Monumen Bibis terletak di Dusun Bibis, Desa Bangunjiwo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan yang  didirikan oleh Nyai Trunomenggolo ini mempunyai peran dalam sejarah perjuangan bangsa. Pada masa perang kemerdekaan, bangunan ini digunakan sebagai markas atau tempat pertahanan pasukan Letkol Soeharto

Monumen Bibis (Foto: Dok. BPCB DIY)

     Desa Bibis berada di kontur tanah yang berbukit sehingga ideal untuk dijadikan markas sekaligus tempat persembunyian. Pimpinan pasukan Brigade X Divisi III, Letkol Soeharto beserta stafnya tinggal di rumah kepala dukuh yang bernama Harjowiyadi. Di rumah tersebut, Letkol Soeharto beserta pasukannya mengatur strategi perang gerilya melawan tentara Belanda guna mempertahankan Yogyakarta yang pada masa itu, menjadi Ibukota Republik Indonesia.

     Selama lima bulan berada di Desa Bibis, pasukan Brigade X Divisi III mendapatkan bantuan dari masyarakat berupa bahan makanan dan tambahan pasukan dari warga sekitar. Masyarakat Desa Bibis melakukan hal tersebut karena mengikuti anjuran Jenderal Soedirman agar masyarakat ikut membantu Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam perjalanannya, Brigade X Divisi III merupakan salah satu pasukan yang ikut menyerang Kota Yogyakarta pada Serangan Umum 1 Maret 1949.

     Monumen Bibis ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan Permenbudpar RI No. PM.89/PW.007/MKP/2011. Ditinjau dari aspek arkeologi, bangunan tersebut merupakan tipe bangunan warisan budaya Jawa, yaitu tipe bangunan limasan dan joglo, dengan tata ruang yang masih komplet, terdiri dari: emper, dalem, dan gandok. Atap bangunan terbuat dari genting. Plafonnya terbuat dari anyaman bambu. Dinding bangunan juga terbuat dari anyaman bambu (gedheg).

     Setting bangunan belum mengalami perubahan sejak digunakan sebagai markas, hingga sekarang. Material yang diganti hanya genting, dan lantai tegel. Bagian lantai pada awalnya berupa pasangan batu berbentuk persegi yang dihaluskan, kemudian diganti dengan tegel pc berukuran 20 cm x 20 cm. Di dalam bangunan, tersimpan beberapa benda yang dahulu digunakan oleh Letkol Soeharto dan pasukan Brigade X Divisi III, yakni meja, kursi, peralatan makan, minum, mesin tik manual, sepeda ontel, dan arsip-arsip foto.

Monumen Bibis (Foto: Dok. BPCB DIY)

     Bangunan lain yang terdapat di monumen ini adalah bangunan pringgitan. Bangunan ini mempunyai dinding yang terbuat dari bata. Lantai bangunan tersebut terbuat dari tegel pc berukuran 20 x 20 cm. Di bagian belakang monumen, terdapat bangunan lain yang berbentuk joglo berisikan diorama yang menggambarkan peristiwa yang terjadi di monumen ini. Pintu bangunan tersebut terbuat dari kayu dengan model kupu tarung. Sama seperti dua bangunan lain, lantai pada bangunan ini terbuat dari tegel pc berukuran 20 x 20 cm. Bangunan joglo ini merupakan bangunan baru yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1979. Pada peresmian bangunan tersebut hadir Perdana Menteri Malaysia Hussein Onn. Berdasar bukti tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bangunan Monumen Bibis merupakan bangunan yang bernilai historis tinggi.

     Monumen Bibis mempunyai nilai penting bagi sejarah, arkeologi, dan juga ilmu pengetahuan pada umumnya. Nilai penting dalam kesejarahan ditunjukkan dengan informasi sejarah  terutama tentang sejarah perjuangan rakyat Yogyakarta melawan penjajah. Sedang dari ilmu pengetahuan, dibuktikan dengan tipe bangunan yang berlanggam Jawa, mempunyai signifikansi dalam ilmu arkeologi dan arsitektur, karena bangunan joglo adalah bangunan yang mewakili masa gaya abad 19 masehi.

     Oleh karena Monumen Bibis memiliki nilai penting maka  bangunan ini perlu dilestarikan keberadaannya. Pelindungan dan pemanfaatan bangunan cagar budaya harus senantiasa digalakkan guna mendukung upaya pelestariannya. Jika bangunan ini terawat  dan kemudian dijadikan salah satu objek wisata pendidikan, maka generasi muda tidak lupa dengan sejarahnya. Ingat kata-kata bijak dari proklamator kita Bung Karno, JASMERAH, atau Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.