JOGED BUMBUNG: DARI SEDERHANA MENJADI FENOMENAL

0
55444

Di Pulau Dewata siapa yang tidak mengenal joged bumbung? Joged ini merupakan joged fenomenal yang sangat dikenal oleh masyarakat Bali. Mengandung tiga unsur yaitu etika, logika dan estetika. Joged yang berasal dari Desa Kalopaksa, Seririt, Buleleng ini cukup fenomenal karena mengalami pergeseran makna tarian yang terkandung di dalamnya. Dari tarian sederhana menjadi tarian yang erotis dan sempat mendapat julukan sebagai joged porno.

Sejarah terciptanya joged bumbung di Buleleng diawali dengan pementasan tarian oleh sekelompok petani di Desa Lokapaksa. Diiringi seperangkat gamelan dari bambu yang dikenal dengan sebutan ting klik mereka mengisi waktu luang di tengah keletihan mengolah lahan sawah dengan menampilkan sebuah tarian sederhana. Meski digarap dengan sederhana, nyatanya tarian tersebut mampu menghibur para petani kala itu.

Beranjak dari Desa Kalopaksa kesenian ini kemudian berkembang ke beberapa desa lain di Kabupaten Buleleng dan kabupaten-kabupaten lain di provinsi Bali hingga membentuk sekaa-sekaa (kelompok) joged. Pesatnya perkembangan sekaa joged bumbung di beberapa daerah di Buleleng mengakibatkan munculnya persaingan yang sangat kompetitif antar sekaa. Hal ini memaksa mereka untuk berinovasi menciptakan kreasi baru dari joged bumbung sendiri agar sekaa mereka tetap eksis dan diminati oleh masyarakat.

Kebebasan menciptakan inovaasi baru joged bumbung ini mengakibatkan perkembangannya menjadi tidak terkontrol dan keluar dari pakemnya. Joged bumbung yang dulu memiliki makna sebagai tarian pergaulan dan merakyat, tetapi saat ini sudah dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan secara kasat mata terlihat sangat buruk. Munculah joged bumbung sebagai sesuatu yang fenomenal. Tidak lagi dipandang sebagai tarian yang sederhana, tetapi sudah berubah menjadi joged porno nan erotis.

Kemunculan joged bumbung versi kreasi baru yang dipandang sebagai sesuatu yang erotis dan porno menimbulkan keprihatinan pemerintah provinsi dan daerah. Secara bersama-sama keduanya kemudian melakukan pembinaan menyasar sekaa joged bumbung di seluruh Bali, termasuk di Buleleng. Pembinaan ini menyadarkan para seniman untuk tetap mempertahankan pakem asli kesenian joged bumbung. Pakem asli ini bagaimana tariannya tetap mengikuti etika dan sesuai norma kesopanan di masyarakat. Selain pembinaan menyangkut pakem asli, tim pembina ini juga menyarankan kepada desa pakraman untuk berpartisipasi menyarankan masyarakatnya untuk mementaskan joged bumbung sesuai pakem asli dan masih menjunjung tinggi nilai kesopanan yang berkembang di masyarakat. Bahkan tim pembina ini berencana agar desa pakraman memasukkan larangan mementaskan kesenian joged porno dalam pararem awig-awig di desa pakraman bersangkutan. (WN)

Sumber: Dokumentasi Kliping Bidang Nilai Budaya, Seni dan Film Perpustakaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali.