Secara administratif Gereja Promasan atau yang dikenal juga dengan nama Gereja Katolik Santa Perawan Maria Lourdes Promasan ini terletak di Dusun Promasan, Kalurahan Banyuoya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Gereja Promasan berada di Kawasan Penziarahan umat Katolik Sendangsono, letaknya di daerah perbukitan jauh dari jalan raya dengan koordinat UTM 49 X : 0415644 dan Y : 9152549. Posisi Gereja Promasan terletak pada lereng bukit, sehingga untuk naik menuju halaman gereja harus melalui tangga naik dari sisi selatan sebanyak 21 undakan (anak tangga).
Di dalam gedung gereja terbagi menjadi beberapa bagian yakni :
1) Balkon, yaitu ruang atas di bagian depan gereja, berfungsi sebagai tempat khusus bagi para petugas yang membawakan lagu-lagu rohani
2) Panti Umat, yaitu tempat bangku atau kursi untuk umat. Di dalam ruangan ini terdapat 12 buah tiang penyangga. Pada masing-masing tiang terdapat hiasan jalan salib dari gips yang menggambarkan perjalanan sengsara Yesus.
3) Panti Imam, yaitu tempat imam memimpin perayaan liturgi. Sebagai tempat pusat upacara keagamaan, tempat tersebut dipandang sakral. Panti Imam ditempatkan di atas batur yang dibuat lebih tinggi dari panti umat. Hal tersebut juga ditujukan untuk mengingatkan pada bukit Kalvari tempat Yesus disalib.
4) Sankristi, yaitu tempat persiapan imam dan pembantunya sebelum keluar menuju ke altar. Sankristi terletak di samping kiri dan kanan panti imam.
5) Kamar Pengakuan Dosa (rekonsiliasi), yaitu tempat untuk menerima sakramen tobat secara pribadi. Di Gereja Promasan terdapat dua ruang pengakuan dosa, satu ruangan untuk pastor dan satu ruangan untuk jemaat.
Gereja ini dibangun dari tahun 1937-1940, para umat juga terlibat dalam pembangunan gereja. Pembangunan gereja sempat terhenti selama 4 bulan, dana untuk pembangunan terputus karena adanya Perang Dunia II. Para tokoh umat Katolik bekerja keras untuk melanjutkan pembangunan gereja. Pada tanggal 11 Februari 1940 dimulai lagi pembangunan gereja tersebut. Sebagai tanda dimulainya pembangunan gereja dilakukan peletakan batu pertama oleh Romo Superior Misi Jos van Ball SJ dan sebagai arsitektur yang merancang pembangunan Gereja Promasan adalah Romo Jasawihardja SJ. Pada tanggal 18 Desember 1940 Gereja Promasan diresmikan oleh Mgr. Soegijapranata, SJ dan berlindung pada “Santa Maria Yang Menampakkan Diri di Lourdes”.
Arsitektur bangunan Gereja Promasan ini menunjukkan ciri bangunan tradisional Jawa yang mendapat pengaruh gaya arsitektur Indis. Ciri bangunan tradisional Jawa tampak dari atap tipe kampung bertingkat satu dan penggunaan genteng model vlaam sebagai penutup atap. Gaya bangunan Indis ditunjukkan dari bangunannya yang tinggi, dengan ventilasi yang tinggi dan dibuat besar.
Satu hal yang menarik bahwa balkon Gereja Promasan ditopang oleh 4 (empat) buah tiang. Keempat tiang peyangga balkon tersebut dapat dimaknai bahwa ajaran Yesus tersebut disangga oleh empat pengarang Injil yaitu Santo Mateus, Santo Markus, Santo Yohanes dan Santo Lukas. Keempat tiang tersebut dapat diinterpretasikan melambangkan empat sikap kejawen yang mendukung pengabdian manusia pada Tuhan yaitu gotong royong, saling menghormati, saling mengingatkan/memaafkan dan rasa manunggal.
Gereja Santa Maria Lourdes Promasan ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya Dinas Kebudayaan DIY. Dari Gereja Promasan inilah terpancang jalan salib, yakni rangkaian doa dan renungan sengsara dan wafat Tuhan Yesus, yang dijalani para peziarah hingga Gua Maria Sendangsono.