Candi Sambisari terletak di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa ahli berpendapat bahwa untuk mengetahui masa pendirian Candi Sambisari dapat ditinjau dari berbagai aspek. Dari segi arsitektur, R. Soekmono menggolongkan Candi Sambisari berasal dari abad ke-8 Masehi. Berdasarkan batu isian yang digunakan berupa batu padas, pendirian Candi Sambisari diperkirakan semasa dengan Candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan, yaitu sekitar abad 9 -10 Masehi.
Berdasarkan kedua tafsiran tersebut, Soediman menyatakan bahwa Candi Sambisari didirikan pada abad 9 Masehi (± 812 – 838 M). Pendapat tersebut didukung adanya temuan lempengan emas bertulis (prasasti), karena berdasarkan tafsiran paleografis, Boechari menyimpulkan bahwa tulisan itu berasal dari sekitar abad ke-9 M. Prasasti tersebut berhuruf Jawa Kuna, berbunyi Om siwa sthana (dibaca kembali oleh Rita MS), yang artinya Hormat, pembuatan tempat (rumah) bagi Dewa Siwa.
Di samping itu ada beberapa arca dari panteon agama Hindu yang ditempatkan pada relung dinding tubuh sisi luar candi induk antara lain: Durga Mahisasuramardhini (utara), Ganesa (timur), Agastya (selatan), serta Mahakala dan Nandiswara sebagai penjaga pintu.
Candi Sambisari merupakan kelompok percandian yang terdiri atas sebuah candi induk dan tiga buah candi perwara di depannya. Candi induk menghadap ke arah barat, berukuran 13,65 x 13,65 meter dan tinggi keseluruhannya 7,5 meter.
Di lantai selasar Candi Induk terdapat batu-batu pipih dengan tonjolan di atasnya (semacam umpak) sebanyak 12 buah, ber bentuk bulat 8 buah dan berbentuk persegi 4 buah. Tubuh candi sisinya berukuran 5 x 5 meter dan tingginya 2,5 meter. Tangga naik ke selasar dengan lebar 2,5 meter terdapat di sisi barat mengelilingi tubuh candi yang sisi-sisinya ditutup dengan pagar langkan.
Di dalam bilik candi induk terdapat Lingga dan Yoni yang merupakan aspek Dewa Siwa. Lingga adalah salah satu perwujudan dari Siwa, sedangkan Yoni adalah perwujudan dari sakti (istri) Siwa. Pada sisi luar dinding tubuh candi terdapat relung-relung yang ditempati oleh Dewi Durga (utara), Ganesa (timur), dan Agastya (selatan) yang di atasnya terdapat hiasan kepala kala, sedangkan pada kanan kiri pintu masuk ke bilik candi terdapat dua relung untuk dewa-dewa penjaga pintu, yaitu Mahakala dan Nandiswara. Sayang sekali kedua arca penjaga itu telah hilang. Berdasarkan arca-arca yang terdapat di Candi Sambisari, maka dapat disimpulkan bahwa latar belakang keagamaan Candi Sambisari bersifat Siwaistis.
Di dalam bilik candi induk ada sebuah yoni yang cukup besar dengan cerat yoni mengarah ke utara di bawah cerat yoni terdapat hiasan seekor naga. Di atas yoni terdapat lingga dan di bawahnya terdapat perigi yang dinding-dindingnya dilapisi dengan batu andesit berbentuk persegi. Di dalam perigi tidak ditemukan suatu benda kecuali tanah biasa.
Di depan candi induk terdapat tiga buah candi perwara; perwara tengah berukuran 4,9 x 4,8 meter, perwara utara dan selatan masing-masing berukuran 4,8 x 4,8 meter. Ketiga candi perwara itu tidak memiliki tubuh dan atap, yang ada hanya kaki candi dan di atasnya terdapat pagar langkan. Pada candi perwara tengah dan utara, di tengah-tengah ruangan yang dikelilingi pagar langkan terda pat lapik (padestal) berbentuk bujur sangkar dan di atasnya terdapat padmasana, sedangkan candi perwara selatan tidak ditemukan.
