Setelah sukses menyelenggarakan Jelajah Budaya Pelajar dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional pada bulan Mei lalu, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DIY kembali menggelar Jelalah Budaya Pelajar pada 6 November 2016 mendatang, guna memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-88 dan Hari Pahlawan. Kegiatan tersebut merupakan program rutin yang diselenggarakan setiap tahun.
Tema kegiatan Jelajah Budaya Pelajar kali ini masih sama seperti yang dilaksanakan pada bulan Mei lalu, yaitu “Menapak Jejak Peradaban Mataram Kuno di Perbukitan Prambanan.” Substansi kegiatan juga sama yakni menelusuri jejak-jejak peradaban Mataram Kuno yang pernah eksis di perbukitan daerah Prambanan-Yogyakarta bagian selatan atau yang dikenal dengan sebutan “Siwa Plateau”. Yang membedakan kegiatan ini dengan sebelumnya hanya pesertanya saja. Jika pada Jelajah Budaya Pelajar yang dilaksanakan Mei lalu diikuti oleh para pramuka tingkat penggalang se-DIY, maka giliran para pramuka tingkat penegak se-DIY yang sekarang ikut ambil bagian dalam Jelajah Budaya Pelajar ini.
Total semua jumlah peserta ada 200 orang, yang berasal dari Kwartir Cabang Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Dari 200 0rang peserta tersebut dibagi menjadi 20 kelompok putra dan 20 kelompok putri, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang anggota.
Bertepatan dengan momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-88 dan Hari Pahlawan, kegiatan Jelajah Budaya Pelajar yang kesepuluh ini digelar dengan tujuan untuk mengenalkan generasi muda kepada warisan budaya bangsa, khususnya potensi cagar budaya yang ada di kawasan “Siwa Plateau”.
Di kawasan “Siwa Plateau” banyak ditemukan tinggalan budaya dari masa klasik (Hindu-Budha), antara lain berupa candi dan situs pemukiman kuno. Melalui kegiatan Jelajah Budaya, generasi muda akan diajak bersama-sama untuk menapak jejak peradaban ke tempat-tempat yang menjadi bukti tentang bagaimana arif dan bijaknya nenek moyang dalam mengelola sumberdaya alam yang tersedia. Kemampuan mengatasi tantangan lingkungan menjadikan mereka mampu bertahan hidup dengan menjalin hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya. Di samping itu realita keberagaman dengan kehidupan yang damai dan harmonis juga menjadi realitas masyarakat pada zamannya. Nilai-nilai kearifan nenek moyang tersebut bisa digali generasi muda dengan mengenali dan memahami tinggalan-tinggalan budaya mereka yang masih lestari sampai saat ini, di antaranya yakni Situs Ratu Boko, Situs Sumberwatu, Candi Dawangsari, Candi Barong, dan Candi Ijo. Selain candi dan situs pemukiman, di kawasan Siwa Plateu juga ditemukan tinggalan berupa arca, yakni arca Gupala dan arca Ganesha.
Di samping mengunjungi candi dan situs yang merupakan inti dari kegiatan Jelajah Budaya, peserta juga akan bergiat di setiap pos di sepanjang perjalanan Jelajah Budaya. Peserta yang terbagi ke dalam beberapa regu, baik regu putra maupun regu putri, akan berkompetisi dalam giat prestasi yang dilaksanakan di setiap pos yang berada di titik-titik tertentu sepanjang rute perjalanan, yang mana setiap pos dijaga oleh dewan juri. Adapun giat prestasi yang dilombakan antara lain: 1) pengetahuan tentang kepramukaan, 2) yel-yel kebangsaan, 3) fotografi, dan 4) karya tulis dalam bentuk feature, dan 5) Lomba foto selfie (swafoto).
Sementara itu untuk giat prestasi pengetahuan tentang kepramukaan dan yel-yel kebangsaan dilaksanakan di setiap pos yang berada di titik-titik tertentu sepanjang rute perjalanan. Sementara itu giat prestasi fotografi, karya tulis dan lomba foto selfie diadakan setelah kegiatan Jelajah Budaya usai. Hal itu dikarenakan giat prestasi tersebut merupakan bentuk pendokumentasian yang dilakukan peserta selama mengikuti kegiatan Jelajah Budaya. Dalam giat prestasi ini setiap regu bisa mengirimkan karya terbaik mereka untuk diseleksi dewan juri. Para pemenang dalam kegiatan Jelajah Budaya ini nantinya akan terbagi menjadi empat kategori, yakni regu putra terbaik, regu putri terbaik, regu putra terfavorit dan regu putri terfavorit. Diadakannya giat prestasi bertujuan untuk menggugah daya kreativitas, inovasi, dan psikomotorik peserta.
Tidak hanya berkompetisi dalam giat prestasi saja, nantinya peserta juga akan melaksanakan kegiatan peduli lingkungan di alam terbuka (outdoor) dengan melakukan penanaman pohon, pelepasan ikan, dan pelepasan burung. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran pada diri generasi muda agar menjaga keseimbangan ekosistem alam sekitarnya.
Kegiatan Jelajah Budaya Pelajar merupakan salah satu bagian dari program sosialisasi cagar budaya yang dikemas dalam bentuk kegiatan yang bersifat edukatif-kultural, rekreatif, dan inovatif. Secara substansial kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dalam jiwa generasi muda terhadap warisan budaya bangsa.
Dalam mengemban tugas dan fungsinya melaksanakan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta senantiasa selalu mengedepankan aspek pelestarian yang berbasis partisipasi publik. Hal itu didasari atas kesadaran bahwa keeksistensian cagar budaya sejatinya tidak cukup hanya dilihat dari sisi wujud fisiknya saja, namun juga harus dibarengi dengan adanya pemahaman tentang cagar budaya itu oleh si pemilik cagar budaya itu sendiri, yakni masyarakat. Oleh karena itu, program pelestarian cagar budaya yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya berorientasi pada aspek kuantitatif, namun juga mencakup aspek kognitif.
Kegiatan Jelajah Budaya juga menjadi wahana bagi generasi muda untuk melakukan refleksi, dengan memahami sejarah dan warisan budaya dapat memetik nilai-nilai luhur masa lampau dan maha karya budaya adiluhung bangsa, kemudian menjadikannya sebagai panduan hidup dalam melangkah ke depan.
Berpijak dari tema peringatan Sumpah Pemuda ke-88 yang menggaungkan semangat “Pemuda Menatap Dunia”, maka melalui perhelatan Jelajah Budaya Pelajar kali ini Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta berupaya membina para pemuda agar menjadi generasi yang mampu mambawa bangsanya untuk bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain. Salah satunya yakni dengan melakukan pembinaan mental dan fisik yang berbasis edukasi budaya melalui kegiatan penjelajahan untuk mengenali warisan budaya bangsa sekaligus menggali nilai-nilai kearifan yang terkandung di dalamnya. Beragam tinggalan budaya yang ada di kawasan Siwa Plateau menunjukkan bahwa nenek moyang kita jaman dahulu sudah mampu menjawab tantangan alam dengan mengolah sumber daya alam yang tersedia agar bisa bertahan hidup. Etos kerja keras dan pantang menyerah itulah yang ingin diinternalisasikan kepada pemuda agar menjadi pribadi yang berjati diri sesuai dengan karakter bangsanya sendiri. Dengan demikian kelak ke depan akan muncul bibit-bibit generasi unggul yang mampu tumbuh dan berkembang, bersaing dengan bangsa-bangsa yang lainnya dalam menjawab tantangan dunia. Kunjungi, Lindungi, dan Lestarikan Cagar Budaya Indonesia. (Ferry A.)
Yogyakarta, 1 November 2016