Seperti kita ketahui, Kota Bima merupakan salah satu daerah yang berada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mayoritas dihuni oleh etnis Bima yang juga memiliki ciri khas unik dalam hal budaya tradisional. Salah satunya adalah kesenian tari. Secara garis besar, seni tari di Bima dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu tari Mpa’a Asi atau tarian istana dan Mpa’a Ari Mai Ba Asi atau tarian di laur istana yang lazim dikenal dengan tarian rakyat. Setiap jenis tarian tersebut mempunyai tujuan, fungsi, serta makna tersendiri.
Keragaman seni tari yang dimiliki oleh masyarakat Bima sangat memperkaya khasanah keragaman budaya bangsa Indonesia itu sendiri. Namun dewasa ini, perkembangan zaman dan teknologi telah mempengaruhi hal tersebut. Pengaruh yang datang tidak hanya bersifat positif tetapi juga bersifat negatif. Hal ini bisa dilihat dari semakin banykanya generasi muda yang sibuk bermain game atau sosial media di handphone. Sehingga mengurangi waktu untuk generasi muda melakukan aktifitas yang berhubungan dengan budaya mereka sendiri. Terlebih dengan pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia, juga turut andil menjadi penyebab dari banyaknya generasi muda yang lebih senang dengan budaya-budaya dari luar jika dibandingkan dengan budaya lokal yang mereka miliki.
Terkait dengan kondisi tersebut, Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali selaku unit pelaksana teknis dari Direktorat Jenderal Kebudayaan turut prihatin. Sebagai leading sektor pembangunan kebudayaan di daerah merasa perlu bertanggung jawab. Oleh karenanya berupaya melakukan pelestarian, salah satunya dengan menyelenggarakan kegiatan Pagelaran Seni Tradisional NTB 2018. Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa (15/5) di Aula SMA Negeri 1 Kota Bima. Adapun tujuan dari kegiatan tersebut antara lain untuk memperkenalkan, melestarikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesenian tradisional.
Penyelenggaraan kegiatan ini melibatkan para siswa dan siswi SMA. Tidak hanya itu, kegiatan ini juga melibatkan para guru sebagai salah satu pendidik generasi muda. Dalam pagelaran tersebut, perwakilan siswi SMA sebagai perwakilan dari generasi muda menampilkan beberapa tarian. Salah satunya adalah Kareku Kandei yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional.
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, I Made Dharmas Suteja, S.S, M.Si sangat mengapresiasi penampilan siswa-siswi SMA tersebut. “Usaha mereka untuk mempelajari kesenian tradisional patut kita acungi jempol. Dengan diiringi rasa bangga, karena langkah mereka inilah kesenian tradisional akan tetap terjaga keberlangsungannya” tegasnya. (WN)