Jeka

    Hallo, Sobat Millennial! Jumpa lagi dengan Jeka, si konservator kita!! Nah, pada Bulan Januari 2020 lalu, kita sudah membahas mengenai metode konservasi cagar budaya secara umum. Sekarang, kami akan memberikan sedikit informasi mengenai metode konservasi cagar budaya berbahan batu. Benda Cagar Budaya (BCB) berbahan dasar batu sebagian terletak di tempat terbuka antara lain BCB tak bergerak seperti candi, benteng, petirtaan dan megalit (menhir, kubur batu). Sedangkan BCB yang berada di museum yang kita sebut sebagai BCB bergerak (koleksi) misalnya arca dan alat batu.

    Sebelum dilakukan konservasi, dilakukan studi teknis konservasi terlebih dahulu. Studi teknis konservasi diawali dengan tahap observasi. Observasi meliputi observasi jenis material, observasi kerusakan dan pelapukan seperti pecah, retak, mengelupas, penggaraman, sementasi, rapuh dan pertumbuhan organisme serta observasi lingkungan baik mikro maupun makro (suhu, kelembaban, curah hujan, penguapan, arah dan kecepatan angin). Selanjutnya dilakukan identifikasi dari hasil observasi yang terdiri dari analisis karakteristik bahan BCB secara fisik, petrografi dan kimiawi, analisis kerusakan atau pelapukan bahan BCB secara mikrobiologi serta pengujian efektifitas bahan konservasi dan dampaknya terhadap BCB. Kemudian dilakukan pembuatan rencana penanganan yang terdiri dari penentuan metode, tenaga, dan biaya.

    Setelah dilakukan studi teknis konservasi dan rencana penanganan sudah dirancang dengan baik, maka tahap konservasi dapat dilaksanakan. Metode konservasi BCB berbahan batu terdiri dari 2 yaitu preventif dan kuratif. Konservasi preventif dilakukan dengan tujuan mencegah terjadinya kerusakan dan pelapukan terhadap BCB meliputi perawatan rutin dan pengendalian lingkungan baik mikro dan makro. Perawatan rutin merupakan perawatan yang dilakukan sehari-hari atau berkala yang dilakukan secara manual mekanis menggunakan sapu lidi, cangkul, sabit, sikat ijuk, kuas, kain lap, kemoceng dan tangga. Sedangkan pengendalian lingkungan mikro dan makro bertujuan untuk mengontrol iklim mikro dan makro serta lingkungan fisik BCB misalnya dengan pengukuran suhu, kelembaban dan pencahayaan. Untuk pengontrolan iklim makro sendiri dengan pengukuran suhu udara, kelembaban udara, penguapan dan curah hujan. Kegiatan pengendalian lingkungan fisik tersebut dapat dilakukan dengan perbaikan sistem drainase, penanaman pohon yang disesuaikan dengan filosofi dan estetika. Kemudian untuk pengendalian lingkungan mikro BCB bergerak (koleksi museum) dapat dilakukan dengan memasang ventilasi untuk mengurangi kelembaban dan suhu, pemasangan AC dan pemasangan dehumidifier.

    Konservasi kuratif bertujuan untuk menanggulangi permasalahan kerusakan dan pelapukan bahan BCB. Konservasi kuratif yang pada umumnya dilakukan oleh tim konservasi BPCB DIY meliputi pembersihan mekanis dan pembersihan kimiawi.

    Pembersihan secara mekanis  dilakukan dengan dua cara yaitu secara mekanis kering dan mekanis basah. Pembersihan mekanis kering dapat mengunakan kuas, sikat ijuk, sikat gigi, penyedot debu, jarum, atau pisau spatula, dan ember untuk membersihkan debu, tanah, lumpur, kotoran lain yang menempel pada bangunan candi dan lumut yang ada pada batu yang mungkin bisa dibersihkan. Pembersihan mekanis basah biasanya menggunakan water sprayer untuk membersihkan debu, tanah, lumpur, kotoran lain dan mikroorganisme seperti lumut, algae, yang tidak dapat dihilangkan secara mekanis kering.

Pembersihan mekanis kering menggunakan sikat (Foto Dok. BPCB DIY. 2020 dalam Laporan Konservasi Candi Barong)
Pembersihan mekanis basah menggunakan water spraying (Foto Dok. BPCB DIY.2020 dalam Laporan Konservasi Candi Barong).

    Pembersihan kimiawi menggunakan AC 322 (Ammonium bicarbonat, Sodium bicarbonate, CMC/Carboxymethylcellulose, Aquamoline, arkopal dan air). AC 322 ini untuk membersihkan lichen dengan cara dioleskan pada BCB batu, lalu ditutupi dengan plastik selama 24 jam, setelah itu baru dibersihkan dengan menggunakan sikat dan air sampai pH-nya normal. Sedangkan untuk pembersihan endapan garam yang masih aktif pada BCB batu dapat menggunakan larutan EDTA dengan konsentrasi 0,3 M yang disemprotkan dan ditempelkan menggunakan kapas. Selanjutnya, setelah didiamkan sampai endapan garam melunak, kapas dilepaskan, lalu BCB batu tersebut disikat dengan sikat dan air. Untuk hasil yang maksimal dapat dilakukan pengulangan pada bagian BCB yang endapan garamnya tebal.

Pengolesan AC 322 pada batuan candi (Foto Dok. BPCB DIY. 2020 dalam Laporan Konservasi Candi Barong).
Penutupan candi yang telah dioles AC 322 (Foto Dok. BPCB DIY. 2020 dalam Laporan Konservasi Candi Barong).
Penyemprotan endapan garam dengan larutan EDTA 0.3 M (Foto Dok. BPCB DIY. 2020dalam Laporan Konservasi Candi Barong).
Pembersihan mekanis endapan garam (Foto No. D427954 dalam Laporan Konservasi Candi Barong).

    Sobat Millennial, demikian penjelasan tentang metode konservasi BCB berbahan dasar batu. Pada part selanjutnya, kita akan membahas lebih dalam lagi mengenai metode konservasi BCB berbahan batu selain metode pembersihan. Sampai jumpa di episode selanjutnya! Have a great day!

Bersambung…  (seri#5 Metode Konservasi Cagar Budaya – part 3)

Referensi:

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2005. Pedoman Perawatan dan Pemugaran Benda Cagar Budaya Bahan Batu.

Tim Pemeliharaan. 2019. Laporan Konservasi Candi Barong. BPCB D.I. Yogyakarta.

 Penulis : Septiani Emdrawati, S.Si.

Editor  : R. Wikanto Harimurti, S.Si., M.A.

 (Keduanya adalah konservator di Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta)