APRESIASI WARISAN BUDAYA DUNIA: SUBAK SEBAGAI DESTINASI WISATA

0
3016

Tabanan – Keunikan subak sebagai sistem organisasi pengairan tradisional, telah mengantarkannya sebagai Warisan Budaya Dunia pada tahun 2012. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat Bali pada khususnya. Secara tidak langsung penetapan tersebut menjadi arena promosi untuk meningkatkan kedatangan wisatawan ke Indonesia khususnya ke Bali.

Dalam rangka mengenalkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sistem pertanian subak kepada generasi penerus, Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali menyelenggarakan kegiatan “Apresiasi Warisan Budaya Dunia Subak Sebagai Destinasi Wisata” pada Selasa (15/9) kemarin. Selain melakukan pewarisan budaya, kegiatan ini sekaligus bertujuan untuk mensosialisasikan subak sebagai destinasi wisata. Kegiatan ini melibatkan sebanyak 75 (tujuh puluh lima) orang yang terdiri dari siswa-siswi SMA dan Pekaseh Subak Jatiluwih. Adapun siswa-siswi SMA tersebut berasal dari SMAN 1 Kediri, SMAN 1 Tabanan, SMAN 1 Kuta Utara, SMAN 8 Denpasar serta SMAN 1 Mengwi.

IMG_3668
Prof. Dr. I Wayan Windia Sedang Menjelaskan Materi Mengenai Subak

Berlokasi di Museum Subak Kabupaten Tabanan, kegiatan ini diawali dengan penjelasan materi mengenai subak oleh Prof. Dr. I Wayan Windia. Penyampaian materi ini disampaikan di ruang audio visual Museum Subak. Dalam memberikan penjelasan mengenai subak, beliau menggunakan film dokumenter sebagai media penyampaian. Siswa cukup antusias dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh narasumber, hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul dalam sesi tanya jawab.

IMG_3698
Para Siswa Berkeliling Museum Dipandu Oleh Kepala Museum Subak

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai subak oleh narasumber, siswa diberikan tugas untuk menyusun karya tulis ilmiah yang akan dipresentasikan dan didiskusikan dalam acara Dialog Budaya pada 26 September mendatang. Tidak hanya menyaksikan film dokumenter mengenai subak, siswa juga diajak berkeliling museum dengan dipandu oleh Kepala Museum yaitu Ibu Ida Ayu Ratna Pawitrani. Di Museum Subak sendiri terdapat berbagai macam hal yang menjelaskan mengenai pertanian di Bali. Mulai dari alat-alat pertanian yang digunakan untuk persiapan lahan hingga alat-alat yang dipergunakan oleh petani pada saat panen maupun pasca panen. Tidak ketinggalan di museum ini juga terdapat miniatur irigasi subak lengkap dengan gambar-gambar serta proses pembuatannya.

Agar pemahaman mengenai subak semakin mendalam, para siswa ini juga diajak untuk berkeliling ke lahan sawah, tepatnya ke Tempek Uma Duwi untuk melihat secara langsung aktivitas yang dikerjakan oleh petani. Sesampainya di lahan sawah siswa disambut oleh Pesakeh Jatiluwih, I Nyoman Sutama. Para siswa diberikan penjelasan mengenai kondisi riil lahan pertanian yang ada di Jatiluwih sebelum dan setelah mendapatkan anugerah sebagai warisan dunia pada tahun 2012.

Dengan didampingi oleh petani langsung, para siswa diajak turun lapangan untuk melakukan praktek membajak (metekap); menyiangi lahan sawah (mejungkut); menangkap belut dengan menggunakan alat yang bernama bubu dan sangrai kopi; membuat bio gas serta membuat pupuk organik.

IMG_3753
Pesakeh I Nyoman Sutama Sedang Menjelaskan Kondisi Riil Lahan Pertanian yang Ada Di Jatiluwih
IMG_3771
Metekap Menggunakan Kerbau
IMG_3773
Para Siswa Sedang Menyiangi Lahan Pertanian (Mejungkut)
IMG_3791
Menangkap Belut Dengan Menggunakan Bubu

Sebagai penutup dari rangkaian kegiatan ini, para siswa diajak ke monumen penetapan subak Jatiluwih sebagai warisan dunia. Di monumen ini, Kepala BPNB Bali, Drs. I Made Purna, M.Si.  memaparkan secara singkat tentang keberadaan subak Jatiluwih dan beberapa subak yang ada di Bali. Dilanjutkan dengan sesi foto bersama sebagai tanda berakhirnya acara. (WN)

IMG_3878
Sesi Foto Bersama Usai Kegiatan

Dokumentasi Oleh: Dwi B. Santoso