Kompleks Candi Sambisari secara keseluruhan dikelilingi oleh pagar tembok dari batu putih yang berukuran 50 x 48 meter. Pada masing-masing sisi pa gar terdapat pintu masuk, akan tetapi pintu sisi utara ditutup. Pada halaman pertama terdapat 8 buah lingga semu yang terletak di delapan arah ma ta angin (4 buah di depan setiap pintu masuk dan 4 buah di setiap sudut). Di sisi luar pagar keliling ter dapat teras selebar ± 8 meter dengan tangga naik di keempat sisinya, juga terdapat pagar yang diperkirakan pagar kedua, tetapi sekarang baru ditampakkan sebagian di sisi timur. Hal lain yang menarik dari Candi Sambisari yaitu titik pusat kompleks candi berada di sebelah selatan tangga masuk.
Candi Sambisari ditemukan pada 1966 oleh seorang petani bernama Arjo Wiyono yang sedang mengolah tanah milik Karyoinangun. Pada saat mengolah tanah, cangkulnya membentur batu berukir yang ternyata runtuhan batu candi. Penemuan tersebut ditindaklanjuti oleh Kantor Cabang I Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional (LP2N) di Prambanan dengan melaksanakan ekskavasi arkeologi pertama pada September 1966 bersama para mahasiswa arkelogi dari Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada.
Ekskavasi arkeologi terhadap Candi Sambisari dilaksanakan lagi pada 1975 s.d. 1977. Kegiatan tersebut berhasil mengungkapkan bahwa Candi Sambisari terdiri atas candi induk dan tiga buah candi perwara. Kondisi candi-candi tersebut dalam keadaan runtuh dan berada pada kedalaman 6,5 meter di bawah permukaan tanah. Pada tahun 1984 s.d. 1985 kegiatan ekskavasi arkeologi kembali dilakukan dan berhasil menampakkan bahwa di luar pagar keliling halaman pusat terdapat teras dengan tangga naik di setiap sisinya.
Selama ekskavasi dan pemugaran Candi Sambisari, ditemukan beberapa benda yang merupakan temuan lepas berupa: keramik asing, gerabah, tulang, benda-benda dari perunggu, arca wanita dari batu andesit, arca Bodhisatwa dari perunggu, lempengan emas bertulisan, serta yoni.
Pemugaran Candi Sambisari
Pemugaran Candi Sambisari dimulai dengan melakukan penelitian persiapan pemugaran yang meliputi: pembongkaran, identifikasi, seleksi komponen batu, klasifikasi, dan penyusunan percobaan. Dari rangkaian kegiatan tersebut dapat diketahui bahwa batu-batu isian candi terdiri atas batu-batu putih yang lunak atau padas antara 3 – 4 lapis dan di bawahnya berupa tanah yang dipadatkan bercampur dengan batu kali atau batu gundul.
Setelah proses penelitian persiapan pemugaran selesai, pekerjaan selanjutnya yakni menata kembali batu-batu penyusun candi induk, tiga buah candi perwara, dan pagar keliling. Batu-batu penyusun candi dan pagar keliling yang tidak ditemukan diganti dengan batu baru polos.
Kegiatan pemugaran Candi Induk (Dok. SPSP DIY. 1976)
Tahap akhir pemugaran Candi Sambisari yaitu pembuatan saluran air di sekeliling luar teras untuk mengalirkan air hujan menuju bak penampungan air agar tidak menggenangi halaman candi. Di samping itu juga melakukan penataan lingkungan dengan mendesain pertamanan di sekeliling candi, pembangunan pos keamanan, dan penyediaan ruang informasi sebagai sarana pendukung pariwisata dan penelitian.
Semangat dan kerja keras putra putri bangsa Indonesia untuk memugar Candi Sambisari berlangsung kurang lebih selama 20 tahun. Terhitung sejak ekskavasi arkeologi pertama kali terhadap Candi Sambisari pada September 1966 sampai dengan peresmian purna pugarnya oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Haryati Soebadio pada 23 Maret 1987. Candi Sambisari merupakan hasil karya dari pemugaran yang pertama kali dikerjakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.