Munculnya kekuasaan Kadipaten Pakualaman yaitu pada masa pemerintahan Raffles. Pada tahun 1811 lnggris datang ke Indonesia untuk menggantikan kedudukan Belanda. Sebagai konsekuensinya maka daerah-daerahnya pun jatuh ke tangan lnggris. Berdasarkan politik kontrak yang ditandatangi oleh Sri Sultan Hamengku Buwana Ill dengan Raffles, sebagai wakil pemerintah lnggris, disebutkan bahwa pemerintah lnggris mengembalikan daerah-daerah kasultanan Yogyakarta yang semula dikuasai oleh Daendels, kecuali daerah Grobogan yang oleh Pemerintah lnggris akan diberikan kepada Pangeran Notokusumo. Oleh karena itu maka Pangeran Notokusumo yang merupakan putera Sultan HB I kemudian diangkat menjadi Pangeran Merdeka dengan gelar Kanjeng Gusti Adipati Paku Alam I.
Dengan diangkatnya Pangeran Notokusumo sebagai Adipati maka bukan berarti lepas dari pemerintah lnggris. Wilayahnya tetap diatur oleh pemerintah lnggris. Hal ini tercantum dalam politik kontrak yang ditandatangani oleh Sri Paku Alam I dengan John Crawfurd pada 17 Maret 1813. Setelah diangkat secara resmi menjadi seorang Adipati dengan wilayah kekuasaanya sendiri maka beliau mulai membangun istana Pura Paku Alaman. Luas wilayah kekuasaan Pakualaman yaitu 4000 cacah yang mencakup kawasan sekitar istana dan di luar kota (Kabupaten Adikarto).
Pura Pakualaman menghadap ke selatan. Hal ini nampaknya berbeda dengan keraton kasultanan yang berporos utara selatan. Seperti halnya keraton maka Pura Pakualaman juga terdiri atas beberapa bangunan dalam satu kompleks yang dibatasi dengan tembok keliling yang tinggi, seluas 5,4 ha. Pura Pakualaman juga dilengkapi dengan alun-alun, masjid, dan pasar. Di sekeliling kompleks terdapat pemukiman penduduk, dalem-dalem Pangeran serta bangunan-bangunan fasilitas lainnya yang sekarang berada di wilayah Kecamatan Pakualaman. Untuk dapat memasuki istana Pura Pakualaman maka harus melewati terlebih dahulu Alun-alun Sewandanan. Di alun-alun tersebut seperti halnya di keraton Kasultanan Yogyakarta juga ditanam pohon beringin.
Di sebelah barat dahulu terdapat tempat perangkat gamelan Jawa Munggang. Tempat tersebut dinamakan Palegongan, sekarang sudah tidak ada. Setelah melalui alun-alun maka kemudian lewat gerbang utama yang disebut dengan Regal Danawara. Dalam regal terdapat suatu sengkalan yang berbunyi Wiwara Kusuma Winayang Reka (1669 J). Bagian atas regol berbentuk kampung sratang dan kirikanan pintu gerbang, bangunannya berbentuk limasan emper sebelah. Selain itu di dalam cepuri juga terdapat taman yang berbentuk hiasan geometris. Di atas taman segitiga/lingkar terdapat meriam kuna. Pura Pakualaman ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.07/PW.007/MKP/2010. Pura Pakualaman terletak di Jalan Sultan Agung, Yogyakarta.