Candi Sari memiliki rupa yang cantik. Candi bercorak Buddha dari abad 8 Masehi yang ada di Dusun Bendan, Desa Tirtomartani, Kalasan, Sleman tersebut dihiasi ragam hias yang dipahat dengan sangat halus. Seiring berjalannya waktu, kecantikan candi yang dahulu berfungsi sebagai asrama bagi para pendeta itu bisa saja pudar, karena digerus berbagai macam faktor biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan) dan abiotik (iklim, lingkungan, dan bencana alam) yang dapat mengancam kelestariannya.
Faktor biotik yang mengancam kelestarian Candi Sari berupa lumut (moss), ganggang (algae), jamur kerak (lichen), dan tumbuhan tingkat tinggi dari golongan spermatopyta. Mikroorganisme yang tumbuh di permukaan batuan candi disebabkan karena spora yang terbawa angin, serta burung dan kelelawar yang meninggalkan beberapa jenis biji-bijian melalui kotorannya di atas batu-batu candi
Pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan batu Candi Sari dalam waktu yang lama dapat menyebabkan pelapukan batu-batuan penyusunnya. Oleh karena itu, pembersihan mikroorganisme pada Candi Sari dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang dapat menghilangkan keindahannya.
Ibarat perempuan yang membutuhkan perawatan agar bisa terus tampil cantik dalam kesehariannya, Candi Sari pun juga demikian. Candi Sari membutuhkan perawatan agar kondisi fisiknya tetap cantik dan terjaga kelestariannya. Pada tahun 2018, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan perawatan rutin terhadap Candi Sari sebanyak tiga kali pada 19 s.d. 27 Februari, 30 s.d. 8 Juni, dan 19 s.d. 28 November. Perawatan dilakukan melalui kegiatan pembersihan mekanis.
Para pekerja melakukan pembersihan mekanis terhadap Candi Sari menggunakan peralatan sederhana, antara lain kuas, sikat ijuk, dan sapu lidi. Mikroorganisme yang tumbuh di sela-sela batu yang sulit dijangkau, dihilangkan dengan sikat yang diikatkan pada sebilah bambu. Selain untuk menghilangkan mikroorganisme, pembersihan mekanis juga bertujuan menghilangkan debu, tanah, lempung, dan kotoran-kotoran lainnya yang ada di permukaan batu.
Candi Sari perlu dirawat secara berkelanjutan agar keberadaan kondisi fisik dan nilai-nilai penting (nilai sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan) yang terkandung di dalamnya dapat terus terjaga kelestariannya. Selain itu, tentu saja agar Candi Sari bisa terus terlihat cantik sepanjang zaman. Persis seperti arti namanya, “Sari” yang berarti cantik atau elok.
Teks: Ferry A./ Foto: Sanny S. (Dok. BPCB DIY.2018)