Halo, Sobat Cagar Budaya! Piye kabare? Setelah sekian purnama, akhirnya bersua kembali dengan Selingan Seru, Ayee!! Semoga Sobat Cagar Budaya semua dalam kondisi sehat dan tetap semangat meskipun pandemi masih belum berakhir.
Oke, tanpa panjang lebar lagi, kali ini kami akan menyajikan sebuah cerita perjalanan seru dalam kegiatan Observasi Keterawatan dan Kerusakan Cagar Budaya. Tentunya, Sobat Cagar Budaya sudah tidak asing lagi dengan kata observasi yang mana jika diterjemahkan dalam kamus berarti peninjauan secara cermat atau mengamati. Penjabarannya dalam konteks cagar budaya, observasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam konservasi untuk mengetahui tingkat keterawatan dan kerusakan pada suatu cagar budaya. Hasil observasi tersebut akan menjadi data pendukung dan pertimbangan untuk mengambil langkah selanjutnya dalam kegiatan konservasi serta dapat diketahui kualitas fisik material yang diobservasi.
Pada awal April 2021 yang lalu, Tim Konservasi dari Unit Kerja Pemeliharaan, Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan kegiatan observasi di Situs Makam Ratu Malang yang terletak di daerah Bantul. Tepatnya di sebelah timur Desa Kedaton, Kapanewon Plered, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Apakah ada Sobat Cagar Budaya yang pernah berkunjung ke Situs Makam Ratu Malang? Jika sudah pernah, tentunya Sobat dapat membayangkan betapa serunya tim kami melakukan kegiatan observasi di sana.
Nah, bagi yang belum, untuk mengurangi rasa penasaran Sobat Cagar Budaya, informasi tentang Situs Makam Ratu Malang dapat Sobat temukan dengan mengunjungi halaman website kantor kami di tautan berikut:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/situs-makam-ratu-malang-2/.
Dalam kegiatan observasi ini, tim konservasi tidak bekerja sendiri, melainkan bekerja sama dengan juru gambar dari Kelompok Kerja Pemugaran serta juru foto dari Kelompok Kerja Dokumentasi dan Publikasi. Juru gambar bertugas menggambar detail obyek yang diobservasi. Sedangkan juru foto bertugas mendokumentasikan kegiatan dan obyek yang diobservasi.
Kegiatan yang dilakukan oleh tim konservasi dalam observasi ini antara lain:
- Mengamati pertumbuhan organisme seperti lumut, algae, dan lichen (lichen merupakan simbiosis antara jamur dan algae).
- Mengamati kerusakan pada nisan dan dinding (pagar) Situs Makam Ratu Malang seperti patah, rapuh, dan retak, serta ada tidaknya endapan garam.
- Mengukur kondisi lingkungan mikro seperti suhu Benda Cagar Budaya (BCB), kelembapan BCB, suhu udara lingkungan, dan kelembapan udara lingkungan menggunakan alat berupa infrared thermometer untuk pengukuran suhu BCB, protimeter untuk mengukur kelembapan BCB, serta thermohygrometer untuk mengukur kelembapan dan suhu udara lingkungan.
- Menguji kekerasan pada bagian dinding yang mengelilingi makam dengan menggunakan alat skala mohs sebagai data pendukung.
Selanjutnya juga dilakukan pengukuran ulang ukuran gambar detail Makam Ratu Malang dengan dibantu oleh juru gambar menggunakan alat meteran. Dari data-data tersebut akan didapatkan persentase keterawatan dan kerusakan pada cagar budaya, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan data tersebut dapat diambil langkah-langkah konservasi yang tepat pada situs tersebut.
Dalam kegiatan observasi kali ini, tim konservasi menemukan beberapa benda yang tidak jauh dari lokasi Situs Makam Ratumalang. Benda-benda itu berupa batu berjumlah tiga buah. Untuk sementara ini batu-batu tersebut masih diletakkan di area situs untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
Sobat Cagar Budaya, demikianlah cerita perjalanan seru Tim Konservasi BPCB DIY dalam mengobservasi cagar budaya . Semoga informasi yang kami bagikan bermanfaat. Keep spirit and enjoy your time! See you!
Penulis: Septiani Emdrawati, S.Si. ; Editor: R. Wikanto Harimurti, S.Si., M.A. (Keduanya adalah konservator di Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)