Di antara reruntuhan candi yang berhasil ditemukan di Yogyakarta, terdapat arca-arca Hindu-Buddha yang merupakan komponen candi. Jenis arca yang ditempatkan dalam suatu bangunan candi berkaitan erat dengan kepercayaan yang melatarbelakanginya, sehingga keberadaannya sangat membantu untuk mengetahui sifat keagamaan candi tersebut. Namun demikian, banyak pula arca yang ditemukan di lokasi lain secara mandiri, bukan sebagai komponen suatu bangunan candi, misalnya arca Visnu Trivikrama dari Prambanan, arca Siva Mahadewa dari Kricak, arca-arca bercorak Hindu-Buddha dari Surocolo, arca-arca bercorak Buddha dari Mayangan.
Beberapa di antara arca-arca mandiri tersebut, kemungkinan ada yang berkaitan dengan berkembangnya aliran kepercayaan atau sekte tertentu yang dianut oleh beberapa kelompok masyarakat. Sebagai contoh, di sekitar Candi Ijo yang berlatar belakang kepercayaan Siwaistis ditemukan arca-arca yang menggambarkan Wisnu dalam beberapa wujud inkarnasi. Dalam ilmu arca (ikonografi), inkarnasi Wisnu dapat berupa avatara (inkarnasi yang lengkap) seperti Rama dan Krisna, aveca (inkarnasi sementara waktu) seperti Parasurama, dan amca (inkarnasi sebagian kekuatan) dalam bentuk cakra atau sangkha.
Arca wujud inkarnasi Wisnu yang ditemukan di sekitar Candi Ijo antara lain arca Narasimha, Vamana, Rama, dan Wisnu dalam posisi tidur (Wisnu sayana murti). Arca-arca tersebut merupakan temuan langka, yang menunjukkan berkembangnya sekte Waisnawa, salah satu sekte dalam agama Hindu yang pengikutnya memuja Wisnu, antara lain sebagai dewa pelindung dan dewa kesuburan. Berkembangnya sekte ini kemungkinan berkaitan dengan bencana yang melanda, baik berupa meletusnya Gunung Merapi maupun kondisi sosial politik yang mulai tidak stabil pada akhir abad X Masehi.