Zafran yang puitis, sedikit “gila”, apa adanya, idealis, agak narsis, dan memiliki bakat untuk menjadi orang terkenal. Riani yang merupakan gadis cerdas, cerewet, dan mempunyai ambisi untuk cita-citanya. Genta, pria yang tidak senang mementingkan dirinya sendiri sehingga memiliki jiwa pemimpin dan mampu membuat orang lain nyaman di sekitarnya. Arial, pria termacho di antara pemain lainnya, hobi berolah raga, paling taat aturan, namun paling canggung kenalan dengan wanita. Ian, dia memiliki badan yang paling subur dibandingkan teman-temannya, penggemar indomie dan bola, paling telat wisuda. Ada pula Dinda (Pevita Pearce) yang merupakan adik dari Arial, seorang mahasiswi cantik yang sebenarnya dicintai Zafran. Suatu hari mereka berlima merasa “jenuh” dengan persahabatan mereka dan akhirnya kelimanya memutuskan untuk berpisah, tidak saling berkomunikasi satu sama lain selama tiga bulan lamanya.
Selama tiga bulan berpisah penuh kerinduan, banyak yang terjadi dalam kehidupan mereka berlima, sesuatu yang mengubah diri mereka masing-masing untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan. Setelah tiga bulan berselang mereka berlima pun bertemu kembali dan merayakan pertemuan mereka dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan. Sebuah perjalanan hati demi mengibarkan sang saka merah putih di puncak tertinggi Jawa yaitu di puncak Mahameru pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Petualangan dalam kisah ini, bukanlah petualangan yang menantang adrenalin, demi melihat kebesaran sang Ilahi dari atas puncak gunung. Tapi petualangan ini, juga perjalanan hati. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat, dan hati yang mencintai negeri ini.
Segala rintangan dapat mereka hadapi, karena mereka memiliki impian. Impian yang ditaruh 5cm dari depan kening (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/5_cm_%28film%29).

poster 9 summers 10 autums

Film kedua berjudul “9 Summers 10 Autums” karya sutradara Ifa Isfansyah dan dibintangi oleh Ihsan Tarore, Alex Komang, Dewi Irawan, Dira Sugandi, Hayria Faturrahman, Shafil Hamdi Nawara, Agni Pratistha, Ence Bagus, dan Epy Kusnandar mengisahkan tentang sosok Iwan (Ihsan Tarore), seorang pemuda penyendiri yang hidup seorang diri di New York, Amerika Serikat. Setelah mengalami peristiwa perampokan di sebuah terowongan kereta bawah tanah, Iwan termangu dan mulai menghadirkan kembali kenangan tentang seseorang yang membawanya menengok kembali ke masa lalu, tentang cinta keluarga yang menyelamatkan semuanya.
Iwan adalah anak lelaki yang tumbuh besar bersama keluarganya yang sederhana di sebuah kampung di kaki Gunung Panderman, di rumah berukuran 6×7 meter. Ayah Iwan (Alex Komang) adalah seorang sopir angkot yang sangat mengharapkan agar Iwan tumbuh menjadi lelaki tangguh yang membantu mencari penghidupan untuk keluarganya, namun Iwan adalah sosok yang berbeda dari yang diharapkan ayahnya. Iwan adalah seorang anak yang sangat cerdas dalam belajar, terutama matematika, dan bermimpi untuk membangun kamar sendiri yang tidak kecil seperti rumahnya yang sekarang. Hidup bertujuh dengan segala sesuatu yang terbatas, membuat Iwan bahkan tak memiliki kamar sendiri. Ayah Iwan tak bisa mengingat tanggal lahirnya, sementara ibunya tidak tamat Sekolah Dasar. Ia tumbuh besar bersama empat saudara perempuan.
Pendidikanlah yang membentangkan jalan keluar dari penderitaan. Dengan kegigihan, anak Kota Apel, Malang dapat bekerja di “The Big Apple”, New York. Sepuluh tahun mengembara di kota paling kosmopolit itu membuatnya berhasil mengangkat harkat keluarga sampai meraih posisi tinggi di salah satu perusahaan top dunia (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/9_Summers_10_Autumns).

Persiapan untuk memutar film keliling merupakan pekerjaan yang cukup merepotkan dan membutuhkan banyak tenaga terutama untuk mengangkat layar berukuran cukup besar. Beruntung tim pemutaran film dibantu oleh penduduk setempat untuk bahu membahu memasang layar. Selama dan setelah pemutaran film, hujan kerap mewarnai pelaksanaan film kali ini sehingga tim pemutaran film harus menjaga agar perangkat audio video yang berada di luar mobil film tidak basah terkena air hujan. Tenda yang memang telah disediakan di mobil film tidak dapat banyak membantu karena hanya diperuntukan bagi beberapa penonton tamu/undangan. Sementara perangkat elektronik yang berada di luar mobil film hanya ditutupi oleh plastik seadanya saja.