Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Purbakala ke-106 yang jatuh pada 14 Juni 2019, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan sosialisasi cagar budaya dan aspek-aspek kepurbakalaan bertema Mendayagunakan Potensi Cagar Budaya untuk Kesejahteraan Masyarakat pada Senin (17 Juni 2019) di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Sosialisasi tersebut diikuti oleh 100 peserta, baik dari komunitas maupun individu yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian cagar budaya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ada dua narasumber yang menjadi pembicara dalam sosialisasi tersebut, yaitu Yoses Tanzaq, arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta dan Ki Priyo Mustiko, dari Jaringan Masyarakat Budaya Nusantara. Yoses memaparkan materi tentang “Cagar Budaya: Potensi dan Aset”, sedangkan Priyo mengulas materi mengenai “Jogja Kota Pusaka”.
Yoses menjelaskan, cagar budaya mengandung nilai-nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan. Nilai-nilai penting itulah yang merupakan aset bagi pembangunan karakter dan pemajuan kebudayaan bangsa. “Berbicara tentang aset, berarti membahas sesuatu yang bernilai. Tidak harus selalu menyangkut ekonomi dan uang. Cagar Budaya mengandung nilai-nilai penting warisan nenek moyang yang dapat memperkaya khazanah keragaman budaya dan sekaligus menjadi inspirasi dalam membangun kepribadian bangsa,” kata Yoses.
Cagar Budaya berpotensi memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika dikelola dengan bijak dan profesional. Yoses menarangkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta sudah memiliki potensi Cagar Budaya yang beragam, tinggal bagaimana mengembangkannya menjadi wisata budaya yang mampu memikat wisatawan dan juga menggerakan perekonomian masyarakat. “Cagar Budaya tidak boleh statis. Harus berkembang terus. Dalam pengelolaan Cagar Budaya diharapkan bisa menyuguhkan atraksi budaya dari masyarakat di sekitarnya agar menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
“Penyediaan ruang bagi masyarakat di sekitar Cagar Budaya yang berwira usaha dengan berjualan cendera mata juga perlu diupayakan, sehingga keberadaan Cagar Budaya tidak hanya menguntungkan pengelolanya saja, namun juga berdampak bagi kesejahteraan masyarakat,” imbuh Yoses.
Priyo berharap Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota budaya karena memiliki aneka ragam warisan budaya bisa lebih go international lagi. “Jogja memiliki kekayaan budaya yang begitu beragam. Bahkan salah satunya sudah diakui sebagai warisan dunia, yaitu Candi Prambanan. Sumbu Filosofis Yogyakarta juga sedang diupayakan untuk menjadi warisan dunia. Semoga kelak warisan budaya lainnya juga semakin dikenal dunia. Hal itu akan menjadi modal penting bagi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menggelar perhelatan budaya berskala internasional,” kata Priyo. (fry)