MENGUSIR HAMA TIKUS MELALUI UPACARA NGABEN TIKUS

0
7720
Ngaben Tikus
Ngaben Tikus

Ngaben tikus merupakan salah satu jenis upacara Nangluk Mrana. Hal ini diuraikan dalam buku upacara “Nangluk Mrana” karangan Tjokorda Raka Krisnu “Nangluk”  berarti empangan, tanggul, pagar, atau penghalang dan “mrana”  berarti hama atau bala penyakit. Mrana adalah istilah yang umum dipakai untuk menyebut jenis-jenis penyakit  yang merusak  tanaman.

Tujuan dari Upacara Ngaben Tikus yakni untuk mengusir hama tikus. Disamping itu juga untuk mengembalikan roh tikus yang telah mati ke alamnya dan jika ditakdirkan terlahir kembali maka tidak lagi menjadi hama perusak sawah petani.

Ngaben bikul mengandung nilai kearifan lokal dan juga nilai filosofi yang menyangkut aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia. Yang pertama dapat kita lihat dari aspek lingkungan, pelaksanaan Ngaben bikul ini berdasarkan pandangan masyarakat Bali bertujuan untuk membersihkan hama tanaman dan juga menghilangkan pengaruh-pengaruh buruk dari aspek niskala, apabila kita cermati lebih jauh tradisi ini tentunya sangat membantu dalam hal menjaga keseimbangan ekosistem persawahan, apabila hama tikus tidak dimusnahkan maka akan berakibat buruk terhadap tanaman padi, sehingga populasi tikus bertambah dan populasi tanaman padi semakin berkurang. Selain itu pertanian yang cenderung mengarah ke proses moderenisasi seperti penggunaan pestisida, padahal penggunaan pestisida untuk menanggulangi hama seperti tikus sangat berbahaya. Karena selain mencemari lingkungan juga dapat menjadi residu yang dapat membahayakan petani itu sendiri. Maka tradisi ini merupakan salah satu solusi mencegah hama tikus tanpa harus merusak lingkungan dan sekaligus tetap menjaga tradisi leluhur masyarakat Bali.

Jika ditinjau dari aspek sosial tradisi Ngaben bikul ini dapat meningkatkan hubungan antara masyarakat yang berada di sekitar areal persawahan, misalnya dapat dilihat dari sebelum upacara dilaksanakan masyarakat secara bersama-sama memburu tikus-tikus di sekitar persawahan mereka, kemudian secara bergotong royong membuat bade dan sarana upacara lainnya. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat karena antara masyarakat satu dengan lainnya terjadi interaksi yang lebih dari kehidupan sehari-harinya akibat dari pelaksanaan upacara Ngaben bikul ini. Selain itu masyarakat yang masih melaksanakan tradisi ini tentu akan mengikutsertakan generasi-generasi penerus mereka untuk ikut berpartisipasi dalam upakara ini. Sehingga nantinya tradisi ini dapat diteruskan secara turun temurun.