Pasar merupakan salah satu komponen utama di dalam tata kota lama. Lahirnya pasar seiring dengan keberadaan keraton. Pasar yang berada di kota dan menjadi pusat perekonomian di lingkungan keraton disebut Pasar Gedhe. Pada masa Sultan Hamengku Buwono I pendirian Pasar Gedhe berada di sebelah utara Alun-alun Utara yang dikenal dengan nama Pasar Beringharjo.
Nama Beringharjo berasal dari kata bering dan harja. Bering berasal dari nama Beringan, sebuah hutan yang menjadi cikal bakal berdirinya ibu kota Kasultanan Yogyakarta, dan harja berarti baik dan sejahtera. Beringharjo tempat yang baik dan dapat menyejahterakan rakyat. Pendirian pasar melambangkan kesetiaan antara kawula lan gusti, sehingga kawula memperoleh kesempatan kerja sebagai pedagang.
Bangunan Pasar Beringharjo pada awalnya sangat sederhana. Bangunannya berupa los dengan tiang dari kayu, atapnya dari welit dan berlantai tanah. Penampilan Pasar Beringharjo berubah drastis ketika Sultan Hamengku Buwana VIII dan pemerintah Belanda membangun 11 los permanen pada tahun 1923-1925. Pengerjaannya dilakukan oleh Indische Beton Maatschappij dari Surabaya.
Konstruksi Pasar Beringharjo menggunakan beton bertulang dengan arsitektur bergaya tropis. Pemerintah Hindia Belanda menjulukinya ”Eender Mooiste Passers of Java” artinya pasar terindah di Jawa.