Tradisi menenun kain songket di Kelurahan Beratan terkait dengan konsep agaluh agandring sebagai satu kesatuan mata pencaharian di dalam keluarga inti. Konsep agaluh adalah perempuan bekerja sebagai penenun kain songket sebagai mata pencaharian. Konsep agandring adalah laki-laki yang mengerjakan kerajinan emas dan perak sebagai mata pencaharian. Profesi agaluh (perempuan yang bekerja sebagai penenun kain songket) masih tetap berlangsung sampai saat ini.

Seorang Ibu Di Kelurahan Beratan Sedang Menenun Songket

Ciri khas hasil produksi kain tenun songket di Kelurahan Beratan adalah sebagai berikut: 1) Motif dan ragam hias didominasi penggunaaan motof-motif klasik, 2) Motif-motit dibuat dengan ukuran benang emas yang lebih kecil sehingga renyep (rapat dan indah) dan kerep (rapat dan halus). 3) Menggunakan benang halus sehingga songket menjadi ringan, tidak berat dipakai. 4) Antara basang (bagian dalam kain) dan tundu (bagian luar kain) tidak menampakkan perbedaan yang mencolok.

Jenis-jenis kain songket yang terdapat di daerah Bali yang termasuk pula yang terdapat di Kelurahan Beratan terdiri atas empat jenis; a) Uudeng (ikat kepala atau destar) songket, berbentuk lembaran segi empat bujur sangkar dengan ragam hiasnya terletak pada bagian pinggir. b) Senteng atau rateng (selendang songket), berbentuk segi empat panjang digunakan sebagai pengikat pinggang dan penutup dada kaum perempuan. c) Saput atau kampuh songket. Berbentuk segi empat bujur sangkar, digunakan oleh laki-laki sebagai penutup kain panjang. d) Kamben (kain panjang) songket.

Songket Beratan memiliki fungsi keagamaan yakni sebagai pakaian yang digunakan dalam upacara keagamaan. Fungsi sosial budaya, kain tenun songket dapat dipergunakan untuk menyama braya (ikatan persaudaraan atau persahabatan). Fungsi ekonomi, kain ngket sebagian besar didesain dan diproduksi untuk kepentingan pasar.

Selain fungsi, kain tenun songket di Kelurahan Beratan juga memiliki beberapa makna, diantaranya: 1) Makna sakral yang tampak dalam motif-motif sakral seperti motif boma. 2) Makna kesetaraan yang memberi hak kepada semua lapisan masyarakat Bali untuk memproduksi dan menggunakan kain songket. 3) Makna kesejahteraan, hasil tenun songket dapat digunakan sebagai sumber penghasilan. 4) Makna kreativitas, karya budaya kain tenun songket Bali merupakan kreativitas dari para seniman atau desainer. 5) Makna pelestarian, tenun Songket Beratan sebagai tinggalan budaya atau heritage perlu dipertahankan. 6) Makna identitas, Songket dapat mengkomunikasikan tentang jati diri maupun status seseorang. 7) Makna Estetika, tampak dalam motif-motif hasil karya para desainer motif yang kini semakin langka. (WN)