Salah satu upaya di dalam pelindungan cagar budaya adalah pelaksanaan pemugaran. Menurut pengertian dalam Undang-undang RI No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, bahwa“pemugaran adalah upaya mengembalikan kondisi fisik cagar budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, gaya, dan / atau teknik untuk memperpanjang usianya” (Pasal 1 angka 28). Khusus untuk pemugaran bangunan cagar budaya dan struktur cagar budayaada rangkaian prosesdur teknis yaitu studi kelayaan dan studi teknis yang harus dilakukan.Oleh karena itu, di dalam proses pemugaran melibatkan berbagai disiplin ilmu, baik arkeologi, arsitektur, teknik sipil, konservasi, biologi, geologi dll. Selain itu juga didukung berbagai tenaga terampil pemugaran yaitu konservator, tekno arkeologi, tenaga dokumentasi, juru gambar, juru ukur serta pencari batu dan steller batu. Hal itu menunjukkan bahwa pelaksanaan pemugaran harus memperhatikan kompetensi pelaksana di bidangnya (Pasal 77 (2) huruf d).
Di lingkup kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyalarta (BPCB DIY) ada beberapa candi maupun situs pemukiman yang ditemukan dalam kondisi runtuh dan dipenuhi semak belukar atau bahkan terpendam dalam tanah. Kondisi saat ini ada beberapa yang telah dilakukan pemugaran. Candi-candi maupun situs pemukiman masa Mataram Kuno abad VIII – IX Masehi merupakan cagar cagar budaya yang materialnya menggunakan blok-blok batuyang disusun scara sistematis. Oleh karena itu, pelaksanaannya harus memperhatikan aspek arkeologis, historis, dan prosedur teknis.
Di dalam studi kelayaan itulah ada rangkaian pengumpulan data, identifikasi, pembongkaran, pencarian komponen blok batu, anastilosis atau susun coba, dan pemasangan kembali. Dalam rangkaian pemugaran pekerjaan pencarian batu dan melakukan susun coba oleh para steller sangat membantu tugas-tugas arkeolog di dalam melakukan proses rekonstruksi sebuah bangunan maupun struktur cagar budaya, khususnya yang menggunakan komponen blok-blok batu. Dapat dikatakan bahwa ketrampilan pencarian batu ataupun steller merupakan salah satu pendukung utama pemugaran candi.
Keterampilan pencari batu ataupun steller tidak ada dalam pelajaran pendidikan formal sekolahan maupun perkuliahan. Tenaga terampil mereka terbentuk dan terasah melalui serangkaian akumulasi pengalaman di lapangan pemugaran. Ibaratnya mereka semua menguasai soft skill dalam bidang yang terkait dengan arkeologi dan pemugaran candi. Proses kerja, metode kerja, dan hasil kerja mereka sangat membantu arkeolog dalam melakukan proses pemugaran bangunan dan struktur cagar budaya. Khususnya candi maupun struktur yang menggunakan meterial blok-blok batu yang tersusun dengan sistematis.
Di Situs Ratu Boko seperti halnya di kompleks percandian lainnya keberadaan seorang pencari batu dan steller sangat dibutuhkan. Profesi unik dan spesifik ini di Situs Ratu Boko hanya mempunyai 4 (empat) orang pencari batu dan steller yang senior antara lain Suharto, Sumaryadi, Kahana, dan Winarto.Mereka tanpa henti dan lelah terus melakukan pencarian batu yang akan dilakukan susun coba dan melengkapi batu-batu komponen bangunan dan struktur. Prinsip kerja mereka harus dilakukan secara telaten, tekun, cermat, teliti, dan tidak takut menguji coba terhadap berbagai komponen batu yang ditemukan dan dilakukan penyetelan.
Apabila diamati langkah kerja mereka selalu melepas pandangan ke sekitar hamparan situs dan sekelilingnya. Menyusuri dan mengamati tumpukan batu yang tidak beraturan di situs dan bahkan di perkampungan atau dusun sekitar situs adalah merupakan rutinitas kerjanya.Menggunakan peralatan sederhana mereka tekun dan teliti tanpa lelah mencari batu, memilih, memilah batu, dan mengumpulkan (colleting) batu yang dibutuhkan. Apabila menemukan batu yang dibutuhkan untuk penyetelan dan pas untuk susun coba tentu menjadi suatu prestasi.
Berbekal pengalaman, skill, tangan terampil, dan kesabaran apa yang dikerjakan akan membuahkan hasil. Semua proses kerja itu untuk memudahkan dan memperlancar proses anastilosis dalam rangkaian kerja pengumpulan dan identifikasi data studi kelayaan serta dalam rangka pemugaran. Arkeolog dan Tekno arkeologi tentu terus bekerja sama dengan para pencari batu dan steller dalam pemugaran.
Empat orang pencari batu dan steller di Situs Ratu Boko terus tekun bekerja tanpa lelah. Mereka semua adalah generasi penerus yang membawa estafet tenaga terampil dari para pendahulu yangtelah mewariskan ilmu yang sangat dibutuhkan dalam pemugaran di situs dan percandian. Kedepan mereka juga harus mewariskan ilmu itu kepada generasi mendatang dengan serangkaian kegiatan dan akumulasi pengalaman kolektif mereka. Terhadap kondisi ini BPCB DIY juga mengadakan berbagai pelatihan dan peningkatan SDM yang terkait dengan pemugaran bangunan dan struktur yang menggunakan komponen blok-blok batu secara berkala.
Pencari batu dan steller adalah profesi unik dan langka bahkan sering dikatakan “tidak ada duanya”. Eksistensi mereka menjadi urgensi yang dibutuhkan di dalam membina kembali candi dan struktur cagar budaya. Semangat dan tangan terampil mereka menjadikan pemugaran candi dapat terlaksana dengan benar dan baik.