Siapa tidak mengenal tengklung? Bagi masyarakat Bali seni beladiri ini telah dikenal luas. Namun sayang, keberadaannya diambang kepunahan.
Seni beladiri tengklung sendiri sudah ada di Bali sejak abad 19 Masehi. Tengklung merupakan gerakan atraktif, terencana, terarah, terkoordinasi, yang mencakup aspek olah raga, seni beladiri mental spiritual, yang pada penampilannya diiringi tabuh gambelan. Tengklung diiringi tabuh dengan suara teng dan klung. Oleh karenanya seni beladiri ini dinamakan tengklung.
Seperti ilmu beladiri lainnya, dalam tengklung, murid beladiri dibekali berbagai gerakan dasar pencak silat. Misalnya kuda-kuda, sikap pasang, pola langkah, dan gerakan kembangan. Selama ini, beladiri muaranya ke olah raga peningkatan prestasi, dikemas dalam kejuaraan-kejuaraan skala lokal hingga internasional, orientai selama ini hanya olah raga. Sementara tengklung kita lebih dikemas ke seni pertunjukan, untuk parade dan festival.
Ironisnya, saat ini seni beladiri tersebut kurang diminati masyarakat. Di beberapa daerah sudah jarang ditemukan pemain tengklung. Kalapun ada, pemain tersebut sudah tak pernah lagi memainkannya. Tak ada generasi muda yang meneruskannya. Apabila kondisi ini terus menerus berlangsung, bisa jadi seni beladiri tengklung akan punah dengan sendirinya. (WN)