Sirine

Struktur besi penopang sirine, berada di atas bangunan Pasar Beringharja sisi selatan. Pada dasarnya antara bangunan pasar di bawah dan struktur sirine di atasnya tidak ada kaitannya langsung dan proses pembangunannya dalam waktu yang berbeda. Letak bangunan tersebut berada di pertigaan Jl. Margamulya dan Jl. Paberingan. Sirine dahulu didirikan oleh LBD (Luch Bescherming Dienst)  atau dinas pertahanan udara Hindia Belanda padda tahun 1930. Didirikan untuk menjadi sarana mengantisipasi atau peringatan dini serangan udara musuh. Perlu diketahui saat itu musuh yang sangat aktif melakukan infiltrasi adalah Tentara Jepang. Mulai tahun 1930-an Jepang sudah aktif melakukan infiltrasi dan pengiriman intelijen ke berbagai wilayah Asia Tenggara termasuk ke Hindia Belanda. Pada tahun 1942 kekhawatiran Belanda terbukti Jepang masuk ke Hindia Belanda dan menguasai Kota Yogyakarta. Proses waktu terus berjalan pada saat Pemerintah Republik Indonesia memindahkan ibu kota ke Yogyakarta (1946 – 1949) terjadi  aksi sepihak clash II. Pada masa Perang Kemeerdekaan  itu sirine digunakan oleh pemerintah pendudukan Belanda untuk menjadi tanda di mulai  dan diakhirinya jam malam. Bukanlah suatu kebetulan apabila pertanda sirine pada saat untuk mengakhiri jam malam tersebut digunakan sebagai awal dimulainya Serangan Umum 1 Maret 1949. Oleh karena itu, sampai sekarang sirine tersebut masih dibunyikan pada saat adanya peringatan mengenang terjadinya Serangan Umum 1 Maret