PATI KARAPAU (UPACARA KEGEMBIRAAN)

0
4864

Pati Kerapau demikian orang Palue menyebut merupakan acara yang syarat dengan makna. Upacara Pati Kerapau adalah acara upacara kegembiraan masyarakat Palue sekali syukuran kepada leluhur mereka yang ditandai dengan penyembelihan seekor kerbau di sekitar mesbah oleh Lakimosa. Pada saat itu masyarakat dengan wajah yang berseri menari dan memainkan musik tradisional Palue yang membuat acara ini semakin menarik.

       Ko’a merupakan salah satu kampung tradisional yang berada di lereng gunung Rokatenda, di Pulau Palue, Kabupaten Sikka. Di kampung ini dijalankan ritus Pua Kerapau dan Pati Kerapau (poka pu’u supo ngalu) atau upacara potong kerbau (pati : potong, memotong dan kerapau : kerbau). Untuk mencapai kampung tradisional ini, orang harus melewati jalan setapak yang terjal dan berbatu.

Pulau Palue merupakan satu dari sekian banyak pulau dalam wilayah administratif Kabupaten Sikka. Ia berjarak 15 km dari pesisir utara Pulau Flores. Pulau ini berbentuk kerucut dan bundar dengan luas lebih dari 72 km2.

       Ritus Pati Kerapau ini dijalankan secara tetap setiap lima tahun. Tentu bukan sekedar pengulangan hampa makna. Melaluinya, dalam suatu perayaan bersama, diadakan penciptaan kembali dan pemulihan relasi yang rusak dengan Yang Illahi dan sesama.

Jadi ia adalah suatu tindakan kreatif. Dalam tindakan kreatif itu, ada imperatif moral bahwa hidup harus selalu diperbaharui. Kalau perayaan itu adalah kisah, maka ia adalah kisah tentang kerusakan, korban dan pemulihan. (Frederikus dan Afrianus, 2007 : 71).

       Dari segi adat, wilayah perkampungan tradisional Ko’a terbentuk dari enam kunu atau marga yakni Powowawo, Manggepase, Nunusomba, Sarikoa, Rokaroi, dan Kacu male. Dari enam kunu ini, kunu Powowawu merupakan kepala dan karenanya memegang peranan penting dalam pelaksanaan ritus Pua Kerapau dan Pati Kerapau. Dalam hubungan dengan pelaksanaan ritus Pua Kerapau dan Pati Kerapau, dari enam kunu di atas hanya dua kunu, yaitu Powowawo dan Manggepase yang membuat ritus ini. Sedangkan kunu yang lain bertindak sebagai pendukung pelaksanaan ritus Pati Kerapau. Di kampung Ko’a terdapat dua altar kuno tempat pelaksanaan ritus Pati Kerapau dan saat ritus tersebut dijalankan ia selalu dimulai dari dan oleh kunu Powowawo.

       Struktur sosial-tradisional masyarakat Ko’a dapat digambarkan secara sederhana dengan mengikuti penjelasan atas struktur tupu atau altar tempat ritus pati kerapau dijalankan. Tempat itu menyerupai sebuah panggung, yang tersusun dari batu-batu dan membentuk lingkaran berlapis tiga bagian, yakni : (1) lingkaran bagian dalam adalah wilayah lakimosa; (2) lingkaran kedua adalah pendukung lakimosa (ina tuke laki); dan (3) lingkaran paling luar menggambarkan seluruh warga kampung sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan (wai walu).

Sumber : WBTB Tahun 2010 BPNB Bali, NTB, NTT