Alun-alun Lor (utara) terletak di depan Keraton Yogyakarta, sedangkan Alun-alun Kidul (selatan) berada di belakang Keraton Yogyakarta. Di tengah kedua alun-alun tersebut, masing-masing terdapat sepasang pohon beringin yang dipagari keliling, sehingga disebut ringin kurung. Pohon beringin yang ada di tengah Alun-alun Utara sebelah timur bernama Kyai Janadaru/ Wijayadaru dan di sebelah barat bernama Kyai Dewandaru. Kedua pohon beringin melambangkan konsep Manunggaling Kawula lan Gusti dan prinsip Hablun min annas dan Hablun min Allah.
Di sekeliling Alun-alun Utara juga ditanami pohon beringin berjumlah 62 buah. Jika ditambahkan dengan 2 beringin kurung maka akan berjumlah 64, yang melambangkan usia Nabi Muhammad dihitung dalam tahun Jawa. Alun-alun Utara berfungsi sebagai tempat menggelar upacara dan acara keraton, yaitu prosesi Sekaten dan Garebeg. Pada zaman dahulu juga digunakan sebagai arena menggelar rampogan, yaitu mengadu harimau melawan kerbau dengan para prajurit sebagai pagar betis.
Alun-Alun Selatan dahulu berisi tanah berpasir yang melambangkan bahwa panca indera manusia belum sempurna dan belum teratur apabila belum diatur dengan suatu untuk mengaturnya. Pada awalnya Alun-alun Selatan berfungsi sebagai tempat berlatih prajurit dan jalur yang dilewati dalam prosesi upacara pemakaman jenazah seorang sultan yang akan dimakamkan di Pajimatan, Imogiri.