Sejarah dan perkembangan seni lukis di Bali tidak dapat dipisahkan dari nama I Gusti Nyoman Lempad. Tidak diketahui secara pasti kapan ia dilahirkan, tetapi banyak sumber mengatakan ia dilahirkan pada tahun 1862. Menikah ketika gunung Krakatau meletus di tahun 1883. Menghembuskan nafas terakhirnya pada 25 April 1978 saat usianya menginjak 116 tahun.
Meski tidak dapat membaca dikarenakan tidak bersekolah secara formal, namun ia bisa menulis namanya di atas lukisannya dengan cara mencontoh. Semasa hidupnya ia mendapatkan penghaargaan dari pemerintah Republik Indonesia pada peringatan HUT RI ke-25. Penghargaan tersebut dalam bentuk medali emas dan uang sejumlah Rp 100.000,- yang akhirnya diberikan kepada cucunya untuk membeli sepeda motor. Selain mendapat penghargaan dari pemerintah, ia juga banyak mendapatkan penghargaan lain. Diantaranya hadiah Udayana pada tahun 1975 dan penghargaan Dharma Kusuma tahun 1982. Ia beserta karya-karyanya juga didokumentasikan dalam film oleh Lome Blair dan Yohanes Darling yang bekerjasama dengan televisi Australia. Sanggar Dewata Indonesia menamakan penghargaannya dengan nama Lempad Prize yang diberikan kepada seseorang yang concern atas kesenian Bali.
Jika ingin melihat karya-karya lukisan dari I Gusti Nyoman Lempad dapat mengunjungi Lempad House di Ubud-Gianyar, Neka Museum Ubud dan Pusat Seni Denpasar. Selain terdapat di Bali, lukisan-lukisan karya Lempad juga dapat dijumpai di luar negeri. Seperti Tropen Museum (Amsterdam), Rijkmuseum voor Volkenkunde (Leiden) dan Museum fur Volkenkunda Basel (Jerman). (WN)